Kenapa Dolar AS Tak Goyang di Tengah Isu Mata Uang Baru BRICS
Selasa, 01 Oktober 2024 - 18:43 WIB
"China mungkin membuat beberapa kemajuan dalam mendenominasi lebih banyak perdagangan bilateral dalam dolar AS, tetapi dampaknya terhadap metrik global dominasi mata uang kemungkinan akan bertambah," tambah Lord.
Namun, kondisi tersebut diyakini hanya berdampak kecil pada kepercayaan pada dolar AS, mengingat reputasi jangka panjang mata uang sebagai aset safe-haven yang sangat likuid. "Saya mengerti kekhawatirannya, tetapi untuk masa mendatang, tidak banyak yang bisa dilakukan," kata Zezas.
"Tergantung pada hasil pemilihan di AS, ada beberapa ekspansi fiskal, tetapi itu tidak mengerikan dalam pandangan kami, dan kecuali kami berpikir Fed tidak dapat melawan inflasi – dan ekonom kami pasti berpikir mereka bisa – maka sulit untuk melihat dolar menjadi mata uang yang tidak stabil," bebernya.
Inflasi AS telah mendingin secara dramatis dari level tertinggi sejak 2022, meskipun pengeluaran era pandemi dan tingkat utang meningkat. Harga konsumen tumbuh hanya 3,5% secara year to year di bulan Maret, menurut laporan inflasi terbaru, turun dari puncaknya 9,1% beberapa tahun lalu.
2. Kekhawatiran Terhadap Utang AS Tak Ganggu Dolar
Kepercayaan terhadap dolar AS mulai memudar seiring meningkatnya kekhawatiran atas meningkatnya saldo utang AS. Pada tahun ini, pemerintah AS telah mengumpulkan utang lebih dari USD34 triliun untuk menyentuh rekor.Namun, kondisi tersebut diyakini hanya berdampak kecil pada kepercayaan pada dolar AS, mengingat reputasi jangka panjang mata uang sebagai aset safe-haven yang sangat likuid. "Saya mengerti kekhawatirannya, tetapi untuk masa mendatang, tidak banyak yang bisa dilakukan," kata Zezas.
"Tergantung pada hasil pemilihan di AS, ada beberapa ekspansi fiskal, tetapi itu tidak mengerikan dalam pandangan kami, dan kecuali kami berpikir Fed tidak dapat melawan inflasi – dan ekonom kami pasti berpikir mereka bisa – maka sulit untuk melihat dolar menjadi mata uang yang tidak stabil," bebernya.
Inflasi AS telah mendingin secara dramatis dari level tertinggi sejak 2022, meskipun pengeluaran era pandemi dan tingkat utang meningkat. Harga konsumen tumbuh hanya 3,5% secara year to year di bulan Maret, menurut laporan inflasi terbaru, turun dari puncaknya 9,1% beberapa tahun lalu.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda