Didukung Teknologi dan Reaktivasi Sumur Idle, Lifting Minyak 2025 Bisa Dicapai
Rabu, 06 November 2024 - 22:21 WIB
Sedangkan untuk jangka panjang atau long term dilakukan pengeboran eksplorasi targeting Giant Prospect, rata-rata 54 sumur tiap tahun, PSE 5 lapangan Big Fish per tahun. Dia menambahkan, perlu pula kerja sama migas nonkonvensional dengan pemain besar seperti EOG Resources (AS), CNPC dan lainnya.
Sementara, Ketua Komisi XII DPR yang membidangi ESDM, Lingkungan Hidup dan Investasi Bambang Patijaya dalam diskusi tersebut menekankan pentingnya terobosan dan inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan produksi sumur-sumur tua dan perlunya sinergi KKKS migas.Bambang berharap dukungan kuat dan sinergi KKKS dapat meningkatkan laju produksi minyak dan gas bumi nasional, sehingga beban APBN nantinya tidak terlalu berat.
"Kita berpikir bagaimana memberikan masukan sehingga problematika bisa kita atasi. Antara lain menyangkut penambahan cadangan baru. Kita juga perlu investasi masuk. Dan kita perlu hadirkan teknologi baru karena mungkin sumur tua yang ada pada hari ini dengan teknologi yang lama tidak lagi ekonomis karena situasi keekonomian untuk biaya satu sumur yang lalu berbanding beberapa sumur yang sekarang," ujarnya.
Sementara itu, pengamat sektor ESDM Syamsu Daliend mengatakan, kegiatan pengembangan dan produksi sumur yang ada harus terus dipercepat. Dengan adanya percepatan produksi dan mengoptimalkan kembali sumur idle yang ada serta penerapan teknologi seperti EOR di sumur-sumur tua, maka produksi minyak menurutnya bisa menyentuh di atas angka 600.000 barel per hari.
"Kalau ditotal akan ada penambahan jumlah produksi yang lumayan untuk menahan laju penurunan dan bahkan mempertahannya. Produksi minyak bisa menyentuh angka 600.000 barel. Jadi kita optimistis target lifting bisa tercapai pada tahun depan," tegasnya.
Geoscientist Geophysicit Consultant Muslimah Aida Batalipu menambahkan, pencapaian produksi sangat ditentukan dengan penerapan teknologi yang diterapkan selama ini. Dia mencontohkan penerapan teknologi terpadu Fracturing and EOR yang berbasis bioteknologi dan aman lingkungan sektor migas telah diterapkan cukup lama di Amerika Serikat (AS) juga bisa diterapkan di Indonesia.
"Di samping EOR yang selama ini sudah diterapkan di Indonesia, teknologi fracking juga bisa digunakan untuk meningkatkan produksi migas kita," tuturnya.
Sementara, Ketua Komisi XII DPR yang membidangi ESDM, Lingkungan Hidup dan Investasi Bambang Patijaya dalam diskusi tersebut menekankan pentingnya terobosan dan inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan produksi sumur-sumur tua dan perlunya sinergi KKKS migas.Bambang berharap dukungan kuat dan sinergi KKKS dapat meningkatkan laju produksi minyak dan gas bumi nasional, sehingga beban APBN nantinya tidak terlalu berat.
"Kita berpikir bagaimana memberikan masukan sehingga problematika bisa kita atasi. Antara lain menyangkut penambahan cadangan baru. Kita juga perlu investasi masuk. Dan kita perlu hadirkan teknologi baru karena mungkin sumur tua yang ada pada hari ini dengan teknologi yang lama tidak lagi ekonomis karena situasi keekonomian untuk biaya satu sumur yang lalu berbanding beberapa sumur yang sekarang," ujarnya.
Sementara itu, pengamat sektor ESDM Syamsu Daliend mengatakan, kegiatan pengembangan dan produksi sumur yang ada harus terus dipercepat. Dengan adanya percepatan produksi dan mengoptimalkan kembali sumur idle yang ada serta penerapan teknologi seperti EOR di sumur-sumur tua, maka produksi minyak menurutnya bisa menyentuh di atas angka 600.000 barel per hari.
"Kalau ditotal akan ada penambahan jumlah produksi yang lumayan untuk menahan laju penurunan dan bahkan mempertahannya. Produksi minyak bisa menyentuh angka 600.000 barel. Jadi kita optimistis target lifting bisa tercapai pada tahun depan," tegasnya.
Geoscientist Geophysicit Consultant Muslimah Aida Batalipu menambahkan, pencapaian produksi sangat ditentukan dengan penerapan teknologi yang diterapkan selama ini. Dia mencontohkan penerapan teknologi terpadu Fracturing and EOR yang berbasis bioteknologi dan aman lingkungan sektor migas telah diterapkan cukup lama di Amerika Serikat (AS) juga bisa diterapkan di Indonesia.
"Di samping EOR yang selama ini sudah diterapkan di Indonesia, teknologi fracking juga bisa digunakan untuk meningkatkan produksi migas kita," tuturnya.
(fjo)
tulis komentar anda