Di Tengah Pandemi, Filantropi Berpotensi Makin Berkembang di Dalam Negeri
Kamis, 07 Mei 2020 - 20:34 WIB
JAKARTA - Bagi pihak-pihak yang bergerak di bidang penyaluran zakat, pandemi Covid-19 merupakan momentum untuk menggerakkan orang-orang menjadi pribadi yang semakin baik. Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) M Arifin Purwakananta dalam Dreya Forum Online bertajuk "Filantropi di tengah Pandemi, Sekadar Amal Atau Bagus untuk Bisnis?" hari ini.
Ia mengatakan bahwa potensi filantropi untuk dikembangkan sangatlah besar, bersamaan dengan gerakan zakat yang marak di Indonesia. Bahkan, menurut survei Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2018, Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara paling dermawan di dunia.
"Siapa saja yang didorong menjadi baik? Sebenarnya kita semua, kita dari berbagai bidang dan latar belakang. Dari sisi kami, ini menjadi sebuah panggilan untuk menguatkan apa yang sedang kami kerjakan, yaitu menggelorakan semangat zakat," ujar Arifin di Jakarta, Kamis (7/5/2020).
Ia meyakini bahwa filantropi maupun bisnis, jika diiringi nilai-nilai kebaikan, bisa saling menyumbang untuk membangun dunia. Sejauh ini, kata dia, Baznas RI sudah menyalurkan sebanyak Rp43 miliar bantuan dari berbagai lembaga ke berbagai wilayah di Indonesia. Hingga akhir Ramadhan, diproyeksikan angka yang tersalurkan akan meningkat ke Rp80 miliar, dan dalam tiga bulan, diprediksi akan mencapai Rp120 miliar.
"Jumlah ini masih sangat kecil untuk memenuhi keperluan seluruh masyarakat, tetapi dampaknya sangat terasa. Banyak sekali dampak yang bisa dicatat dari program-program bantuan dari gerakan zakat. Belum para relawan di lapangan yang memberikan bantuan langsung kepada mereka yang membutuhkan," tambah Arifin.
Perkembangan gerakan filantropis juga semakin marak dengan adanya sosial media, yang digemari oleh anak-anak muda. Ia menyampaikan, proyeksi Baznas dalam kondisi krisis pun, tetapi naik. Dalam kondisi pandemi, kelas menengah mengalami penurunan pendapatan, tapi juga di saat yang sama, mendorong mereka untuk berdonasi di hal yang lain.
"Zakat itu berdasarkan hitungan batas minimum orang berzakat (nisab). Dengan adanya inflasi dan naiknya harga emas, yang wajib zakat itu hanya yang gajinya Rp6 juta dan ke atas, yang berarti jumlah muzakkinya turun. Tapi ada yang naik, donasi untuk Covid-19. Adanya kepedulian dari masyarakat akibat pandemi Covid-19, jadi naik 10% dari target karena ini," jelas Arifin.
Ia menuturkan bahwa ada banyak keuntungan ketika memilih lembaga filantropi yang terpercaya. "Tugas kami bukan mengumpulkan uang, kami mencoba menyadarkan bahwa kebaikan ada dimana-mana dan di berbagai level. Masalah bangsa ini sangat banyak, zakat bisa membantu menyelesaikan dengan ketaatan orang berzakat. Menyumbang ini bukan hanya sekadar amal, tapi secara langsung tidak langsung turut membantu dari sisi bisnis," pungkasnya.
Ia mengatakan bahwa potensi filantropi untuk dikembangkan sangatlah besar, bersamaan dengan gerakan zakat yang marak di Indonesia. Bahkan, menurut survei Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2018, Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara paling dermawan di dunia.
"Siapa saja yang didorong menjadi baik? Sebenarnya kita semua, kita dari berbagai bidang dan latar belakang. Dari sisi kami, ini menjadi sebuah panggilan untuk menguatkan apa yang sedang kami kerjakan, yaitu menggelorakan semangat zakat," ujar Arifin di Jakarta, Kamis (7/5/2020).
Ia meyakini bahwa filantropi maupun bisnis, jika diiringi nilai-nilai kebaikan, bisa saling menyumbang untuk membangun dunia. Sejauh ini, kata dia, Baznas RI sudah menyalurkan sebanyak Rp43 miliar bantuan dari berbagai lembaga ke berbagai wilayah di Indonesia. Hingga akhir Ramadhan, diproyeksikan angka yang tersalurkan akan meningkat ke Rp80 miliar, dan dalam tiga bulan, diprediksi akan mencapai Rp120 miliar.
"Jumlah ini masih sangat kecil untuk memenuhi keperluan seluruh masyarakat, tetapi dampaknya sangat terasa. Banyak sekali dampak yang bisa dicatat dari program-program bantuan dari gerakan zakat. Belum para relawan di lapangan yang memberikan bantuan langsung kepada mereka yang membutuhkan," tambah Arifin.
Perkembangan gerakan filantropis juga semakin marak dengan adanya sosial media, yang digemari oleh anak-anak muda. Ia menyampaikan, proyeksi Baznas dalam kondisi krisis pun, tetapi naik. Dalam kondisi pandemi, kelas menengah mengalami penurunan pendapatan, tapi juga di saat yang sama, mendorong mereka untuk berdonasi di hal yang lain.
"Zakat itu berdasarkan hitungan batas minimum orang berzakat (nisab). Dengan adanya inflasi dan naiknya harga emas, yang wajib zakat itu hanya yang gajinya Rp6 juta dan ke atas, yang berarti jumlah muzakkinya turun. Tapi ada yang naik, donasi untuk Covid-19. Adanya kepedulian dari masyarakat akibat pandemi Covid-19, jadi naik 10% dari target karena ini," jelas Arifin.
Ia menuturkan bahwa ada banyak keuntungan ketika memilih lembaga filantropi yang terpercaya. "Tugas kami bukan mengumpulkan uang, kami mencoba menyadarkan bahwa kebaikan ada dimana-mana dan di berbagai level. Masalah bangsa ini sangat banyak, zakat bisa membantu menyelesaikan dengan ketaatan orang berzakat. Menyumbang ini bukan hanya sekadar amal, tapi secara langsung tidak langsung turut membantu dari sisi bisnis," pungkasnya.
(fai)
tulis komentar anda