Perlunya Pengelolaan Keuangan di Masa Pandemi
Sabtu, 10 Oktober 2020 - 06:35 WIB
Ketiga, manajemen utang. Dalam hal ini perlu mengatur dan memilah utang, mana yang termasuk utang produktif dan mana yang utang konsumtif.
Keempat, manajemen investasi. Pada bagian ini terlebih dahulu tentukan tujuan investasi yang diinginkan. Selanjutnya tentukan jangka waktunya apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang.
“Kenali juga risikonya. Selain itu kenali portofolio investasi yang memang sehat dan baik. Lalu lakukan evaluasi dan monitoring,” ucapnya. (Baca juga: Belajar Harus Tetap Menyenagkan)
Pada FGD yang digelar atas kerja sama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dengan Sindonews.com dan KORAN SINDO itu, Maya mengakui bahwa merencanakan keuangan secara sehat dan tepat bukanlah perkara yang mudah diterapkan. Terlebih lagi di masa pandemi korona yang tidak sedikit berpengaruh pada pendapatan pribadi.
Menurut Maya, ada sejumlah tantangan yang bisa saja menyulitkan perencanaan keuangan, termasuk memilah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang keinginan.
“Ini yang harus dipahami. Harus dipisah juga antara keuangan untuk pribadi maupun untuk bisnis. Berapa persen untuk bayar cicilan atau utang, untuk kebutuhan belanja sehari-hari, dan untuk investasi atau bisnis,” tutur Maya.
Dia menambahkan, dalam mengatur keuangan, pendapatan bulanan harus dibagi dalam beberapa porsi. Misalnya sekitar 30% untuk membayar utang, 30% investasi, 40% untuk kebutuhan dan keinginan. Namun, khusus di masa pandemi , Maya menyarankan perlunya memprioritaskan alokasi dana darurat. (Baca juga: Waspada! Seks Oral Bisa Sebabkan Kanker Tenggorokan)
“Soal berapa yang dicadangkan, itu bergantung kembali kepada masing-masing. Ini tentu melihat dari profil risikonya, apakah dia lajang, sudah menikah, punya anak berapa. Itu bergantung keluarga masing-masing,” katanya.
Maya juga menekankan perlunya menahan keinginan belanja yang bukan menjadi kebutuhan. Sebaliknya, alokasi itu bisa diperuntukkan bagi investasi seperti investasi pendidikan, beli saham.
Pada kesempatan tersebut Maya juga menyoroti dana pendidikan yang menurutnya harus menjadi prioritas. Sebab inflasi pendidikan terus meningkat pesat, termasuk di Indonesia. Berdasarkan penelitian, kata dia, inflasi pendidikan sangat tinggi dengan perkiraan sekitar 15–20%.
Keempat, manajemen investasi. Pada bagian ini terlebih dahulu tentukan tujuan investasi yang diinginkan. Selanjutnya tentukan jangka waktunya apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang.
“Kenali juga risikonya. Selain itu kenali portofolio investasi yang memang sehat dan baik. Lalu lakukan evaluasi dan monitoring,” ucapnya. (Baca juga: Belajar Harus Tetap Menyenagkan)
Pada FGD yang digelar atas kerja sama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dengan Sindonews.com dan KORAN SINDO itu, Maya mengakui bahwa merencanakan keuangan secara sehat dan tepat bukanlah perkara yang mudah diterapkan. Terlebih lagi di masa pandemi korona yang tidak sedikit berpengaruh pada pendapatan pribadi.
Menurut Maya, ada sejumlah tantangan yang bisa saja menyulitkan perencanaan keuangan, termasuk memilah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang keinginan.
“Ini yang harus dipahami. Harus dipisah juga antara keuangan untuk pribadi maupun untuk bisnis. Berapa persen untuk bayar cicilan atau utang, untuk kebutuhan belanja sehari-hari, dan untuk investasi atau bisnis,” tutur Maya.
Dia menambahkan, dalam mengatur keuangan, pendapatan bulanan harus dibagi dalam beberapa porsi. Misalnya sekitar 30% untuk membayar utang, 30% investasi, 40% untuk kebutuhan dan keinginan. Namun, khusus di masa pandemi , Maya menyarankan perlunya memprioritaskan alokasi dana darurat. (Baca juga: Waspada! Seks Oral Bisa Sebabkan Kanker Tenggorokan)
“Soal berapa yang dicadangkan, itu bergantung kembali kepada masing-masing. Ini tentu melihat dari profil risikonya, apakah dia lajang, sudah menikah, punya anak berapa. Itu bergantung keluarga masing-masing,” katanya.
Maya juga menekankan perlunya menahan keinginan belanja yang bukan menjadi kebutuhan. Sebaliknya, alokasi itu bisa diperuntukkan bagi investasi seperti investasi pendidikan, beli saham.
Pada kesempatan tersebut Maya juga menyoroti dana pendidikan yang menurutnya harus menjadi prioritas. Sebab inflasi pendidikan terus meningkat pesat, termasuk di Indonesia. Berdasarkan penelitian, kata dia, inflasi pendidikan sangat tinggi dengan perkiraan sekitar 15–20%.
tulis komentar anda