Industri Jamu Masih Mampu Tumbuh Meski Diadang Pandemi
Selasa, 15 September 2020 - 16:50 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah menggeser perilaku dan pola hidup masyarakat menjadi semakin sadar kesehatan. Hal ini membuat potensi industri jamu lokal di masa mendatang semakin prospektif di pasar domestik maupun pasar dunia.
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, industri kimia, farmasi dan obat tradisional tetap mampu tumbuh di tengah pandemi Covid-19 meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pada kuartal II/2020.
(Baca Juga: Menkes Yakinkan Masyarakat Jangan Khawatir Konsumsi Obat Tradisional Modern)
Tercatat, pada kuartal II/2020 industri kimia, farmasi dan obat tradisional mampu tumbuh 8,65% dibanding kuartal II tahun 2019. "Kami melihat industri jamu Indonesia dapat menghadapi tantangan dan menggunakan peluang yang ada," ujarnya dalam webinar, Selasa (15/9/2020).
Agus melanjutkan, industri jamu mampu membawa efek pengganda (multiplier effect) dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir termasuk perdagangan. Industri ini memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional dengan mempekerjakan 3 juta tenaga kerja. Bahkan, tahun lalu tumbuh di atas 6% atau berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
"Selain itu, hampir 90% bahan baku berasal dari dalam negeri," jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk biofarmaka para periode Januari-Juli 2020 sebesar USD5,69 juta, turun 12,60% dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2019.
Pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke-18 negara pengekspor biofarmaka ke dunia dengan share 0,62%. Pemasok utama biofarmaka dunia masih dipegang oleh India dengan share 34,8%, China (28,10%, dan Belanda (7,16%).
Menurut Mendag, di tengah pandemi Covid-19 masih ada peluang ekspansi jamu Indonesia ke dunia dengan melakukan promosi. Selain itu, untuk meningkatkan daya saing, industri jamu harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. "Produsen juga dituntut tanggap agar tidak ditinggalkan konsumen," imbuhnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, industri kimia, farmasi dan obat tradisional tetap mampu tumbuh di tengah pandemi Covid-19 meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pada kuartal II/2020.
(Baca Juga: Menkes Yakinkan Masyarakat Jangan Khawatir Konsumsi Obat Tradisional Modern)
Tercatat, pada kuartal II/2020 industri kimia, farmasi dan obat tradisional mampu tumbuh 8,65% dibanding kuartal II tahun 2019. "Kami melihat industri jamu Indonesia dapat menghadapi tantangan dan menggunakan peluang yang ada," ujarnya dalam webinar, Selasa (15/9/2020).
Agus melanjutkan, industri jamu mampu membawa efek pengganda (multiplier effect) dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir termasuk perdagangan. Industri ini memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional dengan mempekerjakan 3 juta tenaga kerja. Bahkan, tahun lalu tumbuh di atas 6% atau berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
"Selain itu, hampir 90% bahan baku berasal dari dalam negeri," jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk biofarmaka para periode Januari-Juli 2020 sebesar USD5,69 juta, turun 12,60% dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2019.
Pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke-18 negara pengekspor biofarmaka ke dunia dengan share 0,62%. Pemasok utama biofarmaka dunia masih dipegang oleh India dengan share 34,8%, China (28,10%, dan Belanda (7,16%).
Menurut Mendag, di tengah pandemi Covid-19 masih ada peluang ekspansi jamu Indonesia ke dunia dengan melakukan promosi. Selain itu, untuk meningkatkan daya saing, industri jamu harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. "Produsen juga dituntut tanggap agar tidak ditinggalkan konsumen," imbuhnya.
tulis komentar anda