Apa yang Diperlukan Agar Dolar AS Runtuh? Perang Dunia III Bisa Memicunya

Selasa, 15 Oktober 2024 - 12:50 WIB
Saat ini, ada 11 negara asing yang menggunakan dolar AS sebagai mata uang resmi mereka. Negara-negara tersebut meliputi Panama, El Salvador, Zimbabwe, dan Timor Leste.

Dolar AS mampu meraih dan mempertahankan status istimewa ini karena kekuatan ekonominya. AS masih menjadi ekonomi terbesar di dunia sejauh ini, dengan PDB tahunan sebesar USD23 triliun. Posisi kedua ditempati oleh China dengan USD17,7 triliun, dan posisi ketiga ditempati oleh Jepang dengan USD4,9 triliun.

Semua ini berarti, agar dolar AS runtuh, diperlukan sesuatu yang sangat besar. Seperti situasi seperti Perang Dunia III .

Dan terlepas dari semua ketidakpastian di seluruh dunia, AS masih tetap menjadi salah satu negara paling stabil yang ada. Peluang kita melihat jatuhnya dolar AS sangat kecil, dan jika itu terjadi, kita mungkin akan memiliki masalah yang lebih besar untuk dikhawatirkan daripada investasi kita.

Keruntuhan Dolar Dibesar-besarkan

JPMorgan ikut bersuara soal dominasi dolar atas sistem keuangan global akan berakhir, dimana Ia mengakui ada tanda-tanda dramatis perubahan di pasar komoditas dan blok perdagangan tertentu.

Kebangkitan China dan penggunaan sanksi ekonomi pada negara-negara seperti Rusia berarti ada tren diversifikasi menjauh dari dolar, kata JPMorgan. Akan tetapi diterangkan dominasi mata uang AS bakal tetap "mengakar dengan baik dan bersifat struktural".

Ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah simpanan bank berdenominasi dolar di pasar negara berkembang, perilaku dana kekayaan negara dan aset asing non-cadangan. Hal itu "lebih dari mengimbangi" penurunan sekuler dolar dalam kepemilikan cadangan FX pasar negara berkembang secara keseluruhan.

Pangsa dolar dalam total kewajiban dunia juga masih meningkat berkat rekor jumlah penerbitan utang dan bahkan pembicaraan tentang de-dolarisasi di China, menurutnya tampak "dibesar-besarkan" meskipun ada persaingan geopolitik.

"Erosi dominasi dolar kemungkinan akan memakan waktu beberapa dekade, dan penurunan pangsa dolar dari perdagangan global dan kepemilikan cadangan valas secara keseluruhan tidak boleh disamakan dengan de-dolarisasi," kata laporan bank investasi tersebut.

Area di mana perubahan signifikan terjadi termasuk pasar komoditas saat perdagangan minyak semakin banyak dilakukan dalam mata uang non-USD dan permintaan dari bank sentral dan konsumen pasar negara berkembang untuk emas sedang booming.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More