Emiten Sawit Siap Ekspor Limbah ke Jepang untuk Pembangkit Listrik
Selasa, 20 Oktober 2020 - 02:00 WIB
JAKARTA - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) melalui anak usahanya, PT Dharma Sumber Energi, resmi menggandeng eREX Singapore Pte Ltd, untuk ekspor cangkang sawit (palm kernel shell) ke Jepang selama 15 tahun ke depan. Ekspor tersebut tersebut akan menjadikan cangkang sawit sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga biomasa .
Mitra perseroan, eREX Singapore PTE Ltd, merupakan anak perusahaan dari eREX Co. Ltd, sebuah perusahaan publik dan terkemuka di Jepang yang berpengalaman dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga biomassa. Penandatanganan kerja sama berlangsung secara virtual oleh Efendi Sulisetyo selaku Direktur Utama dari DSE dan Shuji Yoda selaku Managing Director dari eRex Pte Ltd.
(Baca Juga: Kemendag Dorong Ekspor Produk Biomassa ke Negeri Sakura) Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo menjelaskan, dalam kerja sama tersebut, beberapa pabrik kelapa sawit milik Perseroan yang berlokasi di Muara Wahau, Kalimantan Timur, akan memasok cangkang kelapa sawit untuk diekspor ke Jepang. Ditargetkan volumenya akan mencapai 70.000 ton per tahun.
“Selama ini cangkang kelapa sawit dari hasil pengolahan Tandan Buah Segar menjadi CPO digunakan sebagai bahan bakar di boiler. Namun, kontrak jangka panjang dengan eREX ini membuka peluang kami untuk mengekspor cangkang ke Jepang sebagai bahan baku biomas bagi pembangkit listrik berbasis biomas milik eREX tersebut,” kata Andrianto di Jakarta, Senin (19/10/2020).
Menurut dia, kerja sama dengan eREX menjadi langkah strategis bagi Perseroan dalam menerapkan strategi keberlanjutan (sustainability). Dengan menjadikan limbah dari produksi CPO justru menjadi produk yang bernilai ekonomis dan sesuai dengan prinsip-prinsip Environment, Social and Governance (ESG).
Sebelumnya pada September 2020 lalu, Perseroan melakukan commissioning atas Instalasi Bio-CNG yang pertama, yang mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent) menjadi energi terbarukan dalam bentuk listrik dengan kapasitas 1,2 megawatt serta Bio-CNG dalam tabung dengan kapasitas sebesar 280 m3 per jam.
“Kami siap mengintegrasikan ESG di seluruh lini usaha. Ini akan jadi cara kami berbisnis. Semua proses produksi baik itu usaha kelapa sawit ataupun produk kayu harus mengimplementasikan kerangka keberlanjutan. Sehingga produk yang dihasilkan tersertifikasi berdasarkan standar internasional. Tidak hanya itu, limbah yang dihasilkan dari proses produksi pun harus diberdayagunakan agar dapat memberikan manfaat ekonomis dan manfaat terhadap lingkungan," ujarnya.
Sebelumnya, limbah sawit lainnya seperti janjang kosong (jankos) hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang ditabur di kebun. Namun sekarang dapat juga memanfaatkan jankos tersebut sebagai bahan bakar biomassa untuk boiler di pabrik kelapa sawit pengganti cangkang
“Dengan memanfaatkan jankos sebagai bahan bakar biomasa, kami dapat mengurangi emisi metane yang timbul karena pembusukan jangkos yang semula ditabur di kebun sebagai pupuk organik. Kini cangkang sawit yang tidak terpakai dapat diekspor ke Jepang untuk dijadikan bahan bakar biomassa yang ramah lingkungan,” kata Andrianto.
(Baca Juga: Produksi Sawit RI Potensi Besar Wujudkan Ketahanan Energi)
Kedepan, pihaknya juga akan mengintegrasikan instalasi BioCNG dengan proyek biomassa untuk mengurangi penggunaan energi fosil atau diesel secara signifikan di Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Pengolahan Kernel, sarana transportasi maupun perumahan di sekitar kebun. Sehingga mendorong efisiensi biaya sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca agar lebih ramah lingkungan.
Sementara itu President Erex Co.Ltd Hitoshi Honna mengatakan dengan menggandeng DSNG, pihaknya dapat memastikan operasional jangka panjang dan cangkang yang ekonomis. Terlebih lagi, cangkang sawit yang diproduksi oleh pabrik DSNG sudah tersertifikasi oleh RSPO yang disetujui oleh Kementrian Ekonomi, Perdagangan, dan industri di Jepang. "Kami dapat mewujudkan pengadaan cangkang yang berkelanjutan dan tersertifikasi secara konsisten," ujar Honna.
