Neraca Dagang Agustus 2020 Diprediksi Masih Surplus, Tapi Turun Tipis
Selasa, 15 September 2020 - 09:15 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan segera mengumumkan neraca perdagangan Agustus 2020 . Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan, neraca perdagangan Agustus 2020 diperkirakan tercatat surplus USD2,24 miliar dari bulan sebelumnya yang tercatat surplus USD3,26 miliar.
(Baca Juga: Neraca Dagang RI Surplus Tertinggi Selama 9 Tahun, Mendag Minta Bantuan UMKM )
Kinerja ekspor pada bulan Agustus diperkirakan -9,9% (year on year/ yoy), sedangkan, laju impor diperkirakan masih mengalami kontraksi sebesar -32,55% yoy.
"Kinerja perdagangan Indonesia pada bulan lalu yang tetap surplus masih dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang cenderung didukung oleh perbaikan aktivitas perekonomian global sementara kinerja impor masih tertahan oleh lemahnya investasi dan konsumsi domestik," ujar Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (15/9/2020).
(Baca Juga: Waspada! Resesi Global Mulai Hambat Kegiatan Ekspor Impor )
Kata dia, kinerja ekspor ditopang oleh aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok, Jepang dan AS, seiring dengan kenaikan Purchase Manufacture Index (PMI).
"Ketiganya ke angka 53,1, 45,2, dan 53,1. Sementara harga komoditas ekspor juga cenderung mengalami kenaikan, seperti CPO yang secara bulanan naik 10,03%, dan karet, yang mengalami kenaikan harga hingga 22,63% di bulan Agustus," katanya.
Dia menambahkan terjadinya penurunan surplus diakibatkan oleh adanya kenaikan harga minyak dunia sebesar 5,81%. "Selain itu, kinerja aktivitas manufaktur domestik yang meningkat diperkirakan juga akan mendorong peningkatan bulanan kinerja impor non migas meskipun masih terbatas," tandasnya.
(Baca Juga: Neraca Dagang RI Surplus Tertinggi Selama 9 Tahun, Mendag Minta Bantuan UMKM )
Kinerja ekspor pada bulan Agustus diperkirakan -9,9% (year on year/ yoy), sedangkan, laju impor diperkirakan masih mengalami kontraksi sebesar -32,55% yoy.
"Kinerja perdagangan Indonesia pada bulan lalu yang tetap surplus masih dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang cenderung didukung oleh perbaikan aktivitas perekonomian global sementara kinerja impor masih tertahan oleh lemahnya investasi dan konsumsi domestik," ujar Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (15/9/2020).
(Baca Juga: Waspada! Resesi Global Mulai Hambat Kegiatan Ekspor Impor )
Kata dia, kinerja ekspor ditopang oleh aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok, Jepang dan AS, seiring dengan kenaikan Purchase Manufacture Index (PMI).
"Ketiganya ke angka 53,1, 45,2, dan 53,1. Sementara harga komoditas ekspor juga cenderung mengalami kenaikan, seperti CPO yang secara bulanan naik 10,03%, dan karet, yang mengalami kenaikan harga hingga 22,63% di bulan Agustus," katanya.
Dia menambahkan terjadinya penurunan surplus diakibatkan oleh adanya kenaikan harga minyak dunia sebesar 5,81%. "Selain itu, kinerja aktivitas manufaktur domestik yang meningkat diperkirakan juga akan mendorong peningkatan bulanan kinerja impor non migas meskipun masih terbatas," tandasnya.
(akr)
tulis komentar anda