Dinilai Gagal Urus Beras, Kepemimpinan Bapanas Perlu Dievaluasi
Senin, 30 September 2024 - 15:58 WIB
JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) di bawah Arief Prasetyo Adi terbukti tidak mampu menangani urusan beras nasional dengan munculnya sejumlah rentetan masalah dan kegagalan. Arief selaku Kepala Bapanas layak diberhentikan secepatnya dengan rentetan masalah dan kegagalan dalam mengurusi sektor perberasan nasional.
Hal itu disampaikan Ekonom Konstitusi Defiyan Cori menanggapi rentetan panjang kegagalan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam mengurusi beras. Terbaru, Bank Dunia membeberkan hasil survei yang menyebutkan harga beras di Indonesia tertinggi di ASEAN namun kesejahteraan petani masih rendah. "Perlu ditinjau kembali kehadiran Bapanas oleh presiden terpilih Prabowo Subianto," ujar dia, Senin (30/9/2024).
Baca Juga: Bank Dunia Sebut Harga Beras Indonesia Termahal, Kepala Bapanas: Jangan Terpancing
Dia menuturukan, selama Bapanas yang dikomandoi Arief Prasetyo Adi didirikan pada 2021 tidak tampak adanya kinerja, yang signifikan dalam urusan ketahanan pangan nasional. Hal ini terlihat dari realisasi impor Januari-April 2024 yang telah mencapai 1,77 juta ton.
"Artinya, tidak ada program, crash program yang dapat memungkinkan adanya penurunan impor beras atau bahan pangan sampai bulan Desember 2024," ungkap Defiyan.
Dia mengingatkan, di masa kepemimpinan Arief Prasetyo Adi sebagai Kepala Bapanas turut muncul skandal demurrage impor beras sebesar Rp294,5 miliar yang saat ini sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Defiyan menyebut skandal menyeret Bapanas-Perum Bulog ini sebagai sebuah skema manipulasi berbau korupsi.
"Selain itu, secara kumulatif hingga Mei 2024 menurut data BPS tercatat kenaikan impor komoditas pangan, seperti gandum sebesar 35,31%, lalu tepung gandum naik 14,43%, dan gula 0,66%," tegas dia.
Defiyan mengatakan, Bapanas pimpinan Arief Prasetyo Adi telah gagal untuk menyelesaikan masalah sektor perberasan bagi rakyat Indonesia. Bahkan kehadiran Bapanas pimpinan Arief Prasetyo Adi, lanjut dia hanya menciptakan jalur baru impor pangan di Indonesia yang menciptakan kartel-kartel baru.
"Artinya, permasalahan Bapanas tidak hanya soal adanya jalur baru dalam pengelolaan impor pangan, tetapi juga semakin menjauhkan dari penyelesaian masalah pangan serta pertanian dan hasil pertanian rakyat," pungkas dia.
Baca Juga: 3 Penyebab Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, tapi Penghasilan Petani Paling Kecil
Sebelumnya, Country Director for Indonesia and Timor-Leste, Bank Dunia, Carolyn Turk menjelaskan hasil survei yang menyebutkan harga beras di Indonesia tertinggi di ASEAN. Sedangkan kesejahteraan petani di Indonesia paling rendah.
"Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN," ungkap Turk dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC), di The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024).
Hal itu disampaikan Ekonom Konstitusi Defiyan Cori menanggapi rentetan panjang kegagalan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam mengurusi beras. Terbaru, Bank Dunia membeberkan hasil survei yang menyebutkan harga beras di Indonesia tertinggi di ASEAN namun kesejahteraan petani masih rendah. "Perlu ditinjau kembali kehadiran Bapanas oleh presiden terpilih Prabowo Subianto," ujar dia, Senin (30/9/2024).
Baca Juga: Bank Dunia Sebut Harga Beras Indonesia Termahal, Kepala Bapanas: Jangan Terpancing
Dia menuturukan, selama Bapanas yang dikomandoi Arief Prasetyo Adi didirikan pada 2021 tidak tampak adanya kinerja, yang signifikan dalam urusan ketahanan pangan nasional. Hal ini terlihat dari realisasi impor Januari-April 2024 yang telah mencapai 1,77 juta ton.
"Artinya, tidak ada program, crash program yang dapat memungkinkan adanya penurunan impor beras atau bahan pangan sampai bulan Desember 2024," ungkap Defiyan.
Dia mengingatkan, di masa kepemimpinan Arief Prasetyo Adi sebagai Kepala Bapanas turut muncul skandal demurrage impor beras sebesar Rp294,5 miliar yang saat ini sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Defiyan menyebut skandal menyeret Bapanas-Perum Bulog ini sebagai sebuah skema manipulasi berbau korupsi.
"Selain itu, secara kumulatif hingga Mei 2024 menurut data BPS tercatat kenaikan impor komoditas pangan, seperti gandum sebesar 35,31%, lalu tepung gandum naik 14,43%, dan gula 0,66%," tegas dia.
Defiyan mengatakan, Bapanas pimpinan Arief Prasetyo Adi telah gagal untuk menyelesaikan masalah sektor perberasan bagi rakyat Indonesia. Bahkan kehadiran Bapanas pimpinan Arief Prasetyo Adi, lanjut dia hanya menciptakan jalur baru impor pangan di Indonesia yang menciptakan kartel-kartel baru.
"Artinya, permasalahan Bapanas tidak hanya soal adanya jalur baru dalam pengelolaan impor pangan, tetapi juga semakin menjauhkan dari penyelesaian masalah pangan serta pertanian dan hasil pertanian rakyat," pungkas dia.
Baca Juga: 3 Penyebab Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, tapi Penghasilan Petani Paling Kecil
Sebelumnya, Country Director for Indonesia and Timor-Leste, Bank Dunia, Carolyn Turk menjelaskan hasil survei yang menyebutkan harga beras di Indonesia tertinggi di ASEAN. Sedangkan kesejahteraan petani di Indonesia paling rendah.
"Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN," ungkap Turk dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC), di The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024).
(nng)
tulis komentar anda