Mitra perseroan, eREX Singapore PTE Ltd, merupakan anak perusahaan dari eREX Co. Ltd, sebuah perusahaan publik dan terkemuka di Jepang yang berpengalaman dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga biomassa. Penandatanganan kerja sama berlangsung secara virtual oleh Efendi Sulisetyo selaku Direktur Utama dari DSE dan Shuji Yoda selaku Managing Director dari eRex Pte Ltd.
(Baca Juga: Kemendag Dorong Ekspor Produk Biomassa ke Negeri Sakura) Direktur Utama DSNG Andrianto Oetomo menjelaskan, dalam kerja sama tersebut, beberapa pabrik kelapa sawit milik Perseroan yang berlokasi di Muara Wahau, Kalimantan Timur, akan memasok cangkang kelapa sawit untuk diekspor ke Jepang. Ditargetkan volumenya akan mencapai 70.000 ton per tahun.
“Selama ini cangkang kelapa sawit dari hasil pengolahan Tandan Buah Segar menjadi CPO digunakan sebagai bahan bakar di boiler. Namun, kontrak jangka panjang dengan eREX ini membuka peluang kami untuk mengekspor cangkang ke Jepang sebagai bahan baku biomas bagi pembangkit listrik berbasis biomas milik eREX tersebut,” kata Andrianto di Jakarta, Senin (19/10/2020).
Menurut dia, kerja sama dengan eREX menjadi langkah strategis bagi Perseroan dalam menerapkan strategi keberlanjutan (sustainability). Dengan menjadikan limbah dari produksi CPO justru menjadi produk yang bernilai ekonomis dan sesuai dengan prinsip-prinsip Environment, Social and Governance (ESG).
Sebelumnya pada September 2020 lalu, Perseroan melakukan commissioning atas Instalasi Bio-CNG yang pertama, yang mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent) menjadi energi terbarukan dalam bentuk listrik dengan kapasitas 1,2 megawatt serta Bio-CNG dalam tabung dengan kapasitas sebesar 280 m3 per jam.
“Kami siap mengintegrasikan ESG di seluruh lini usaha. Ini akan jadi cara kami berbisnis. Semua proses produksi baik itu usaha kelapa sawit ataupun produk kayu harus mengimplementasikan kerangka keberlanjutan. Sehingga produk yang dihasilkan tersertifikasi berdasarkan standar internasional. Tidak hanya itu, limbah yang dihasilkan dari proses produksi pun harus diberdayagunakan agar dapat memberikan manfaat ekonomis dan manfaat terhadap lingkungan," ujarnya.
Sebelumnya, limbah sawit lainnya seperti janjang kosong (jankos) hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang ditabur di kebun. Namun sekarang dapat juga memanfaatkan jankos tersebut sebagai bahan bakar biomassa untuk boiler di pabrik kelapa sawit pengganti cangkang
“Dengan memanfaatkan jankos sebagai bahan bakar biomasa, kami dapat mengurangi emisi metane yang timbul karena pembusukan jangkos yang semula ditabur di kebun sebagai pupuk organik. Kini cangkang sawit yang tidak terpakai dapat diekspor ke Jepang untuk dijadikan bahan bakar biomassa yang ramah lingkungan,” kata Andrianto.
(Baca Juga: Produksi Sawit RI Potensi Besar Wujudkan Ketahanan Energi)
Kedepan, pihaknya juga akan mengintegrasikan instalasi BioCNG dengan proyek biomassa untuk mengurangi penggunaan energi fosil atau diesel secara signifikan di Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Pengolahan Kernel, sarana transportasi maupun perumahan di sekitar kebun. Sehingga mendorong efisiensi biaya sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca agar lebih ramah lingkungan.
Sementara itu President Erex Co.Ltd Hitoshi Honna mengatakan dengan menggandeng DSNG, pihaknya dapat memastikan operasional jangka panjang dan cangkang yang ekonomis. Terlebih lagi, cangkang sawit yang diproduksi oleh pabrik DSNG sudah tersertifikasi oleh RSPO yang disetujui oleh Kementrian Ekonomi, Perdagangan, dan industri di Jepang. "Kami dapat mewujudkan pengadaan cangkang yang berkelanjutan dan tersertifikasi secara konsisten," ujar Honna.
(fai)
tulis komentar anda