Pasar Saham AS Alami Kejatuhan Besar, Apakah Ini Akhir dari King Dolar?

Selasa, 06 Agustus 2024 - 20:30 WIB
Pasar saham AS mengalami kejatuhan terbesar dengan lebih dari USD2 triliun dihapuskan dari pasar saham. FOTO/iStock Photo
JAKARTA - Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami kejatuhan terbesar dengan lebih dari USD2 triliun dihapuskan dari pasar saham. Kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi yang dihadapi AS telah menyebabkan kepanikan di seluruh pasar global.

Kini, semua mata tertuju pada potensi dolar AS untuk mengatasi kecemasan tersebut di tengah meningkatnya dedolarisasi negara-negara BRICS. Greenback telah menjadi yang terdepan dan utama karena masalah ini terjadi di seluruh dunia.



Secara khusus, Jepang mengalami penurunan harian terbesar. Indeks saham Nikkei 225 turun 4.568 pada penutupan melemah lebih dari 12%. Ini adalah penurunan terbesar sejak 1987, ketika indeks ini turun 3.836 poin.



Nyaris Krisis

Pasar global nyaris mengalami krisis. Pasar saham menderita karena data pekerjaan AS yang tidak baik. Hal ini hanya menambah kekhawatiran dengan suku bunga di negara tersebut masih berada di level tertinggi selama lebih dua dekade. Kepanikan ini mendorong jatuhnya harga-harga di seluruh dunia.

Dengan BRICS yang berdiri teguh dedolarisasi, mungkinkah kejatuhan pasar saham AS menjadi akhir dari king dolar? Menurut CNN, Dow dibuka pada hari Senin turun lebih dari 1.000 poin dengan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing turun 4,25% dan 6%. Meskipun Federal Reserve diperkirakan akan segera menurunkan suku bunga, hal ini mungkin akan terlambat.

Baca Juga: Siapa Dalang di Balik Kerusuhan yang Menarget Umat Islam di Inggris?

Pendiri Capriole Fund, Charles Edwards, menggunakan X untuk mendiskusikan posisi The Fed. Secara khusus, dia mencatat, "The Fed terlalu lambat untuk melakukan pengetatan pada 2021, sepertinya mereka terlalu lambat untuk melakukan pelonggaran pada tahun 2024." Selain itu, Edwards memprediksi resesi akan datang.

Jepang bukanlah satu-satunya negara yang terkena dampak. Pasar saham Taiwan mengalami kerugian terbesar sejak 1967. Ketakutan ini didorong oleh potensi resesi yang menghantam AS yang akan menghadapi hard landing dalam beberapa bulan mendatang. Selain itu, ketidakpastian geopolitik mungkin membuat dunia memikirkan kembali sikapnya.

Melansir Watcher Guru, aliansi BRICS telah berdiri teguh melawan dolar AS selama beberapa tahun terakhir. Banyak ahli yang menyatakan upaya-upaya tersebut sia-sia. Namun, krisis semacam ini cenderung membuat banyak negara berpikir dengan aliansi ini mengembangkan sistem pembayarannya, negara-negara dapat melihat manfaat dari tindakan yang sedang berlangsung.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More