Maskapai Racik Ulang Strategi Bisnis

Senin, 02 November 2020 - 06:05 WIB
Tahun 2020 merupakan masa di mana keterpurukan melanda industri penerbangan di seluruh dunia. Foto/Koran SINDO
SINGAPURA - Tahun 2020 merupakan masa di mana keterpurukan melanda industri penerbangan di seluruh dunia. Maskapai harus berkontemplasi memikirkan inovasi dan cara bertahan.

Sejumlah maskapai penerbangan di dunia mulai mengubah haluan bisnis dengan mengembangkan inovasi model bisnis di tengah pandemi korona yang melumpuhkan perekonomian sebagian besar negara di dunia. Dengan memanfaatkan brand mewah dan bergengsi, sejumlah maskapai tetap eksis untuk menghidupi keuangan perusahaan. (Baca: Kehebatan Seseorang Bisa Diukur dari 3 Perkara Ini)

Maskapai penerbangan pun dipaksa berpikir out of the box. AirAsia misalnya. Mereka mengenalkan platform digital IKHLAS untuk wisatawan Muslim. Selain itu, maskapai yang berkantor pusat di Kuala Lumpur itu meluncurkan layanan akikah digital melalui sebuah platform yang memenuhi keperluan gaya hidup muslim di bawah naungan airasia.com di tengah terpuruknya bisnis penerbangan akibat pandemi Covid-19.

"Selaras dengan pengembangan bisnis digital Grup AirAsia, Ikhlas, hari ini melancarkan satu lagi layanan baru yaitu akikah," ujar Direktur Ikhlas, Ikhlas Kamarudin kepada media di Kuala Lumpur, beberapa waktu lalu.



Yang menarik adalah, bisnis akikah tersebut beroperasi lintas negara. Kamarudin mengungkapkan, layanan akikah mencakup lebih dari 35 negara di seluruh dunia termasuk Thailand, Kemboja, Vietnam, Laos, Myanmar, Filipina, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, India, Palestina, Pakistan dan banyak lagi dengan tarif relatif terjangkau

Maskapai terkenal lainnya, Singapore Airlines, juga memutar otak merespons lesunya permintaan penerbangan di masa pandemi. Maskapai yang terkenal dengan layanan primanya itu memberikan kesempatan makan siang di pesawat Airbus A380 yang parkir di bandara utama Changi. (Baca juga: Banyak Kaum Santri Sudah Berperan di Kancah Internasional)

Ide tersebut ternyata disambut antuisias. Terbukti dari larisnya tiket makan bertarif USD496 dolar (Rp7,5 juta) untuk dua hari pertama yang terjual habis dalam waktu setengah jam.

"Yang dilakukan Singapore Airlines menjual makanan merupakan strategi marketing untuk tetap fokus menjaga pasar penumpang kelas premium," kata Faizal Yahya, peneliti senior Institute of Policy Studies, Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, dilansir Channel News Asia.

Dengan tarif makan di pesawat dengan harga yang cukup fantastis, menurut Yahya, hal itu merupakan upaya Singapore Airlines untuk menjaga branding merek premium yang disandangnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More