Kementan Ajak Generasi Milenial Manfaatkan PWMP

Rabu, 06 Mei 2020 - 15:50 WIB
Kementan ajak generasi milenial manfaatkan program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP). Foto/Dok.Kementan
JAKARTA - Kementerian Pertanian terus melakukan berbagai upaya untuk melakukan regenerasi petani. Salah satunya, melalui program andalan Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP). Lewat program ini, Kementan mendorong lahirnya petani milenial.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Ia pun meyakini tongkat estafet pembangunan pertanian ada pada pundak generasi muda.

Syahril Yasin Limpo menambahkan, PWMP yang dihadirkan Kementan diharapkan bisa mencetak generasi milenial menjadi seorang petani atau mendirikan start up di bidang pertanian. Menurutnya, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Sebab, kaum milenial mulai sadar bahwa pertanian adalah tambang emas tanpa batas jangka panjang.



"Ke depan, generasi muda pertanian bukanlah pekerja bidang pertanian, tetapi menjadi pelaku usaha pertanian. Regenerasi petani menjadi hal yang penting dan utama sekarang ini," papar Mentan SYL di Jakarta, Rabu (6/5/2020).

Ucapan Mentan SYL bukan omongan kosong. Pemuda kelahiran Nusa Tenggara Barat, Mohamad Sui Saputra, 23 tahun, membuktikannya. Buat Sui, lulus menempuh pendidikan tinggi, meraih predikat sarjana dan memilih dunia perkantoran sebagai tanda kesuksesan tidak berlaku. Ia justru mengaku bangga menyandang gelar sarjana bidang pertanian. Sui memilih berkarya di kampung halamannya, Desa Teruwai, Kecamatan Pucut, Kabupaten Lombok Tengah, dengan berwirausaha ayam kampung.

Pengalaman wirausaha selama menempuh kuliah di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, semakin memperkuat keinginan Sui untuk menekuni sektor pertanian. Dengan berjualan ayam geprek saat libur kuliah, Sui mampu meraih omzet Rp800.000 hingga Rp1 juta per hari. Hal inilah yang mendorong Sui mengajukan diri berkompetisi mendapatkan PWMP.

Stimulus modal sebesar Rp35 juta tersebut, cukup memantik nyali sarjana pertanian dari NTB ini untuk memulai usaha budidaya ternak ayam kampung. Ia mendatangkan DOC (Day Old Chicken) sebanyak 250 ekor ayam KUB dan 250 ekor ayam arab.

"Dalam 100 ekor ayam, dibutuhkan modal atau biaya sebesar Rp1,070 juta, termasuk bibit, pakan dan vaksin. Dipelihara selama 55 hari untuk ayam KUB dan 40 hari untuk ayam arab," ujar Sui penuh semangat.

Dengan membentuk kelompok usaha yang dinamakan "Sapoq Angen" bersama rekannya Iksan Wahyudi, Sui mulai merintis pola kemitraan Yarnen (bayar setelah panen) yang merupakan kolaborasi dengan produsen DOC lokal UD. FT, Lombok dengan 4 orang peternak, sebanyak 2.000 ekor ayam KUB dan ayam arab.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More