Optimistis Tumbuh Positif 2021

Jum'at, 18 September 2020 - 06:02 WIB
Sebaliknya Afrika Selatan (Afsel) diproyeksikan mengalami penurunan hingga 11,5% tahun ini. Adapun Meksiko dan India turun 10,2%. Negara maju seperti Italia juga tidak luput dari resesi dan akan mengalami penurunan sebesar 10,5% setelah menjadi pusat pandemi di Eropa. Angka pendapatannya menurun.

Kondisi ASEAN

Pandemi corona telah membuat kawasan Asia Tenggara (ASEAN) mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi terbesar sejak krisis moneter Asia pada 1997 lalu. Negara yang berhasil mengendalikan wabah lebih cepat, ekonominya juga akan bangkit lebih cepat.

Berdasarkan laporan Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), laju pertumbuhan di kawasan Asia diperkirakan akan menyusut sebesar 4,2% pada 2020 ini. Karena itu upaya pemulihan ekonomi di Asia Tenggara akan lebih panjang dan lama.

Kondisi ini diperparah dengan ketegangan hubungan dagangan AS-China yang masih berlangsung hingga saat ini. “Perlambatan jangka panjang dalam aktivitas perdagangan global dan pandemi korona yang berkepanjangan turut membebani prospek pertumbuhan kawasan ini,” ungkap Direktur Regional ICAEW, Tiongkok Raya dan Asia Tenggara Mark Billington dalam laporan bertajuk Global Economic Outlook Report dari Oxford Economics, di Jakarta, kemarin. (Baca juga: Tidur Buruk Terkait dengan Penambahan Berat Badan)

Laporan tersebut memperlihatkan bahwa meski aktivitas ekonomi berangsur normal kembali dengan pertumbuhan diperkirakan akan pulih menuju angka 6,4% pada 2021, laju pemulihan ekonomi selama paruh kedua tahun 2020 akan bervariasi di kawasan Asia Tenggara. Hal ini bergantung pada pelonggaran kebijakan pembatasan sosial dan peningkatan permintaan ekspor tiap negara.

Menurut dia, kawasan Asia Tenggara menunjukkan kecepatan pemulihan yang bervariasi pada paruh kedua 2020. Untuk memastikan kebangkitan ekonomi di seluruh kawasan, sangat penting bagi negara-negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia untuk melakukan pemulihan yang stabil.

Namun tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam mengatasi wabah Covid-19 dan kebijakan pelonggaran pembatasan sosial yang juga bervariasi akan memperbesar disparitas dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Meskipun ekonomi setiap negara menderita akibat krisis, imbuhnya, struktur ekonomi kawasan ASEAN yang unik menunjukkan bahwa krisis telah memberikan dampak yang berbeda di setiap negara. (Baca juga: Barcelona Rayakan 20 Tahun Karir Lionel Messi)

Sementara itu Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) melaporkan pandemi Covid-19 mengakibatkan kerentanan ekonomi secara serius di seluruh Asia Pasifik. Adapun wabah tersebut membuat kemiskinan global meningkat, layanan publik tegang, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.

Presiden ADB Masatsugu Asakawa memperkirakan ekonomi 33 dari 46 negara berkembang akan berkontraksi tahun ini. Akibatnya pertumbuhan ekonomi menyusut dan ketimpangan meningkat.

Menurut dia, pemerintah harus mengamankan sumber daya keuangan tambahan untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi gelombang pandemi berikutnya sembari juga mengembalikan lintasan pertumbuhan mereka ke jalur yang tepat untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Investasi lebih lanjut dalam pendidikan, kesehatan, dan memerangi perubahan iklim sangat dibutuhkan. “Ini membawa saya pada subjek yang telah menyatukan kita hari ini. Saya sangat yakin bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai SDGs di dunia yang dibentuk kembali oleh Covid-19 terletak pada penguatan mobilisasi pendapatan domestik atau DRM dan kerja sama pajak internasional, atau ITC,” jelasnya pada webinar kemarin.

Dia menambahkan ekonomi Indonesia minus 1% di tahun ini. Proyeksi ini menurun dibandingkan laporan April 2020 di mana ADB memproyeksi ekonomi Indonesia masih positif 2,5%. (Lihat videonya: Longsor 18 Meter, 5 Kios di Jagakarsa Ambruk)

“Karena infeksi Covid-19 terus meningkat di beberapa negara, terutama Indonesia dan Filipina, dan wabah mengejutkan muncul kembali di tempat lain di sub-kawasan tersebut, terutama di Vietnam, pemulihan ekonomi berjalan lambat dan menyulitkan,” tandasnya. (Rina Anggraeni/Michelle Natalia/Muh Shamil)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More