DPR Nilai Sawit Merupakan Komoditas Strategis
Jum'at, 04 September 2020 - 11:15 WIB
Senada dengan Hasan Aminuddin, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKB Luluk Nur Hamidah menyebutkan, komoditas sawit sudah menjadi industri strategis karena sumbangannya yang luar biasa besar, baik dalam hal pembukaan peluang kerja maupun sumbangan devisa bagi negara.
Karena itu, ke depan, Luluk berharap pemerintah lebih mengoptimalkan potensi sawit dengan membuat berbagai produk turunan dari kelapa sawit sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat, khususnya para petani sawit rakyat. (Baca juga: Banyuwangi Bakal jadi Pusat Wisata Bahari Kelas Dunia)
Di sisi lain, Luluk mengakui adanya kampanye hitam yang dilakukan komunitas-komunitas internasional terkait sawit. “Ini dilakukan negara Eropa yang menjadi negara tujuan ekspor. Ya memang ada kepentingan ekonomi yang sengaja didesain dengan isu-isu lingkungan hidup,” katanya.
Luluk menyatakan, para komunitas internasional gencar melakukan kampanye hitam dengan pendekatan yang seolah-olah bisa diterima secara scientific bahwa produk dari olahan sawit berbahaya secara kesehatan. Belum soal isu lingkungan.
“Mereka menggunakan pendekatan-pendekatan dengan riset, misalnya produk dari sawit dianggap ada lemak jenuhnya yang bisa mengganggu jantung. Bagi mereka, intinya sawit harus diperangi karena tidak mendukung gaya hidup sehat. Kedua, soal isu lingkungan hidup. Jadi, kita ini dipepet dari ujung ke ujung baik isu kesehatan maupun lingkungan," katanya. (Lihat videonya: Kapal Induk dan Kapal Perang Asing Bernuansa Nama Nusantara)
Karena itu, Luluk mendorong pemerintah untuk membuat counter issue. Misalnya dalam persoalan lingkungan, pemerintah harus menunjukkan langkah konkret bahwa mereka sudah melakukan pengawasan dan pembinaan secara benar agar tidak terjadi perusakan lingkungan. “Harus ada pemberdayaan petani-petani terutama sawit rakyat," tuturnya. (Sudarsono)
Karena itu, ke depan, Luluk berharap pemerintah lebih mengoptimalkan potensi sawit dengan membuat berbagai produk turunan dari kelapa sawit sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat, khususnya para petani sawit rakyat. (Baca juga: Banyuwangi Bakal jadi Pusat Wisata Bahari Kelas Dunia)
Di sisi lain, Luluk mengakui adanya kampanye hitam yang dilakukan komunitas-komunitas internasional terkait sawit. “Ini dilakukan negara Eropa yang menjadi negara tujuan ekspor. Ya memang ada kepentingan ekonomi yang sengaja didesain dengan isu-isu lingkungan hidup,” katanya.
Luluk menyatakan, para komunitas internasional gencar melakukan kampanye hitam dengan pendekatan yang seolah-olah bisa diterima secara scientific bahwa produk dari olahan sawit berbahaya secara kesehatan. Belum soal isu lingkungan.
“Mereka menggunakan pendekatan-pendekatan dengan riset, misalnya produk dari sawit dianggap ada lemak jenuhnya yang bisa mengganggu jantung. Bagi mereka, intinya sawit harus diperangi karena tidak mendukung gaya hidup sehat. Kedua, soal isu lingkungan hidup. Jadi, kita ini dipepet dari ujung ke ujung baik isu kesehatan maupun lingkungan," katanya. (Lihat videonya: Kapal Induk dan Kapal Perang Asing Bernuansa Nama Nusantara)
Karena itu, Luluk mendorong pemerintah untuk membuat counter issue. Misalnya dalam persoalan lingkungan, pemerintah harus menunjukkan langkah konkret bahwa mereka sudah melakukan pengawasan dan pembinaan secara benar agar tidak terjadi perusakan lingkungan. “Harus ada pemberdayaan petani-petani terutama sawit rakyat," tuturnya. (Sudarsono)
(ysw)
tulis komentar anda