Aspal Buton Jadi Andalan untuk Pembangunan Jalan di Daerah Terpencil
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 18:33 WIB
JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memanfaatkan produk aspal Buton (Asbuton) pada pekerjaan preservasi dan pembangunan jalan di Indonesia. Tahun 2020 penggunaan Asbuton dilakukan pada jalan sepanjang 793 Km yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia dengan volume kebutuhan sekitar 42.000 ton. ( Baca juga:Basuki Minta Tambahan Rp1,5 T ke Sri Mulyani untuk Ganti Rugi Lumpur Lapindo )
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pemanfaatan Asbuton untuk pembangunan dan penanganan jalan merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan penggunaan produk dalam negeri . Peningkatan dan pembangunan jalan bertujuan untuk memberikan kelancaran, keselamatan, keamanan, juga kenyamanan perjalanan pengendara.
“Kondisi jalan yang semakin baik akan menunjang perekonomian masyarakat,” kata Menteri Basuki dalam keterangan resminya, Jumat (30/10/2020).
Ia menjelaskan, Asbuton tidak sama dengan aspal minyak dari sisi teknologi. Teknologi Asbuton terus dikembangkan oleh Kementerian PUPR, baik dari sisi jaminan kualitas dan teknik penghamparan. Di antaranya Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA), Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (LPMA), campuran beraspal dengan Asbuton, Butur Seal, Cape Buton Seal dan Asbuton campuran aspal emulsi.
Hingga saat ini, progres pemanfaatan Asbuton untuk TA 2020 sebesar 80%. Penggunaan Asbuton salah satunya dikerjakan di Provinsi Sulawesi Tengah sepanjang 173 km.
Asbuton memiliki potensi pemanfaatan per tahunnya sebesar 167.182 ton. Artinya 25% akan diserap untuk peningkatan dan pembangunan jalan nasional, selain tentunya aspal karet.
Panjang jalan yang ditangani dengan overlay setiap tahun diperkirakan untuk jalan nasional 1.120 km, jalan provinsi 220 km, dan jalan kabupaten 1.822 km. ( Baca juga:Jadi MPV Terlaris, Suzuki Diam-Diam Siapkan Kembali All New Ertiga Diesel )
Teknologi pemanfaatan Asbuton yang populer digunakan adalah CPHMA yang merupakan produk campuran beraspal siap pakai. CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan campuran sejenis, antara lain konstruksi perkerasan yang lebih merata dan homogen serta kerataan permukaan yang lebih baik.
Pencampuran dilakukan secara pabrikasi, kemudian didistribusikan dalam bentuk kemasan dan selanjutnya dihampar dan dipadatkan secara dingin (pada temperatur udara). "Teknologi ini bermanfaat untuk pembangunan jalan di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan, AMP)," tandasnya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pemanfaatan Asbuton untuk pembangunan dan penanganan jalan merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan penggunaan produk dalam negeri . Peningkatan dan pembangunan jalan bertujuan untuk memberikan kelancaran, keselamatan, keamanan, juga kenyamanan perjalanan pengendara.
“Kondisi jalan yang semakin baik akan menunjang perekonomian masyarakat,” kata Menteri Basuki dalam keterangan resminya, Jumat (30/10/2020).
Ia menjelaskan, Asbuton tidak sama dengan aspal minyak dari sisi teknologi. Teknologi Asbuton terus dikembangkan oleh Kementerian PUPR, baik dari sisi jaminan kualitas dan teknik penghamparan. Di antaranya Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA), Lapis Penetrasi Macadam Asbuton (LPMA), campuran beraspal dengan Asbuton, Butur Seal, Cape Buton Seal dan Asbuton campuran aspal emulsi.
Hingga saat ini, progres pemanfaatan Asbuton untuk TA 2020 sebesar 80%. Penggunaan Asbuton salah satunya dikerjakan di Provinsi Sulawesi Tengah sepanjang 173 km.
Asbuton memiliki potensi pemanfaatan per tahunnya sebesar 167.182 ton. Artinya 25% akan diserap untuk peningkatan dan pembangunan jalan nasional, selain tentunya aspal karet.
Panjang jalan yang ditangani dengan overlay setiap tahun diperkirakan untuk jalan nasional 1.120 km, jalan provinsi 220 km, dan jalan kabupaten 1.822 km. ( Baca juga:Jadi MPV Terlaris, Suzuki Diam-Diam Siapkan Kembali All New Ertiga Diesel )
Teknologi pemanfaatan Asbuton yang populer digunakan adalah CPHMA yang merupakan produk campuran beraspal siap pakai. CPHMA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan campuran sejenis, antara lain konstruksi perkerasan yang lebih merata dan homogen serta kerataan permukaan yang lebih baik.
Pencampuran dilakukan secara pabrikasi, kemudian didistribusikan dalam bentuk kemasan dan selanjutnya dihampar dan dipadatkan secara dingin (pada temperatur udara). "Teknologi ini bermanfaat untuk pembangunan jalan di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan, AMP)," tandasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda