Terungkap! Anggur Kemasan yang Beredar di RI Banyak Diimpor dari China
Selasa, 15 September 2020 - 12:31 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa anggur kemasan yang beredar di RI banyak di impor dari China. Hal itu menyebabkan kinerja impor melesat pada Agustus kemarin.
Berdasarkan laporan BPS pada Agustus 2020 impor mencapai USD10,74 miliar mengalami kenaikan 2,65 % dibandingkan Juli 2020 tercatat sebesar USD10,46 miliar. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY) turun 24,19%.
(Baca juga : Resmi, Ini Spesifikasi Apple Watch Series 6 dan Watch SE )
"Barang konsumsi MtM naik 7,31%. Barang konsumsi yang naik cukup besar ini diantaranya grapes anggur dari China, impor barang konsumsi milk dari Selandia Baru, raw sugar impor dari India," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9/2020).
Dia mengatakan pemicu impor pada bulan ini karena ada peningkatan impor sejumlah barang konsumsi dan bahan baku. Sementara itu, secara tahunan seluruh jenis barang berdasarkan penggunaan mengalami kontraksi. Barang konsumsi turun sebesar 12,49% , bahan baku/penolong minus 24,93%, dan barang modal turun 27,55% . "Impor utama kita tetap dari China, Jepang, dan Singapura," jelasnya.
Disamping impor juga disumbang dua komoditas yakni migas dan non migas yang mengalami peningkatan dibandingkan bulan Juli. Adapun sektor migas mengalami kenaikan 0,88%. Lalu sektor non migas mengalami kenaikan 3,01%. "Impor ini terjadi baik migas dan non migas. Impor migas mencapai USD10,74 miliar sedangkan non migas mencapai USD9,79 miliar," ujar dia.
Berdasarkan laporan BPS pada Agustus 2020 impor mencapai USD10,74 miliar mengalami kenaikan 2,65 % dibandingkan Juli 2020 tercatat sebesar USD10,46 miliar. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY) turun 24,19%.
(Baca juga : Resmi, Ini Spesifikasi Apple Watch Series 6 dan Watch SE )
"Barang konsumsi MtM naik 7,31%. Barang konsumsi yang naik cukup besar ini diantaranya grapes anggur dari China, impor barang konsumsi milk dari Selandia Baru, raw sugar impor dari India," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9/2020).
Dia mengatakan pemicu impor pada bulan ini karena ada peningkatan impor sejumlah barang konsumsi dan bahan baku. Sementara itu, secara tahunan seluruh jenis barang berdasarkan penggunaan mengalami kontraksi. Barang konsumsi turun sebesar 12,49% , bahan baku/penolong minus 24,93%, dan barang modal turun 27,55% . "Impor utama kita tetap dari China, Jepang, dan Singapura," jelasnya.
Disamping impor juga disumbang dua komoditas yakni migas dan non migas yang mengalami peningkatan dibandingkan bulan Juli. Adapun sektor migas mengalami kenaikan 0,88%. Lalu sektor non migas mengalami kenaikan 3,01%. "Impor ini terjadi baik migas dan non migas. Impor migas mencapai USD10,74 miliar sedangkan non migas mencapai USD9,79 miliar," ujar dia.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda