Sebut Resesi Jangan Disia-siakan, Ekonom Nilai Kemenkeu Optimis Berlebihan
Senin, 12 Oktober 2020 - 19:50 WIB
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai resesi ekonomi nasional tidak dapat dihindari di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. Kemenkeu juga meminta, agar seluruh pihak untuk berani menghadapi resesi tersebut dan bahkan memanfaatkan kondisi tersebut.
Bahkan kemenkeu menyatakan bahwa resesi jangan sampai disia-siakan. Sebab, resesi dinilai sebagai saat terbaik untuk melihat yang harus diperbaiki dari kondisi ekonomi, dan dilanjutkan dengan transformasi agar ekonomi semakin kuat setelah keluar dari resesi.
(Baca Juga: Kemenkeu Bilang Resesi Indonesia Jangan Disia-siakan, Nah Loh?)
Menanggapi hal tersebut ekonom Bhima Yudhistira menyebut sikap tersebut sebagai optimisme yang tidak berdasar. "Bagaimana mau memanfaatkan resesi? Jelas resesi adalah tekanan terhadap ekonomi, khususnya di sektor UMKM," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (12/10/2020).
Dia mengatakan, di tahun 1998 dan 2008, UMKM bisa jadi penyelamat ekonomi sementara di 2020 kondisinya justru mendapatkan tekanan dari penurunan daya beli. Jadi, kata Bhima, pemerintah harus memiliki empati dengan memperbesar stimulus untuk UMKM.
Dia mencontohkan, 87% UMKM belum tersambung ke dalam ekosistem digital dan jadi tugas pemerintah ungtuk memastikan sektor usaha yang paling kecil ini tak tertinggal dari booming ekonomi digital.
(Baca Juga: 5 Peluang Bisnis Ini Mampu Tahan Resesi)
"No one left behind harusnya bukan sekedar slogan. Kemudian komitmen untuk melakukan percepatan transformasi ekonomi dengan kemandirian pangan juga dicedrai oleh UU Cipta Kerja," ungkap dia.
Menurut Bhima, saat ini pemerintah hanya sibuk membangun food estate, namun di bagian lain UU Cipta Kerja yang baru disahkan menurutnya mempermudah impor masuk ke Indonesia. "Ini kontradiktif," cetusnya.
Bahkan kemenkeu menyatakan bahwa resesi jangan sampai disia-siakan. Sebab, resesi dinilai sebagai saat terbaik untuk melihat yang harus diperbaiki dari kondisi ekonomi, dan dilanjutkan dengan transformasi agar ekonomi semakin kuat setelah keluar dari resesi.
(Baca Juga: Kemenkeu Bilang Resesi Indonesia Jangan Disia-siakan, Nah Loh?)
Menanggapi hal tersebut ekonom Bhima Yudhistira menyebut sikap tersebut sebagai optimisme yang tidak berdasar. "Bagaimana mau memanfaatkan resesi? Jelas resesi adalah tekanan terhadap ekonomi, khususnya di sektor UMKM," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (12/10/2020).
Dia mengatakan, di tahun 1998 dan 2008, UMKM bisa jadi penyelamat ekonomi sementara di 2020 kondisinya justru mendapatkan tekanan dari penurunan daya beli. Jadi, kata Bhima, pemerintah harus memiliki empati dengan memperbesar stimulus untuk UMKM.
Dia mencontohkan, 87% UMKM belum tersambung ke dalam ekosistem digital dan jadi tugas pemerintah ungtuk memastikan sektor usaha yang paling kecil ini tak tertinggal dari booming ekonomi digital.
(Baca Juga: 5 Peluang Bisnis Ini Mampu Tahan Resesi)
"No one left behind harusnya bukan sekedar slogan. Kemudian komitmen untuk melakukan percepatan transformasi ekonomi dengan kemandirian pangan juga dicedrai oleh UU Cipta Kerja," ungkap dia.
Menurut Bhima, saat ini pemerintah hanya sibuk membangun food estate, namun di bagian lain UU Cipta Kerja yang baru disahkan menurutnya mempermudah impor masuk ke Indonesia. "Ini kontradiktif," cetusnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda