Ekonomi Masih Lesu, Pekerja Setengah Pengangguran Bisa Melonjak
Minggu, 08 November 2020 - 17:47 WIB
JAKARTA - Lesunya perekonomian akibat pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luas. Selain dari segi pengeluaran dan sektoral, dampak besar lainnya adalah meningkatnya angka pengangguran dan pekerja setengah menganggur.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menyampaikan, tingkat pengangguran terparah saat ini berasal dari dua sektor, yaitu industri pengolahan dan konstruksi.
"Kita lihat pengangguran paling parah terjadi di industri pengolahan yang saya kira banyak terjadi perubahan besar. Kedua adalah industri konstruksi yang sempat dihentikan," ujar Tauhid dalam video conference, Minggu (8/11/2020).
( )
Menurut dia, maraknya pengangguran dari industri pengolahan dirasa wajar karena industri tersebut selama ini menampung sekitar 13,61% pekerja. Kemudian, pengangguran meningkat karena banyak industri yang tutup, penjualan di pasar turun, keuntungan turun, sehingga banyak mengurangi karyawan.
"Jadi, wajar buruh-buruh industri pada saat yang sama menolak Omnibus Law karena ketika situasi pandemi mereka yang paling terdampak. Lihat saja sektor lain tidak terlalu terdampak, pertanian dan perdagangan positif tapi industri pengolahan yang terdampak pandemi," ucapnya.
Selain itu, Tauhid menyampaikan, hal lain yang perlu diwaspadai pemerintah adalah pekerja setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu. Dengan adanya peningkatan angka pengangguran dari 7,10 juta ke 9,77 juta, dimana pekerja setengah pengangguran jauh lebih besar dibandingkan angka pengangguran.
( )
"Setengah pengangguran itu dan tidak tercover dengan jaminan sosial, tidak tercover BPJS, termasuk tidak tercover bantuan kartu pra kerja. Menurut saya disini akan kehilangan banyak perhatian pemerintah ketika setengah pengangguran ini cukup besar," katanya.
Lihat Juga: Temui Bos Perusahaan Raksasa di AS, Presiden Prabowo: Mereka Percaya dengan Ekonomi Indonesia
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menyampaikan, tingkat pengangguran terparah saat ini berasal dari dua sektor, yaitu industri pengolahan dan konstruksi.
"Kita lihat pengangguran paling parah terjadi di industri pengolahan yang saya kira banyak terjadi perubahan besar. Kedua adalah industri konstruksi yang sempat dihentikan," ujar Tauhid dalam video conference, Minggu (8/11/2020).
( )
Menurut dia, maraknya pengangguran dari industri pengolahan dirasa wajar karena industri tersebut selama ini menampung sekitar 13,61% pekerja. Kemudian, pengangguran meningkat karena banyak industri yang tutup, penjualan di pasar turun, keuntungan turun, sehingga banyak mengurangi karyawan.
"Jadi, wajar buruh-buruh industri pada saat yang sama menolak Omnibus Law karena ketika situasi pandemi mereka yang paling terdampak. Lihat saja sektor lain tidak terlalu terdampak, pertanian dan perdagangan positif tapi industri pengolahan yang terdampak pandemi," ucapnya.
Selain itu, Tauhid menyampaikan, hal lain yang perlu diwaspadai pemerintah adalah pekerja setengah pengangguran dan pekerja paruh waktu. Dengan adanya peningkatan angka pengangguran dari 7,10 juta ke 9,77 juta, dimana pekerja setengah pengangguran jauh lebih besar dibandingkan angka pengangguran.
( )
"Setengah pengangguran itu dan tidak tercover dengan jaminan sosial, tidak tercover BPJS, termasuk tidak tercover bantuan kartu pra kerja. Menurut saya disini akan kehilangan banyak perhatian pemerintah ketika setengah pengangguran ini cukup besar," katanya.
Lihat Juga: Temui Bos Perusahaan Raksasa di AS, Presiden Prabowo: Mereka Percaya dengan Ekonomi Indonesia
(ind)
tulis komentar anda