Belum 'Klik' dengan Korporasi Besar, UMKM Nasional Kurang Berdaya Saing
Selasa, 03 November 2020 - 19:03 WIB
JAKARTA - Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menilai sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia kurang terintegrasi dengan korporasi besar maupun korporasi dunia lainnya. Padahal, sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian di semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
"Sektor UMKM banyak menyerap tenaga kerja dan juga banyak bergeliat di domestik. Tapi disayangkan UMKM Indonesia kurang terintegrasi dengan korporasi besar. Kalau ini ditingkatkan tentu daya saing mereka akan lebih kuat," ujarnya pada webinar, Selasa (3/11/2020).
(Baca Juga: Jokowi Minta Belanja K/L Digas, DPR Ingatkan Genjot Insentif UMKM)
Menurut Enrico, produktivitas UMKM Indonesia masih harus ditingkatkan. Produktivitas UMKM Indonesia masih belum kompetitif jika dibandingkan negara lain seperti Vietnam dan Filipina.
"Kalau tingkat pertumbuhan produktivitas kita stagnan, sedangkan Filipina dan Vietnam ini 'ngebut', kita juga akan kerepotan. Ini juga termasuk kenapa perusahaan besar sulit memilih bermitra dengan UMKM," ungkapnya.
Dia menuturkan, secara skill atau produktivitas yang diinginkan masih belum sesuai dengan kebutuhan korporasi. Hal ini yang membuat UMKM kurang dilirik meski potensinya besar jika terus digali.
"Ini yang harus dibenahi. Salah satunya kita tidak bisa mengejar sekolah formal tetapi kita harus cepat melaksanakan sekolah kejuruan atau vokasi," tuturnya.
(Baca Juga: Menteri Teten Dorong UMKM Manfaatkan Fasilitas GSP AS)
Enrico melanjutkan, peningkatan produktivitas pelaku usaha UMKM tidak hanya melalui regulasi pemerintah namun juga bisa melalui bisnis ke bisnis (B2B). Menurut dia, adanya krisis yang disebabkan pandemi Covid-19 ini bisa menjadi peluang bagi UMKM.
"Dengan krisis Covid-19 ini banyak mendisrupsi mata rantai produksi sehingga perusahaan besar bisa mencari partner atau pemasok dagang dari lokal. Untuk itu harus dilakukan reformasi atau gebrakan agar perusahaan besar mau melirik perusahaan lokal," tandasnya.
"Sektor UMKM banyak menyerap tenaga kerja dan juga banyak bergeliat di domestik. Tapi disayangkan UMKM Indonesia kurang terintegrasi dengan korporasi besar. Kalau ini ditingkatkan tentu daya saing mereka akan lebih kuat," ujarnya pada webinar, Selasa (3/11/2020).
(Baca Juga: Jokowi Minta Belanja K/L Digas, DPR Ingatkan Genjot Insentif UMKM)
Menurut Enrico, produktivitas UMKM Indonesia masih harus ditingkatkan. Produktivitas UMKM Indonesia masih belum kompetitif jika dibandingkan negara lain seperti Vietnam dan Filipina.
"Kalau tingkat pertumbuhan produktivitas kita stagnan, sedangkan Filipina dan Vietnam ini 'ngebut', kita juga akan kerepotan. Ini juga termasuk kenapa perusahaan besar sulit memilih bermitra dengan UMKM," ungkapnya.
Dia menuturkan, secara skill atau produktivitas yang diinginkan masih belum sesuai dengan kebutuhan korporasi. Hal ini yang membuat UMKM kurang dilirik meski potensinya besar jika terus digali.
"Ini yang harus dibenahi. Salah satunya kita tidak bisa mengejar sekolah formal tetapi kita harus cepat melaksanakan sekolah kejuruan atau vokasi," tuturnya.
(Baca Juga: Menteri Teten Dorong UMKM Manfaatkan Fasilitas GSP AS)
Enrico melanjutkan, peningkatan produktivitas pelaku usaha UMKM tidak hanya melalui regulasi pemerintah namun juga bisa melalui bisnis ke bisnis (B2B). Menurut dia, adanya krisis yang disebabkan pandemi Covid-19 ini bisa menjadi peluang bagi UMKM.
"Dengan krisis Covid-19 ini banyak mendisrupsi mata rantai produksi sehingga perusahaan besar bisa mencari partner atau pemasok dagang dari lokal. Untuk itu harus dilakukan reformasi atau gebrakan agar perusahaan besar mau melirik perusahaan lokal," tandasnya.
(fai)
tulis komentar anda