Kondisi Tak Pasti, Pastikan Punya Dana Darurat dan Aset Likuid
Jum'at, 18 September 2020 - 16:21 WIB
JAKARTA - Situasi ekonomi yang tak pasti, pemberlakukan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta akibat meningkatnya penjangkitan Covid-19 dipastikan sangat berdampak pada keuangan para pekerja, baik kantoran maupun pekerja yang mengandalkan upah harian.
(Baca Juga: PSBB Bikin Masyarakat Ngempet Belanja, Konsumsi Terancam Turun)
"Untuk pekerja kantoran, komponen income yang tadinya 100% bisa berkurang hingga 30% sampai 50%. Karena sebagian dari komponen income-nya bersifat tunjangan yang baru diberikan ketika mereka masuk kantor. Kalau sekarang, ini kan sistemnya WFH," ujar Co-Founder Sipundi.id sekaligus perencana keuangan M Kharisma dalam IDX Channel Live di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Selain itu, para pekerja yang bergantung pada pendapatan harian otomatis akan terimbas langsung oleh tidak adanya aktivitas normal. Hal ini berpengaruh ke kondisi keuangan pribadi masing-masing.
"Sebenarnya persiapan keuangannya tidak panjang, namun saya dan perencana keuangan lainnya pasti menekankan pentingnya emergency fund. Tidak lupa harus ada rasio aset likuid yang ideal, dengan limit 15%, atau bahkan dengan buffer 20-25%," ungkapnya.
Sehingga, lanjut dia, ketika kondisi mendadak seperti ini terjadi, tidak harus sampai menjual aset. Karena, hal ini akan berdampak pada nilai aset ketika dilikuidasi.
(Baca Juga: Tawarkan Banyak Promo, Simpanan MNC Bank Cocok Jadi Investasi Dikala Pandemi)
"Instrumen investasi saya rasa sudah cukup tinggi ketika membicarakan instrumen dana darurat. Para investor akan masuk ke investasi langsung seperti logam mulia dan tabungan emas digital yang bisa dicicil tiap bulannya. Sehingga, tidak ada alasan untuk tidak mengalokasikan dana darurat ke beberapa instrumen keuangan seperti ini," jelas Kharisma.
Dia juga menyampaikan, dengan instrumen-instrumen keuangan seperti ini, nominalnya relatif kecil dan cenderung lebih likuid. "Semua ini bisa dimulai dari diri kita sendiri, ini juga momentum bagi kita untuk memperbaiki cash flow juga," pungkas Kharisma.
(Baca Juga: PSBB Bikin Masyarakat Ngempet Belanja, Konsumsi Terancam Turun)
"Untuk pekerja kantoran, komponen income yang tadinya 100% bisa berkurang hingga 30% sampai 50%. Karena sebagian dari komponen income-nya bersifat tunjangan yang baru diberikan ketika mereka masuk kantor. Kalau sekarang, ini kan sistemnya WFH," ujar Co-Founder Sipundi.id sekaligus perencana keuangan M Kharisma dalam IDX Channel Live di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
Selain itu, para pekerja yang bergantung pada pendapatan harian otomatis akan terimbas langsung oleh tidak adanya aktivitas normal. Hal ini berpengaruh ke kondisi keuangan pribadi masing-masing.
"Sebenarnya persiapan keuangannya tidak panjang, namun saya dan perencana keuangan lainnya pasti menekankan pentingnya emergency fund. Tidak lupa harus ada rasio aset likuid yang ideal, dengan limit 15%, atau bahkan dengan buffer 20-25%," ungkapnya.
Sehingga, lanjut dia, ketika kondisi mendadak seperti ini terjadi, tidak harus sampai menjual aset. Karena, hal ini akan berdampak pada nilai aset ketika dilikuidasi.
(Baca Juga: Tawarkan Banyak Promo, Simpanan MNC Bank Cocok Jadi Investasi Dikala Pandemi)
"Instrumen investasi saya rasa sudah cukup tinggi ketika membicarakan instrumen dana darurat. Para investor akan masuk ke investasi langsung seperti logam mulia dan tabungan emas digital yang bisa dicicil tiap bulannya. Sehingga, tidak ada alasan untuk tidak mengalokasikan dana darurat ke beberapa instrumen keuangan seperti ini," jelas Kharisma.
Dia juga menyampaikan, dengan instrumen-instrumen keuangan seperti ini, nominalnya relatif kecil dan cenderung lebih likuid. "Semua ini bisa dimulai dari diri kita sendiri, ini juga momentum bagi kita untuk memperbaiki cash flow juga," pungkas Kharisma.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda