3 Kerugian Ekonomi Lebanon Akibat Invasi Darat Israel, Muncul Krisis Berkepanjangan
Rabu, 02 Oktober 2024 - 13:55 WIB
JAKARTA - Lebanon diprediksi akan mengalami sejumlah kerugian ekonomi jika Israel sukses melancarkan invasi darat. Negeri Yahudi itu baru saja melancarkan invasi daratnya ke Beirut dengan dalih berperang melawan Hizbullah.
Militer Israel menyebutkan jika operasi invasi darat ini ditujukan terhadap target dan infrastruktur organisasi Hizbullah, di sejumlah desa dekat perbatasan. Mengetahui hal ini, tentara Angkatan Bersenjata Lebanon memilih mundur dari pangkalannya di perbatasan selatan, bahkan sebelum para tentara Zionis menyerbu masuk.
Invasi yang dilancarkan Israel ini akan memberikan dampak yang besar bagi Lebanon, terutama untuk sektor ekonomi mereka yang sedang dilanda krisis dalam beberapa tahun terakhir.
Dilansir dari Al Jazeera, Lebanon masih menderita krisis ekonomi yang melemahkan dan telah mencengkeram negara itu sejak 2019. Nilai poundsterling anjlok hingga kurang dari 10% dari nilainya sebelum krisis.
Tabungan berkurang, baik dalam hal nilai tukar maupun simpanan aktual karena bank mengumumkan mereka tidak memiliki uang tunai untuk dicairkan, dan semakin banyak orang khawatir tentang kelangsungan hidup mereka.
Sekitar 80% penduduk berada di bawah garis kemiskinan dan 36% berada di bawah “garis kemiskinan ekstrem”, mereka hidup dengan penghasilan kurang dari USD2,15 atau sekitar Rp30 ribu (kurs Rp15.268) sehari.
Militer Israel menyebutkan jika operasi invasi darat ini ditujukan terhadap target dan infrastruktur organisasi Hizbullah, di sejumlah desa dekat perbatasan. Mengetahui hal ini, tentara Angkatan Bersenjata Lebanon memilih mundur dari pangkalannya di perbatasan selatan, bahkan sebelum para tentara Zionis menyerbu masuk.
Invasi yang dilancarkan Israel ini akan memberikan dampak yang besar bagi Lebanon, terutama untuk sektor ekonomi mereka yang sedang dilanda krisis dalam beberapa tahun terakhir.
3 Kerugian Ekonomi Lebanon Akibat Invasi Darat Israel
1. Krisis Ekonomi Semakin Panjang
Dilansir dari Al Jazeera, Lebanon masih menderita krisis ekonomi yang melemahkan dan telah mencengkeram negara itu sejak 2019. Nilai poundsterling anjlok hingga kurang dari 10% dari nilainya sebelum krisis.
Tabungan berkurang, baik dalam hal nilai tukar maupun simpanan aktual karena bank mengumumkan mereka tidak memiliki uang tunai untuk dicairkan, dan semakin banyak orang khawatir tentang kelangsungan hidup mereka.
Sekitar 80% penduduk berada di bawah garis kemiskinan dan 36% berada di bawah “garis kemiskinan ekstrem”, mereka hidup dengan penghasilan kurang dari USD2,15 atau sekitar Rp30 ribu (kurs Rp15.268) sehari.
tulis komentar anda