Kerugian Bank di Depan Mata, Orang Nabung Lebih Banyak Dibanding Ngutang
Kamis, 24 September 2020 - 21:33 WIB
JAKARTA - Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tinggi membuat kondisi likuiditas akan relatif melimpah pada tahun ini. Sementara, rasio kredit macet (NPL) memang akan mengalami peningkatan antara 3,5%-4%, namun peningkatan ini dapat diredam karena stimulus pemerintah dan OJK.
(Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Rendah, Bagaimana Kondisi Pasar Keuangan? )
Pertumbuhan kredit diperkirakan hanya mencapai 1,5% dibandingkan tahun lalu, sementara DPK dapat tumbuh sebesar 8,3% seiring makin banyaknya penabung dengan nominal besar. Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan, orang lebih banyak menabung di bank dibandingkan mengutang akan berdampak pada beban biaya bunga bagi bank semakin besar.
(Baca juga : Kemenristek Dukung Uji Klinis Genos Teknologi Pengendus COVID-19 buatan UGM )
"Ini akan tekan pendapatan dan laba perbankan sampai akhir tahun. Bank harus bayar bunga ke deposan 5% misalnya, sementara debitur kredit banyak yang ajukan relaksasi pinjaman," kata Bhima di Jakarta, Kamis (24/9/2020).
(Baca Juga: Pandemi Bikin Orang Lebih Memilih Nabung daripada Ngutang )
Situasi yang tidak match antara laju pertumbuhan DPK dan kredit makin membuat bank rugi. Hal ini juga berdampak pada bank tidak cepat menurunkan bunga kreditnya sehingga intermediasi sektor keuangan ke sektor riil terganggu. "Makin kecil penyaluran kredit semakin lambat pemulihan ekonomi," ungkap dia.
(Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Rendah, Bagaimana Kondisi Pasar Keuangan? )
Pertumbuhan kredit diperkirakan hanya mencapai 1,5% dibandingkan tahun lalu, sementara DPK dapat tumbuh sebesar 8,3% seiring makin banyaknya penabung dengan nominal besar. Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan, orang lebih banyak menabung di bank dibandingkan mengutang akan berdampak pada beban biaya bunga bagi bank semakin besar.
(Baca juga : Kemenristek Dukung Uji Klinis Genos Teknologi Pengendus COVID-19 buatan UGM )
"Ini akan tekan pendapatan dan laba perbankan sampai akhir tahun. Bank harus bayar bunga ke deposan 5% misalnya, sementara debitur kredit banyak yang ajukan relaksasi pinjaman," kata Bhima di Jakarta, Kamis (24/9/2020).
(Baca Juga: Pandemi Bikin Orang Lebih Memilih Nabung daripada Ngutang )
Situasi yang tidak match antara laju pertumbuhan DPK dan kredit makin membuat bank rugi. Hal ini juga berdampak pada bank tidak cepat menurunkan bunga kreditnya sehingga intermediasi sektor keuangan ke sektor riil terganggu. "Makin kecil penyaluran kredit semakin lambat pemulihan ekonomi," ungkap dia.
(akr)
tulis komentar anda