Industri Otomotif Tertatih Dihantam Pandemi
Kamis, 07 Mei 2020 - 19:27 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menghantam berbagai sektor perekonomian. Kegiatan ekonomi dan usaha terhambat, bahkan beberapa sektor seperti pariwisata hampir kolaps. Hal ini dialami tak hanya oleh negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, termasuk negara pusat wabah berasal yakni China.
Kegiatan konsumsi turun drastis sehingga berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Tak hanya di sektor ritel saja, tetapi juga industri otomotif. Beberapa pabrik mobil menutup kegiatan produksinya, meskipun ada yang mulai berproduksi lagi dalam skala terbatas. "Yang kita lakukan sekarang adalah bertahan dan berupaya agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK)," tegas praktisi otomotif Fransiscus Soerjopranoto kepada SINDOnews di Jakarta, Kamis (7/5/2020).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil nasional pada kuartal I 2020 mencapai 219.361 unit. Dengan perincian, total penjualan Januari sebanyak 81.067 unit, Februari 77.847 unit, dan Maret 60.447 unit.
Dia menambahkan, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap ekosistem industri otomotif secara keseluruhan. Soerjopranoto, yang juga menjabat Executive General Manager di salah satu pabrikan mobil Jepang itu mengungkapkan, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di beberapa daerah membuat penjualan mobil turun.
Namun, dia menilai, langkah PSBB tersebut perlu didukung agar wabah Covid-19 segera berakhir. "Memang ada pengaruhnya di penjualan, tetapi jika wabahnya selesai, maka proses pemulihannya bisa lebih cepat," paparnya.
Frans, begitu dia dipanggil, mengungkapkan, saat ini yang perlu dilakukan adalah kedisplinan masyarakat di dalam mematuhi protokol pencegahan Covid-19 yang ditetapkan pemerintah. "Disitu kuncinya, kedisiplinan masyarakat mematuhi protokol pencegahan. Sehingga wabah bisa segera selesai," cetusnya.
Frans menilai, beragam insentif tidak akan mampu mendorong pertumbuhan penjualan mobil dalam waktu dekat ini. Sebab, masyarakat masih was-was untuk melakukan kegiatan di luar rumah. "Pemberian insentif tidak pas, justru yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar masalah Covid-19 ini segera teratasi," paparnya.
Senada dengan dia, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai, perhatian saat ini harus dicurahkan untuk menyelesaikan wabah Covid-19.
"Masalah pandemi ini harus diselesaikan dulu," tegasnya. Bagi Kukuh, jika pandemi telah usai, secara otomatis ekonomi akan tumbuh karena masyarakat akan kembali melakukan kegiatan.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi memastikan, industri otomotif nasional akan melakukan penyelenggaraan rangkaian pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2020 The Series, yang tahun ini hanya berlangsung di Surabaya dan Jakarta. Sementara untuk Medan dan Makassar direncanakan dilangsungkan pada 2021.
"Kami harus berpikir ke depan, bahwa berbagai faktor harus kami prioritaskan, seperti kesehatan dan keselamatan masyarakat, kondisi perekonomian negara. Selain itu kami juga harus memikirkan kepentingan industri, bahwa industri otomotif akan membutuhkan waktu recovery, namun juga membutuhkan ajang untuk bangkit kembali," ungkap Nangoi.
Kegiatan konsumsi turun drastis sehingga berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Tak hanya di sektor ritel saja, tetapi juga industri otomotif. Beberapa pabrik mobil menutup kegiatan produksinya, meskipun ada yang mulai berproduksi lagi dalam skala terbatas. "Yang kita lakukan sekarang adalah bertahan dan berupaya agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK)," tegas praktisi otomotif Fransiscus Soerjopranoto kepada SINDOnews di Jakarta, Kamis (7/5/2020).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil nasional pada kuartal I 2020 mencapai 219.361 unit. Dengan perincian, total penjualan Januari sebanyak 81.067 unit, Februari 77.847 unit, dan Maret 60.447 unit.
Dia menambahkan, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap ekosistem industri otomotif secara keseluruhan. Soerjopranoto, yang juga menjabat Executive General Manager di salah satu pabrikan mobil Jepang itu mengungkapkan, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di beberapa daerah membuat penjualan mobil turun.
Namun, dia menilai, langkah PSBB tersebut perlu didukung agar wabah Covid-19 segera berakhir. "Memang ada pengaruhnya di penjualan, tetapi jika wabahnya selesai, maka proses pemulihannya bisa lebih cepat," paparnya.
Frans, begitu dia dipanggil, mengungkapkan, saat ini yang perlu dilakukan adalah kedisplinan masyarakat di dalam mematuhi protokol pencegahan Covid-19 yang ditetapkan pemerintah. "Disitu kuncinya, kedisiplinan masyarakat mematuhi protokol pencegahan. Sehingga wabah bisa segera selesai," cetusnya.
Frans menilai, beragam insentif tidak akan mampu mendorong pertumbuhan penjualan mobil dalam waktu dekat ini. Sebab, masyarakat masih was-was untuk melakukan kegiatan di luar rumah. "Pemberian insentif tidak pas, justru yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar masalah Covid-19 ini segera teratasi," paparnya.
Senada dengan dia, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai, perhatian saat ini harus dicurahkan untuk menyelesaikan wabah Covid-19.
"Masalah pandemi ini harus diselesaikan dulu," tegasnya. Bagi Kukuh, jika pandemi telah usai, secara otomatis ekonomi akan tumbuh karena masyarakat akan kembali melakukan kegiatan.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi memastikan, industri otomotif nasional akan melakukan penyelenggaraan rangkaian pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2020 The Series, yang tahun ini hanya berlangsung di Surabaya dan Jakarta. Sementara untuk Medan dan Makassar direncanakan dilangsungkan pada 2021.
"Kami harus berpikir ke depan, bahwa berbagai faktor harus kami prioritaskan, seperti kesehatan dan keselamatan masyarakat, kondisi perekonomian negara. Selain itu kami juga harus memikirkan kepentingan industri, bahwa industri otomotif akan membutuhkan waktu recovery, namun juga membutuhkan ajang untuk bangkit kembali," ungkap Nangoi.
(bon)
tulis komentar anda