Ancaman Resesi AS di Depan Mata, Ini Dampak Nyata ke Indonesia
Selasa, 06 Agustus 2024 - 16:15 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudshistira mengungkapkan dampak yang bakal dihadapi Indonesia apabila Amerika Serikat (AS) masuk jurang resesi.
Menurut dia resesi AS akan membuat sikap Bank Sentral AS, The Federal Reserve soal suku bunga menjadi makin sulit ditebak. Sehingga implikasinya ke Indonesia yang pertama adanya pelemahan kurs rupiah akibat investor bergeser ke aset yang lebih aman (safe haven).
"Kalau ada indikator resesi yang semakin menguat, ketidakjelasan sikap dari bank sentral Amerika, maka para investor bisa beralih ke safe haven bisa beragam, bisa emas, bisa kemudian dolar AS dalam jangka menengah," ujar Bhima, dikutip Selasa (6/8/2024).
Implikasi kedua cadangan devisa menurun akibat lemahnya permintaan ekspor ke AS. Efek selanjutnya, yaitu suku bunga AS yang masih akan tinggi untuk cegah keluarnya dana asing terutama di pasar surat berharga. Apabila FED memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) belum tentu diikuti pemotongan yang lebih besar ke depan sehingga suku bunga yang tinggi diprediksi masih akan bertahan lebih lama.
Sebab itu, diperlukan untuk menjaga nilai tukar rupiah atau menahan aliran modal keluar (capital outflow) agar tidak keluar. Apabila suku bunga AS bertahan cukup tinggi atau hanya dipangkas 25 bps beban penjaman perusahaan akan semakin berat.
Lebih lanjut, dalam kondisi tersebut pemerintah membutuhkan dana asing untuk membeli surat utang, meskipun porsi dana asing di Surat Berharga Negara (SBN) semakin kecil tetapi SBN akan tetapi tetap membutuhkan aliran modal dari luar. Tidak hanya itu, adanya resesi ekonomi AS akan berdampak terhadap minat investor dalam memberi surat utang pemerintah.
"Hal ini akan menyulitkan pemerintah mencari pembiayaan untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di sisa tahun dan pembiayaan program Prabowo 2025," tutup Bhima.
Menurut dia resesi AS akan membuat sikap Bank Sentral AS, The Federal Reserve soal suku bunga menjadi makin sulit ditebak. Sehingga implikasinya ke Indonesia yang pertama adanya pelemahan kurs rupiah akibat investor bergeser ke aset yang lebih aman (safe haven).
"Kalau ada indikator resesi yang semakin menguat, ketidakjelasan sikap dari bank sentral Amerika, maka para investor bisa beralih ke safe haven bisa beragam, bisa emas, bisa kemudian dolar AS dalam jangka menengah," ujar Bhima, dikutip Selasa (6/8/2024).
Implikasi kedua cadangan devisa menurun akibat lemahnya permintaan ekspor ke AS. Efek selanjutnya, yaitu suku bunga AS yang masih akan tinggi untuk cegah keluarnya dana asing terutama di pasar surat berharga. Apabila FED memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) belum tentu diikuti pemotongan yang lebih besar ke depan sehingga suku bunga yang tinggi diprediksi masih akan bertahan lebih lama.
Sebab itu, diperlukan untuk menjaga nilai tukar rupiah atau menahan aliran modal keluar (capital outflow) agar tidak keluar. Apabila suku bunga AS bertahan cukup tinggi atau hanya dipangkas 25 bps beban penjaman perusahaan akan semakin berat.
Lebih lanjut, dalam kondisi tersebut pemerintah membutuhkan dana asing untuk membeli surat utang, meskipun porsi dana asing di Surat Berharga Negara (SBN) semakin kecil tetapi SBN akan tetapi tetap membutuhkan aliran modal dari luar. Tidak hanya itu, adanya resesi ekonomi AS akan berdampak terhadap minat investor dalam memberi surat utang pemerintah.
"Hal ini akan menyulitkan pemerintah mencari pembiayaan untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di sisa tahun dan pembiayaan program Prabowo 2025," tutup Bhima.
(nng)
tulis komentar anda