Pariwisata Terpukul Corona, Begini Cara Adaptasi Pemandu Wisata hingga Pedagang Jagung Bakar di Bali
Minggu, 25 Oktober 2020 - 07:17 WIB
Pandemi Covid juga dirasakan para pemilik toko galeri seni dan toko souvenir. Pasalnya, pemberlakuan social distancing maupun pembatasan bepergian membuat jumlah kunjungan wisata menurun drastis. Saat ini Bali pun lebih banyak disokong oleh turis lokal dari wilayah sekitar Bali sendiri.
Saat SINDO berkunjung ke Krisna, salah satu toko oleh-oleh di Bali, pengunjung pun sangat sedikit dan jumlah pegawai yang melayani pun dibatasi. Selain itu jam operasional toko tutup lebih awal dari sebelumnya.
4. Frontliner dan Pelayan Hotel Dikurangi
Salah seorang bagian frontliner di Amarteraa Villas Bali Nusa Dua, Indah Permata Sari mengungkapkan dirinya merupakan salah satu yang masih beruntung karena selamat dari PHK lantaran sudah menjadi pegawai tetap.
Namun, teman-temannya yang masih merupakan pekerja kontrak terpaksa harus dirumahkan karena minimnya tamu dan pengelola hotel pun kesulitan keuangan.
“Walau wisatawan berkurang tapi sejak Juni lalu sebenarnya kami masih ada tamu lokal, lalu sekarang kami jadi kekurangan staf dan agak kewalahan,” sebut Indah yang pergi ke lokasi kerja dengan berkendara sepeda motor dari Denpasar ke Nusa Dua.
5. Pedagang Jagung Bakar di Jimbaran Sepi Pembeli
Kalau Anda pergi ke daerah Jimbaran Bali yang terkenal dengan hidangan seafood dan bakar-bakaran atau BBQ-nya, di sepanjang Pantai Jimbaran itu juga bisa dengan mudah ditemui penjual jagung bakar di malam hari.
Suasana Jimbaran yang penuh wisatawan duduk-duduk sambil menikmati hidangan di pinggir pantai itu memang menjadi daya pikatnya. Kini sejak pandemi kawasan itu hampir lebih sering terlihat sepi. Bahkan, penjual jagung bakar jumlahnya tak sebanyak dulu.
“Saya sempat pulang kampung ke Lombok karena pandemi tempat wisata ditutup. Tapi sekarang kembali jualan lagi meski lebih sering sepi. Malam ini kebetulan sedang agak banyak tamunya,” ungkap Lalu, pedagang jagung di Pantai Jimbaran yang saat pulang kampung beralih profesi jadi petani tembakau.
Saat SINDO berkunjung ke Krisna, salah satu toko oleh-oleh di Bali, pengunjung pun sangat sedikit dan jumlah pegawai yang melayani pun dibatasi. Selain itu jam operasional toko tutup lebih awal dari sebelumnya.
4. Frontliner dan Pelayan Hotel Dikurangi
Salah seorang bagian frontliner di Amarteraa Villas Bali Nusa Dua, Indah Permata Sari mengungkapkan dirinya merupakan salah satu yang masih beruntung karena selamat dari PHK lantaran sudah menjadi pegawai tetap.
Namun, teman-temannya yang masih merupakan pekerja kontrak terpaksa harus dirumahkan karena minimnya tamu dan pengelola hotel pun kesulitan keuangan.
“Walau wisatawan berkurang tapi sejak Juni lalu sebenarnya kami masih ada tamu lokal, lalu sekarang kami jadi kekurangan staf dan agak kewalahan,” sebut Indah yang pergi ke lokasi kerja dengan berkendara sepeda motor dari Denpasar ke Nusa Dua.
5. Pedagang Jagung Bakar di Jimbaran Sepi Pembeli
Kalau Anda pergi ke daerah Jimbaran Bali yang terkenal dengan hidangan seafood dan bakar-bakaran atau BBQ-nya, di sepanjang Pantai Jimbaran itu juga bisa dengan mudah ditemui penjual jagung bakar di malam hari.
Suasana Jimbaran yang penuh wisatawan duduk-duduk sambil menikmati hidangan di pinggir pantai itu memang menjadi daya pikatnya. Kini sejak pandemi kawasan itu hampir lebih sering terlihat sepi. Bahkan, penjual jagung bakar jumlahnya tak sebanyak dulu.
“Saya sempat pulang kampung ke Lombok karena pandemi tempat wisata ditutup. Tapi sekarang kembali jualan lagi meski lebih sering sepi. Malam ini kebetulan sedang agak banyak tamunya,” ungkap Lalu, pedagang jagung di Pantai Jimbaran yang saat pulang kampung beralih profesi jadi petani tembakau.
tulis komentar anda