Sama-sama Krisis, Ini Beda Gejolak Ekonomi Tahun Ini dengan 1998 dan 2008
Rabu, 26 Agustus 2020 - 14:29 WIB
Indonesia hampir pasti tak akan bisa menghindari resesi ekonomi tahun ini. Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, hal itu dapat disimpulkan dari pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan terus negatif sepanjang tahun 2020.
Kendati demikian, Bhima menilai resesi dan krisis ekonomi tahun ini kondisinya akan sangat berbeda dibandingkan krisis pada tahun 1998 dan 2008. Perbedaannya adalah resesi diyakini tak dibarengi terjadinya inflasi.
(Baca Juga: Awas! Susul Eropa, Asia Siap Masuk Jurang Resesi Termasuk RI)
"Situasi saat ini berbeda dari tahun 1998 dan 2008 dimana saat krisis moneter 1998 inflasi sempat menyentuh 70% dan mengakibatkan kelangkaan barang kebutuhan pokok. Pada tahun 2008 juga terjadi inflasi 11%," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Dia melanjutkan, krisis ekonomi di tahun 2020 ini yang terjadi justru adalah deflasi atau penurunan harga barang secara umum. Per Juli 2020 misalnya terjadi deflasi -0,1%. Deflasi menurutnya menandakan sisi permintaan yang turun tajam dan membuat pelaku usaha juga ikut menurunkan harga barang produksinya.
(Infografis: Kemiskinan di Tengah Resesi dan Gelombang PHK Bayangi Kondisi Ekonomi Indonesia)
"Harga minyak mentah juga terpantau masih rendah, yakni USD45,9 per barel untuk jenis Brent per 26 Agustus 2020," imbuhnya. Sementara pada tahun 2008, lanjut Bhima, terjadi inflasi yang dipicu kenaikan harga minyak mentah dunia yang melonjak di atas USD130 per barel.
"Oleh karena itu tekanan inflasi dari harga barang yang diatur pemerintah seperti BBM dan tarif dasar listrik tidak terjadi di 2020," jelasnya.
Kendati demikian, Bhima menilai resesi dan krisis ekonomi tahun ini kondisinya akan sangat berbeda dibandingkan krisis pada tahun 1998 dan 2008. Perbedaannya adalah resesi diyakini tak dibarengi terjadinya inflasi.
(Baca Juga: Awas! Susul Eropa, Asia Siap Masuk Jurang Resesi Termasuk RI)
"Situasi saat ini berbeda dari tahun 1998 dan 2008 dimana saat krisis moneter 1998 inflasi sempat menyentuh 70% dan mengakibatkan kelangkaan barang kebutuhan pokok. Pada tahun 2008 juga terjadi inflasi 11%," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Dia melanjutkan, krisis ekonomi di tahun 2020 ini yang terjadi justru adalah deflasi atau penurunan harga barang secara umum. Per Juli 2020 misalnya terjadi deflasi -0,1%. Deflasi menurutnya menandakan sisi permintaan yang turun tajam dan membuat pelaku usaha juga ikut menurunkan harga barang produksinya.
(Infografis: Kemiskinan di Tengah Resesi dan Gelombang PHK Bayangi Kondisi Ekonomi Indonesia)
"Harga minyak mentah juga terpantau masih rendah, yakni USD45,9 per barel untuk jenis Brent per 26 Agustus 2020," imbuhnya. Sementara pada tahun 2008, lanjut Bhima, terjadi inflasi yang dipicu kenaikan harga minyak mentah dunia yang melonjak di atas USD130 per barel.
"Oleh karena itu tekanan inflasi dari harga barang yang diatur pemerintah seperti BBM dan tarif dasar listrik tidak terjadi di 2020," jelasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda