Siasati Sistem Perbankan Barat, Rusia-China Gunakan Skema Barter
Kamis, 08 Agustus 2024 - 15:37 WIB
MOSKOW - Rusia dan China disebut-sebut akan mulai menggunakan skema barter untuk perdagangan antara kedua negara. Dengan skema itu, Moskow dan Beijing mencoba membatasi penggunaan sistem perbankan yang dipantau ketat oleh Amerika Serikat (AS).
Hal itu diungkapkan tiga sumber perdagangan dan pembayaran kepada Reuters. Bahkan, dua dari sumber tersebut mengatakan bahwa kesepakatan barter yang melibatkan komoditas pertanian akan segera terlaksana pada musim gugur ini.
Penundaan pembayaran bilateral menjadi agenda utama ketika Presiden Vladimir Putin saat mengunjungi China pada bulan Mei lalu. Meskipun solusi telah muncul, seperti menggunakan bank-bank kecil regional China yang aktivitasnya lebih sulit dideteksi oleh Washington, masalah pembayaran tetap ada.
Perdagangan barter akan memungkinkan Moskow dan Beijing menghindari masalah pembayaran, mengurangi pantauan regulator Barat atas transaksi bilateral mereka, dan membatasi risiko mata uang.
Rusia sedang mengembangkan peraturan untuk perdagangan barter dan sumber-sumber Rusia yang berbicara dengan Reuters bekerja dengan asumsi bahwa China juga melakukan hal yang sama. Sumber-sumber tersebut, yang meminta anonimitas karena sifat informasi yang tidak bersifat publik, semuanya terlibat erat dalam perdagangan bilateral.
Seorang manajer puncak di sebuah bank besar Rusia mengatakan skema barter sedang dipersiapkan, tetapi menolak untuk mengungkapkan rinciannya. Sementara, salah satu sumber yang bekerja di bidang pembayaran mengatakan perdagangan dengan Rusia yang mengekspor produk makanan sedang dibahas.
China dan Rusia tercatat memiliki sejarah kesepakatan barter sebelumnya. Pada tahun 2019, China setuju untuk memperdagangkan minyak kelapa sawit senilai hampir USD150 juta dari Malaysia untuk layanan konstruksi, produk sumber daya alam, dan peralatan sipil dan pertahanan. Pada tahun 2021, sebuah perusahaan China mengekspor suku cadang mobil senilai USD2 juta ke Iran dengan imbalan kacang pistachio.
Kesepakatan barter antara Moskow dan Beijing biasa terjadi sebelum Uni Soviet runtuh dan berlanjut hingga tahun 1990-an, tetapi kesepakatan yang sedang dibahas saat ini akan menjadi yang pertama dalam sekitar 30 tahun, kata sumber tersebut. "Saya ingat di awal tahun 1990-an...ada kesepakatan barter antara China dan Rusia saat itu," kata Kyle Shostak, wakil ketua dewan di Qifa, sebuah perusahaan China-Rusia yang berusaha meredakan masalah perdagangan bilateral dengan penyelesaian digital.
Hal itu diungkapkan tiga sumber perdagangan dan pembayaran kepada Reuters. Bahkan, dua dari sumber tersebut mengatakan bahwa kesepakatan barter yang melibatkan komoditas pertanian akan segera terlaksana pada musim gugur ini.
Penundaan pembayaran bilateral menjadi agenda utama ketika Presiden Vladimir Putin saat mengunjungi China pada bulan Mei lalu. Meskipun solusi telah muncul, seperti menggunakan bank-bank kecil regional China yang aktivitasnya lebih sulit dideteksi oleh Washington, masalah pembayaran tetap ada.
Perdagangan barter akan memungkinkan Moskow dan Beijing menghindari masalah pembayaran, mengurangi pantauan regulator Barat atas transaksi bilateral mereka, dan membatasi risiko mata uang.
Rusia sedang mengembangkan peraturan untuk perdagangan barter dan sumber-sumber Rusia yang berbicara dengan Reuters bekerja dengan asumsi bahwa China juga melakukan hal yang sama. Sumber-sumber tersebut, yang meminta anonimitas karena sifat informasi yang tidak bersifat publik, semuanya terlibat erat dalam perdagangan bilateral.
Seorang manajer puncak di sebuah bank besar Rusia mengatakan skema barter sedang dipersiapkan, tetapi menolak untuk mengungkapkan rinciannya. Sementara, salah satu sumber yang bekerja di bidang pembayaran mengatakan perdagangan dengan Rusia yang mengekspor produk makanan sedang dibahas.
China dan Rusia tercatat memiliki sejarah kesepakatan barter sebelumnya. Pada tahun 2019, China setuju untuk memperdagangkan minyak kelapa sawit senilai hampir USD150 juta dari Malaysia untuk layanan konstruksi, produk sumber daya alam, dan peralatan sipil dan pertahanan. Pada tahun 2021, sebuah perusahaan China mengekspor suku cadang mobil senilai USD2 juta ke Iran dengan imbalan kacang pistachio.
Kesepakatan barter antara Moskow dan Beijing biasa terjadi sebelum Uni Soviet runtuh dan berlanjut hingga tahun 1990-an, tetapi kesepakatan yang sedang dibahas saat ini akan menjadi yang pertama dalam sekitar 30 tahun, kata sumber tersebut. "Saya ingat di awal tahun 1990-an...ada kesepakatan barter antara China dan Rusia saat itu," kata Kyle Shostak, wakil ketua dewan di Qifa, sebuah perusahaan China-Rusia yang berusaha meredakan masalah perdagangan bilateral dengan penyelesaian digital.
tulis komentar anda