Keamanan Digital Jadi Kunci Peningkatan Penggunaan QRIS
Sabtu, 21 September 2024 - 14:21 WIB
JAKARTA - Keamanan digital dinilai menjadi kunci utama meningkatnya kepercayaan pedagang mengunakan QRIS dalam bertransaksi. Hal ini dikatakan oleh Pengurus Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Ahmad Filasuf dan praktisi serta Direktur Utama PT Trans Digital Cemerlang (PT TDC), Indra.
Filasuf mengatakan, pentingnnya peningkatan keamanan digital dalam bertransaksi merupakan aspirasi yang kerap disuarakan pengusaha batik di daerah.
"QRIS atau pembayaran digital disalahgunakan orang jahat. Jadi mereka pura-pura sudah transfer atau scan barcode QRIS. Awalnya terlihat di HP pelaku sudah bayar, setelah dicek, ternyata tidak masuk ke rekening. Ada juga yang stiker barcode QRIS diganti, jadi keamanan perbankan dan jaringan harus ditingkatkan," kata Filasuf, Sabtu (21/9/2024).
Ia menambahkan, para pedagang batik di daerah juga berharap adanya peningkatan kualitas jaringan internet. Hal ini untuk mempermudah pedagang dalam bertransaksi dengan cepat dan efektif. Filasuf mengakui, penggunaan pembayaran atau transaksi digital di kalangan asosiasinya sudah semakin banyak digunakan baik di kota-kota besar maupun daerah.
Ia mengatakan sebelum adanya pandemi Covid-19 yang yang sangat berdampak pada dunia usaha, pengusaha dan pengrajin batik udah mulai serba online dan cashless. Selain pakai QRIS dalam bertransaksi, pengusahan batik udah terbiasa dengan mesin EDC atau transfer bank.
Filasuf juga mengutarakan penggunaan QRIS atau transaksi digital lain sudah dipakai para pengusaha batik di daerah-daerah di luar pulau Jawa hingga kepulauan.
"Sudah sampai 90 persen pengusaha dan pengrajin batik baik yang di kalangan grosir atau toko saat ini sudah menggunakan QRIS atau miminal mesin EDC. Sudah jarang sekali pakai cash," kata Filasus, yang merupakan pengusaha Batik Pesisir ini.
Sementara itu Indra, menyebutkan sejumlah hal yang perlu diantisipasi secara dini agar terhindar dari penipuan. Salah satunya adalah kriteria perusahaan yang memberi pendampingan atau menyediakan layanan aplikasi untuk pengunaan QRIS dalam bertransaksi.
Filasuf mengatakan, pentingnnya peningkatan keamanan digital dalam bertransaksi merupakan aspirasi yang kerap disuarakan pengusaha batik di daerah.
"QRIS atau pembayaran digital disalahgunakan orang jahat. Jadi mereka pura-pura sudah transfer atau scan barcode QRIS. Awalnya terlihat di HP pelaku sudah bayar, setelah dicek, ternyata tidak masuk ke rekening. Ada juga yang stiker barcode QRIS diganti, jadi keamanan perbankan dan jaringan harus ditingkatkan," kata Filasuf, Sabtu (21/9/2024).
Ia menambahkan, para pedagang batik di daerah juga berharap adanya peningkatan kualitas jaringan internet. Hal ini untuk mempermudah pedagang dalam bertransaksi dengan cepat dan efektif. Filasuf mengakui, penggunaan pembayaran atau transaksi digital di kalangan asosiasinya sudah semakin banyak digunakan baik di kota-kota besar maupun daerah.
Ia mengatakan sebelum adanya pandemi Covid-19 yang yang sangat berdampak pada dunia usaha, pengusaha dan pengrajin batik udah mulai serba online dan cashless. Selain pakai QRIS dalam bertransaksi, pengusahan batik udah terbiasa dengan mesin EDC atau transfer bank.
Filasuf juga mengutarakan penggunaan QRIS atau transaksi digital lain sudah dipakai para pengusaha batik di daerah-daerah di luar pulau Jawa hingga kepulauan.
"Sudah sampai 90 persen pengusaha dan pengrajin batik baik yang di kalangan grosir atau toko saat ini sudah menggunakan QRIS atau miminal mesin EDC. Sudah jarang sekali pakai cash," kata Filasus, yang merupakan pengusaha Batik Pesisir ini.
Sementara itu Indra, menyebutkan sejumlah hal yang perlu diantisipasi secara dini agar terhindar dari penipuan. Salah satunya adalah kriteria perusahaan yang memberi pendampingan atau menyediakan layanan aplikasi untuk pengunaan QRIS dalam bertransaksi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda