Didera Masalah Struktural, Ekonomi Terbesar Eropa Hadapi Stagnasi
Minggu, 15 Desember 2024 - 08:00 WIB
JAKARTA - Bank sentral Jerman , Bundesbank, memangkas prospek pertumbuhan ekonomi negara itu, dan memproyeksikan bahwa ekonomi negara tersebut akan berkontraksi tahun ini dan hampir tidak akan tumbuh sama sekali pada tahun 2025.
Dalam laporan bulanannya yang dirilis pada hari Jumat, Bundesbank menyatakan produk domestik bruto (PDB) ekonomi terbesar Uni Eropa itu diperkirakan akan menyusut sebesar 0,2% tahun ini karena pelemahan yang lebih persisten di sektor industri. Prakiraan tersebut merupakan penurunan tajam dari proyeksi ekspansi 0,3% sebelumnya.
Pelemahan sektor industri sekarang sebagian besar dianggap struktural dan membebani bisnis ekspor dan investasi. Pasar tenaga kerja juga terpengaruh, yang pada gilirannya melemahkan konsumsi swasta.
"Dengan latar belakang ini, ekonomi Jerman akan mengalami stagnasi pada paruh tahun musim dingin 2024-25 dan baru mulai pulih secara perlahan selama tahun 2025," ungkap Bundesbank, seperti dilansir Russia Today, Minggu (15/12/2024).
Output ditetapkan meningkat sebesar 0,2% tahun depan, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 1,1%. Untuk tahun 2026 dan 2027, Bundesbank memperkirakan pertumbuhan masing-masing sebesar 0,8% dan 0,9%. "Perekonomian Jerman tidak hanya berjuang dengan hambatan siklus yang terus-menerus tetapi juga dengan masalah struktural," kata Presiden Bundesbank Joachim Nagel dalam laporan tersebut.
Ia mengutip ketidakpastian seputar konflik geopolitik, dampak perubahan struktural, dan orientasi kebijakan fiskal dan ekonomi masa depan setelah pemilihan Bundestag pada bulan Februari. "Secara keseluruhan, risiko yang berlaku saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan inflasi yang lebih tinggi," kata Nagel.
Laporan tersebut mengatakan bahwa perusahaan industri yang memproduksi secara domestik harus menyesuaikan diri dengan dampak jangka panjang dari krisis harga energi yang dipicu oleh krisis Ukraina, serta persyaratan transisi hijau, dan konsekuensi dari perubahan demografi, di antara isu-isu lainnya.
Bundesbank juga memperingatkan bahwa potensi perang dagang dengan AS dapat mendorong ekonomi Jerman ke dalam resesi. Jika Presiden terpilih Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk mengenakan tarif menyeluruh pada semua impor ke AS, hal itu dapat memangkas antara 0,2 dan 0,6 poin persentase dari PDB Jerman tahun depan.
Ekonomi terbesar di Zona Euro tersebut telah tertinggal dari negara-negara lain dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh kemerosotan manufaktur yang berkepanjangan. Jerman adalah satu-satunya ekonomi Kelompok Tujuh yang mengalami kontraksi pada tahun 2023.
Dalam laporan bulanannya yang dirilis pada hari Jumat, Bundesbank menyatakan produk domestik bruto (PDB) ekonomi terbesar Uni Eropa itu diperkirakan akan menyusut sebesar 0,2% tahun ini karena pelemahan yang lebih persisten di sektor industri. Prakiraan tersebut merupakan penurunan tajam dari proyeksi ekspansi 0,3% sebelumnya.
Pelemahan sektor industri sekarang sebagian besar dianggap struktural dan membebani bisnis ekspor dan investasi. Pasar tenaga kerja juga terpengaruh, yang pada gilirannya melemahkan konsumsi swasta.
"Dengan latar belakang ini, ekonomi Jerman akan mengalami stagnasi pada paruh tahun musim dingin 2024-25 dan baru mulai pulih secara perlahan selama tahun 2025," ungkap Bundesbank, seperti dilansir Russia Today, Minggu (15/12/2024).
Output ditetapkan meningkat sebesar 0,2% tahun depan, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 1,1%. Untuk tahun 2026 dan 2027, Bundesbank memperkirakan pertumbuhan masing-masing sebesar 0,8% dan 0,9%. "Perekonomian Jerman tidak hanya berjuang dengan hambatan siklus yang terus-menerus tetapi juga dengan masalah struktural," kata Presiden Bundesbank Joachim Nagel dalam laporan tersebut.
Ia mengutip ketidakpastian seputar konflik geopolitik, dampak perubahan struktural, dan orientasi kebijakan fiskal dan ekonomi masa depan setelah pemilihan Bundestag pada bulan Februari. "Secara keseluruhan, risiko yang berlaku saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan inflasi yang lebih tinggi," kata Nagel.
Laporan tersebut mengatakan bahwa perusahaan industri yang memproduksi secara domestik harus menyesuaikan diri dengan dampak jangka panjang dari krisis harga energi yang dipicu oleh krisis Ukraina, serta persyaratan transisi hijau, dan konsekuensi dari perubahan demografi, di antara isu-isu lainnya.
Bundesbank juga memperingatkan bahwa potensi perang dagang dengan AS dapat mendorong ekonomi Jerman ke dalam resesi. Jika Presiden terpilih Donald Trump menindaklanjuti ancamannya untuk mengenakan tarif menyeluruh pada semua impor ke AS, hal itu dapat memangkas antara 0,2 dan 0,6 poin persentase dari PDB Jerman tahun depan.
Ekonomi terbesar di Zona Euro tersebut telah tertinggal dari negara-negara lain dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh kemerosotan manufaktur yang berkepanjangan. Jerman adalah satu-satunya ekonomi Kelompok Tujuh yang mengalami kontraksi pada tahun 2023.
(fjo)
Lihat Juga :
tulis komentar anda