Regulasi Berbasis Keberlanjutan, Kunci Penting Menarik Investasi ke Daerah
Kamis, 22 Oktober 2020 - 22:24 WIB
Guna menambah daya tarik investasi daerah di Indonesia termasuk bagi investor luar negeri, Direktur Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) Sydney Henry Rombe mengatakan daerah penting untuk menerapkan strategi kunci dukungan mulai dari insentif hingga cara jemput bola.
"Dukungan fasilitas atau insentif fiskal dan nonfiskal, penjaminan keberlangsungan proyek, status proyek pembangkit listrik hingga strategi jemput bola oleh pemerintah daerah," pungkasnya.
Data IIPC menunjukkan realisasi investasi Australia di Indonesia tahun 2020 pada triwulan II ini sebesar 62,1 juta dollar Amerika Serikat, mayoritas di sektor pertambangan. Terkait investasi berkelanjutan Australia di Indonesia, perlu adanya pengolahan lebih lanjut sehingga pertambangan Indonesia mampu meningkatkan nilai tambah, tidak hanya ekstrasi.
“Ada minat usaha pebisnis Australia dengan pebisnis Indonesia soal pengolahan limbah dari bauksit menjadi bernilai tambah dan bisa diproses di smelter mereka menjadi produk akhir,” tutur Henry.
Impact investment lead ANGIN Benedikta Atika menuturkan tantangan impact investor untuk investasi hijau berkelanjutan dapat dilihat dari dua sisi, supply side dan demand side.
Atika mengatakan secara umum terdapat kesenjangan pemahaman antara peluang yang dipahami pelaku usaha dan peluang yang dilihat oleh investor. Pelaku usaha atau pihak usaha kecil menengah menekankan bagaimana usahanya bisa memberikan dampak sosial dan lingkungan, tapi seringkali melupakan investor melihat pengembalian modal.
“Di satu sisi, impact investor kebanyakan berasal dari luar negeri. Kalau mereka ingin masuk, mereka ingin secara efisien. Misalnya, ketika usahanya terlalu kecil, sedangkan tingkat investasinya terlalu besar, itu menjadi tidak sesuai,” ujar Atika.
"Dukungan fasilitas atau insentif fiskal dan nonfiskal, penjaminan keberlangsungan proyek, status proyek pembangkit listrik hingga strategi jemput bola oleh pemerintah daerah," pungkasnya.
Data IIPC menunjukkan realisasi investasi Australia di Indonesia tahun 2020 pada triwulan II ini sebesar 62,1 juta dollar Amerika Serikat, mayoritas di sektor pertambangan. Terkait investasi berkelanjutan Australia di Indonesia, perlu adanya pengolahan lebih lanjut sehingga pertambangan Indonesia mampu meningkatkan nilai tambah, tidak hanya ekstrasi.
“Ada minat usaha pebisnis Australia dengan pebisnis Indonesia soal pengolahan limbah dari bauksit menjadi bernilai tambah dan bisa diproses di smelter mereka menjadi produk akhir,” tutur Henry.
Impact investment lead ANGIN Benedikta Atika menuturkan tantangan impact investor untuk investasi hijau berkelanjutan dapat dilihat dari dua sisi, supply side dan demand side.
Atika mengatakan secara umum terdapat kesenjangan pemahaman antara peluang yang dipahami pelaku usaha dan peluang yang dilihat oleh investor. Pelaku usaha atau pihak usaha kecil menengah menekankan bagaimana usahanya bisa memberikan dampak sosial dan lingkungan, tapi seringkali melupakan investor melihat pengembalian modal.
“Di satu sisi, impact investor kebanyakan berasal dari luar negeri. Kalau mereka ingin masuk, mereka ingin secara efisien. Misalnya, ketika usahanya terlalu kecil, sedangkan tingkat investasinya terlalu besar, itu menjadi tidak sesuai,” ujar Atika.
(akr)
tulis komentar anda