Putin Bikin Geng Baru di Luar BRICS, Rangkul 12 Negara Campakkan Dolar AS

Kamis, 10 Oktober 2024 - 11:33 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam KTT Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). FOTO/TASS
JAKARTA - Aliansi baru bukan BRICS telah memulai proses dedolarisasi transaksi menggunakan mata uang lokal meninggalkan ndolar AS. Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS), yang terdiri dari 12 negara telah menyelesaikan 85% transaksi lintas batas dalam mata uang nasional. CIS hampir tidak menggunakan dolar AS untuk penyelesaian perdagangan tahun ini yang mengantarkan ke lanskap keuangan baru.

Perkembangan ini menambah tekanan pada dolar AS karena baik BRICS maupun CIS terlibat dalam inisiatif dedolarisasi. CIS terdiri dari 12 negara termasuk Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Georgia, Kazakhstan, Kirgistan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.





Anggota BRICS, Rusia, meyakinkan CIS konsisten menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan dan tidak lagi menggunakan dolar AS. Anggota-anggota lain yang telah menyetujui kebijakan perdagangan yang diajukan oleh Rusia karena penggunaan mata uang lokal akan memperkuat ekonomi asli mereka.

"Penggunaan mata uang nasional semakin meluas dalam pembayaran bersama. Porsi mereka dalam operasi komersial di antara para peserta CIS sudah di atas 85%," kata Presiden Rusia Vladimir Putin dalam KTT CIS, dilansir dari Watcher Guru, Kamis (10/10/2024).

Rusia membuat negara-negara BRICS dan CIS meninggalkan dolar AS untuk perdagangan dan transaksi. Putin mengungkapkan bahwa dalam pertemuan tersebut BRICS dan CIS akan bekerja sama mengakhiri ketergantungan pada dolar AS selamanya. "Proses penghapusan impor bergerak dengan cepat, dan dengan demikian kedaulatan teknologi negara kita sedang diperkuat," katanya.



Perkembangan ini akan mendorong kolaborasi ekonomi regional dan memberikan kemandirian finansial yang lebih tinggi bagi negara-negara berkembang. Di bawah komando Putin, dedolarisasi ini menyebar ke aliansi CIS. Dolar AS mungkin tidak akan menemukan peminat jika perkembangan ini terus berlanjut dan berpotensi besar menyebabkan defisit dan hiperinflasi di Amerika Serikat (AS).
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More