Ikuti Jejak Rusia, Banyak Negara Ingin Dolar AS Jungkir Balik
Senin, 02 September 2024 - 20:40 WIB
JAKARTA - Sanksi Barat yang semakin ketat membuat Rusia terus mencari cara untuk menjaga agar ekonomi tetap solid. Mitra dagang Rusia juga mencari cara untuk terus berbisnis dengan negara ini melalui sistem pembayaran alternatif mendobrak tatanan keuangan global yang didominasi dolar AS.
Diskusi mengenai dedolarisasi telah mendapatkan daya tarik dalam beberapa tahun terakhir karena sanksi-sanksi yang dipimpin oleh Barat terhadap Rusia terkait invasinya ke Ukraina membuat negara-negara lain waspada terhadap potensi konsekuensi dari melintasi Washington.
Ada beberapa keberhasilan, dengan perdagangan antara Rusia dan China, serta Rusia dan India, yang terus berjalan hingga saat ini. Kini, bahkan bank-bank China yang berada di bawah tekanan pengetatan sanksi AS mulai mengurangi transaksi untuk perusahaan-perusahaan Rusia.
Baca Juga: Elon Musk: AS Berada di Jalur Cepat Menuju Kebangkrutan
Namun, Rusia dan mitranya telah mencari cara lain untuk melakukan bisnis di luar tatanan yang dipimpin Barat, sebagian karena teknologi membuatnya lebih mudah untuk memproses pembayaran dan menyiasati tatanan keuangan global yang didominasi dolar AS. Seperti yang dijelaskan oleh peneliti Brookings Sam Boocker dan David Wessel dalam sebuah tulisan di bulan Agustus.
"Inovasi dalam teknologi pembayaran dapat mengurangi peran dolar dalam ekonomi global," kata mereka, seperti dikutip dari Business Insider, Senin (9/2/2024).
Yang pasti, raja dolar sudah mengakar dalam sistem keuangan dunia, jadi kecil kemungkinannya untuk dilengserkan, kata sejumlah ahli. Namun, platform baru bermunculan yang dapat mengikis dominasinya.
Sejumlah sistem perdagangan dan pembayaran alternatif terus mencoba meruntuhkan tatanan perdagangan dan pembayaran yang dipimpin oleh AS. Rusia mendirikan SPFS dan Mir beberapa tahun yang lalu, dengan alasan 'risiko' Rusia telah bersiap untuk menghadapi lebih banyak sanksi.
"Ada risiko dalam menggunakan jaringan keuangan global," kata Elvira Nabiullina, gubernur bank sentral Rusia, kepada CNBC pada 2018. "Oleh karena itu, sejak tahun 2014, kami telah mengembangkan sistem kami sendiri."
Diskusi mengenai dedolarisasi telah mendapatkan daya tarik dalam beberapa tahun terakhir karena sanksi-sanksi yang dipimpin oleh Barat terhadap Rusia terkait invasinya ke Ukraina membuat negara-negara lain waspada terhadap potensi konsekuensi dari melintasi Washington.
Ada beberapa keberhasilan, dengan perdagangan antara Rusia dan China, serta Rusia dan India, yang terus berjalan hingga saat ini. Kini, bahkan bank-bank China yang berada di bawah tekanan pengetatan sanksi AS mulai mengurangi transaksi untuk perusahaan-perusahaan Rusia.
Baca Juga: Elon Musk: AS Berada di Jalur Cepat Menuju Kebangkrutan
Namun, Rusia dan mitranya telah mencari cara lain untuk melakukan bisnis di luar tatanan yang dipimpin Barat, sebagian karena teknologi membuatnya lebih mudah untuk memproses pembayaran dan menyiasati tatanan keuangan global yang didominasi dolar AS. Seperti yang dijelaskan oleh peneliti Brookings Sam Boocker dan David Wessel dalam sebuah tulisan di bulan Agustus.
"Inovasi dalam teknologi pembayaran dapat mengurangi peran dolar dalam ekonomi global," kata mereka, seperti dikutip dari Business Insider, Senin (9/2/2024).
Yang pasti, raja dolar sudah mengakar dalam sistem keuangan dunia, jadi kecil kemungkinannya untuk dilengserkan, kata sejumlah ahli. Namun, platform baru bermunculan yang dapat mengikis dominasinya.
Sejumlah sistem perdagangan dan pembayaran alternatif terus mencoba meruntuhkan tatanan perdagangan dan pembayaran yang dipimpin oleh AS. Rusia mendirikan SPFS dan Mir beberapa tahun yang lalu, dengan alasan 'risiko' Rusia telah bersiap untuk menghadapi lebih banyak sanksi.
"Ada risiko dalam menggunakan jaringan keuangan global," kata Elvira Nabiullina, gubernur bank sentral Rusia, kepada CNBC pada 2018. "Oleh karena itu, sejak tahun 2014, kami telah mengembangkan sistem kami sendiri."
tulis komentar anda