Strategi Jitu Ritel
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 06:01 WIB
Pertimbangannya karena produk tersebut bisa meningkatkan keinginan orang untuk membeli secara sepontan (impulsive buying). Hal ini biasa terjadi pada konsumen ketika datang ke pusat perbelanjaan.
Peri menegaskan, di beberapa pesta diskon yang digelar di tiap daerah, pengusaha dari segmen ritel makanan, minuman, dan fashion mendominasi hingga 55% dari total peserta. Dari gelaran ini tingkat penjualan pun meningkat hingga 20%.
Atas dasar inilah strategi diskon dianggap selalu berhasil meningkatkan minat belanja masyarakat. Misalnya pada sebuah minimarket biasanya maksimal hanya 5% item barang dari 4.000 item produk yang dijual. Jika ternyata konsumen datang ke sebuah ritel modern karena ingin mendapatkan diskon, itu artinya perusahaan ritel tersebut berhasil dalam aktivitas promosi dan marketing-nya. (Baca juga: Libur Panjang, Jangan Abai Resiko Penularan Covid-19)
Oleh karena itu, menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ester Sri Astuti, gencarnya promo diskon yang dilakukan para peritel adalah indikator lesunya pasar di dalam negeri. Seharusnya sebelum para peritel mengadakan gelaran diskon, mereka terlebih dahulu bertemu dan menyusun rencana, khususnya yang terkait dengan jadwal pemberian diskon. Termasuk membahas target penjualan ketika program berjalan. Hal ini untuk menjaga keberlangsungan perusahaan di masa depan.
Program diskon biasanya terjadi karena inisiatif dari perusahaan ritel modern atau produsen. Jika hal ini dari produsen, itu lebih dikarenakan ingin memperkenalkan sebuah produk baru, bisa juga karena melihat tren penjualan yang stagnan. Sementara jika berasal dari perusahaan ritel, biasanya hal tersebut karena melihat animo masyarakat terhadap sebuah produk atau mendompleng momentum tertentu.
Ester menilai para pelaku ritel harus terus bergerak melakukan promosi demi menggairahkan kembali penjualan ritel yang lesu. Menurutnya keyakinan masyarakat menjadi kunci bagi kebangkitan sektor ritel.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menilai, yang lebih antusias menikmati program diskon itu kelas menengah. "Tidak semua konsumen sensitif dengan harga. Untuk kelas atas mereka tidak khawatir jika membeli produk mahal karena yang dicari adalah nilai prestisenya," lanjutnya.
Namun konsumen yang tidak sensitif dengan harga jumlahnya sedikit. Faktor inilah yang membuat banyak perusahaan ritel rutin menggelar diskon. Belum lagi pesta diskon yang diadakan pada saat liburan panjang bisa juga mendongkrak penjualan sebanyak 20%. Saat ini peritel yang menjual kebutuhan pokok dan rumah tanggalah yang mengalami pemulihan paling cepat. (Lihat videonya: Ibu Pesepeda Jadi Korban Begal di Sekitaran Monas)
Efisiensi biaya adalah kunci bagi para pengusaha ritel untuk bertahan menghadapi pandemi. Tidak mengurangi karyawan sudah merupakan sinyal yang bagus. "Ketahanan mereka tentu jauh banget karena konsumsi masyarakat itu drop. Makanya tidak heran, yang penting tidak rugi, menggelar diskon tidak apa-apa," kata Budiharjo. (Aprilia S Andyna)
Peri menegaskan, di beberapa pesta diskon yang digelar di tiap daerah, pengusaha dari segmen ritel makanan, minuman, dan fashion mendominasi hingga 55% dari total peserta. Dari gelaran ini tingkat penjualan pun meningkat hingga 20%.
Atas dasar inilah strategi diskon dianggap selalu berhasil meningkatkan minat belanja masyarakat. Misalnya pada sebuah minimarket biasanya maksimal hanya 5% item barang dari 4.000 item produk yang dijual. Jika ternyata konsumen datang ke sebuah ritel modern karena ingin mendapatkan diskon, itu artinya perusahaan ritel tersebut berhasil dalam aktivitas promosi dan marketing-nya. (Baca juga: Libur Panjang, Jangan Abai Resiko Penularan Covid-19)
Oleh karena itu, menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ester Sri Astuti, gencarnya promo diskon yang dilakukan para peritel adalah indikator lesunya pasar di dalam negeri. Seharusnya sebelum para peritel mengadakan gelaran diskon, mereka terlebih dahulu bertemu dan menyusun rencana, khususnya yang terkait dengan jadwal pemberian diskon. Termasuk membahas target penjualan ketika program berjalan. Hal ini untuk menjaga keberlangsungan perusahaan di masa depan.
Program diskon biasanya terjadi karena inisiatif dari perusahaan ritel modern atau produsen. Jika hal ini dari produsen, itu lebih dikarenakan ingin memperkenalkan sebuah produk baru, bisa juga karena melihat tren penjualan yang stagnan. Sementara jika berasal dari perusahaan ritel, biasanya hal tersebut karena melihat animo masyarakat terhadap sebuah produk atau mendompleng momentum tertentu.
Ester menilai para pelaku ritel harus terus bergerak melakukan promosi demi menggairahkan kembali penjualan ritel yang lesu. Menurutnya keyakinan masyarakat menjadi kunci bagi kebangkitan sektor ritel.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menilai, yang lebih antusias menikmati program diskon itu kelas menengah. "Tidak semua konsumen sensitif dengan harga. Untuk kelas atas mereka tidak khawatir jika membeli produk mahal karena yang dicari adalah nilai prestisenya," lanjutnya.
Namun konsumen yang tidak sensitif dengan harga jumlahnya sedikit. Faktor inilah yang membuat banyak perusahaan ritel rutin menggelar diskon. Belum lagi pesta diskon yang diadakan pada saat liburan panjang bisa juga mendongkrak penjualan sebanyak 20%. Saat ini peritel yang menjual kebutuhan pokok dan rumah tanggalah yang mengalami pemulihan paling cepat. (Lihat videonya: Ibu Pesepeda Jadi Korban Begal di Sekitaran Monas)
Efisiensi biaya adalah kunci bagi para pengusaha ritel untuk bertahan menghadapi pandemi. Tidak mengurangi karyawan sudah merupakan sinyal yang bagus. "Ketahanan mereka tentu jauh banget karena konsumsi masyarakat itu drop. Makanya tidak heran, yang penting tidak rugi, menggelar diskon tidak apa-apa," kata Budiharjo. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
tulis komentar anda