Biden Menang, Perang Dagang Bakal Senggang atau Tambah Tegang?
Minggu, 08 November 2020 - 22:05 WIB
JAKARTA - Calon presiden (capres) dari Partai Demokrat, Joe Biden menang dalam pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 usai mengungguli capres petahana Donald Trump. Dengan bergantinya pemerintahan di AS, sejumlah kalangan pun sibuk memprediksi masa depan sektor perdagangan termasuk perang dagang (trade war) AS dengan China.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menyatakan, kemenangan Biden memberi sinyal potensi damai dari perang dagang AS-China .
"Biden diprediksi akan melakukan jalur yang berbeda dari apa yang telah dilakukan oleh Trump. Negosiasi dan mengandalkan badan internasional seperti WTO akan dilakukan oleh Biden," kata Huda di Jakarta, Minggu (8/11/2020).
( )
Berakhirnya perang dagang berarti membawa angin positif bagi ekonomi global. Perdagangan antar negara bisa kembali meningkat. Huda menambahkan, Biden nampaknya akan memilih untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
"Hubungan hubungan AS dengan sekutu perdagangan Eropa juga kemungkinan besar akan diperbaiki dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negara lainnya. Poin positif bagi ekonomi Indonesia," sebut dia.
( )
Sementara itu, peneliti Indef lainnya, Andry Satrio Nugroho, menyebut tensi perang dagang AS-China saat Joe Biden menjabat tidak akan menurun. Bahkan, menurutnya tensi perang dagang akan meningkat.
"Karena salah satu kritik Biden terhadap Trump adalah ketika Trump menandatangani kesepakatan tahap satu bersama China bahwa kesepakatan fase satu dengan China itu tidak bisa meningkatkan pertama industri atau produksi di dalam negeri dan juga yang kedua perdagangan terhadap China masih akan terus meningkat, dikatakan seperti cek kosong saja," ujar Andry dalam video conference.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menyatakan, kemenangan Biden memberi sinyal potensi damai dari perang dagang AS-China .
"Biden diprediksi akan melakukan jalur yang berbeda dari apa yang telah dilakukan oleh Trump. Negosiasi dan mengandalkan badan internasional seperti WTO akan dilakukan oleh Biden," kata Huda di Jakarta, Minggu (8/11/2020).
( )
Berakhirnya perang dagang berarti membawa angin positif bagi ekonomi global. Perdagangan antar negara bisa kembali meningkat. Huda menambahkan, Biden nampaknya akan memilih untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
"Hubungan hubungan AS dengan sekutu perdagangan Eropa juga kemungkinan besar akan diperbaiki dan bisa mendatangkan keuntungan bagi negara lainnya. Poin positif bagi ekonomi Indonesia," sebut dia.
( )
Sementara itu, peneliti Indef lainnya, Andry Satrio Nugroho, menyebut tensi perang dagang AS-China saat Joe Biden menjabat tidak akan menurun. Bahkan, menurutnya tensi perang dagang akan meningkat.
"Karena salah satu kritik Biden terhadap Trump adalah ketika Trump menandatangani kesepakatan tahap satu bersama China bahwa kesepakatan fase satu dengan China itu tidak bisa meningkatkan pertama industri atau produksi di dalam negeri dan juga yang kedua perdagangan terhadap China masih akan terus meningkat, dikatakan seperti cek kosong saja," ujar Andry dalam video conference.
Lihat Juga :
tulis komentar anda