Demi Tegaknya Produksi Udang Lokal, KKP Berseluncur ke Hawaii
Senin, 23 November 2020 - 11:57 WIB
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan kerja sama internasional untuk mewujudkan kemandirian budidaya udang berkelanjutan di Indonesia. KKP kali ini menggandeng Oceanic Institute of Hawaii Pacific University, salah satu lembaga riset yang berbasis di Honolulu, Negara Bagian Hawaii , Amerika Serikat.
Penandatangan letter of intent (LOI) dilakukan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto bersama Direktur Eksekutif, Wakil Presiden Senior, dan Rektor Hawaii Pacific University di Kantor Oceanic Institute, Waimanalo, Hawaii. ( Baca juga:Kapal Ikan Berbendera Malaysia Diringkus KKP di Selat Malaka )
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyaksikan langsung penandatanganan kerja sama tersebut didampingi Konsul Jenderal RI Los Angeles, Saud Purwanto Krisnawan.
"Kami berharap ke depannya kerja sama KKP dengan Ocean Institute (OI) dapat segera diimplementasikan untuk membantu Indonesia mencapai target peningkatan produksi udang,” ujar Menteri Edhy dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/11/2020).
Kerja sama KKP dengan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University mencakup transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang terkait dengan produksi induk udang unggul melalui pembangunan Broodstock Center Udang. OI sendiri merupakan produsen induk udang nirlaba yang telah mengembangkan induk udang unggul, baik unggul dalam pertumbuhan maupun bebas penyakit udang.
OI yang didirikan pada tahun 1962 merupakan lembaga riset nirlaba yang fokus bergerak di bidang akuakultur dan pengelolaan sumber daya pesisir. OI telah memiliki reputasi yang diakui dunia internasional sebagai lembaga yang melakukan selective breeding untuk menghasilkan induk unggul vaname.
Menteri Edhy menjelaskan, Indonesia punya potensi lahan untuk budidaya air payau atau tambak hingga mencapai 2,8 juta hektare, namun yang dimanfaatkan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektare. Dari luasan tersebut, tambak yang produktif untuk budidaya udang hanya mencapai 40% atau 242.000 hektare.
Kendala yang dihadapi selama ini adalah induk udang vaname unggul yang sebagian besar masih harus impor. Pada 2018, Indonesia mengeluarkan rekomendasi impor induk udang vaname sebanyak 226 ribu ekor, kemudian meningkat menjadi 596 ribu ekor pada 2019 dan per 6 November 2020 naik lagi menjadi 653 ribu ekor. ( Baca juga:Duh, Tingkat Kecurangan Transaksi e-Commerce Capai 35% )
"Kebutuhan induk udang vaname selama ini dipenuhi dari impor induk yang 80% berasal dari Hawaii dan sisanya dari Florida serta negara lain. Sehingga dengan kerja sama ini harapannya budidaya di Indonesia bisa mandiri karena sudah bisa memproduksi indukan sendiri," jelas dia.
Kerja sama ini membuat Menteri Edhy optimistis bahwa produktivitas tambak udang di Indonesia akan meningkat sehingga target produksi 1,5 juta ton per tahun pada 2024 dapat terwujud. Produksi saat ini sebagian besar dihasilkan oleh udang vaname.
"Untuk memenuhi target tersebut, dibutuhkan benih udang sekitar 114 miliar ekor dan induk sebanyak 7 juta ekor. Mudah-mudahan kebutuhan ini bisa kita penuhi dan target bisa kita capai," pungkas dia.
Penandatangan letter of intent (LOI) dilakukan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto bersama Direktur Eksekutif, Wakil Presiden Senior, dan Rektor Hawaii Pacific University di Kantor Oceanic Institute, Waimanalo, Hawaii. ( Baca juga:Kapal Ikan Berbendera Malaysia Diringkus KKP di Selat Malaka )
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyaksikan langsung penandatanganan kerja sama tersebut didampingi Konsul Jenderal RI Los Angeles, Saud Purwanto Krisnawan.
"Kami berharap ke depannya kerja sama KKP dengan Ocean Institute (OI) dapat segera diimplementasikan untuk membantu Indonesia mencapai target peningkatan produksi udang,” ujar Menteri Edhy dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/11/2020).
Kerja sama KKP dengan Oceanic Institute of Hawaii Pacific University mencakup transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang terkait dengan produksi induk udang unggul melalui pembangunan Broodstock Center Udang. OI sendiri merupakan produsen induk udang nirlaba yang telah mengembangkan induk udang unggul, baik unggul dalam pertumbuhan maupun bebas penyakit udang.
OI yang didirikan pada tahun 1962 merupakan lembaga riset nirlaba yang fokus bergerak di bidang akuakultur dan pengelolaan sumber daya pesisir. OI telah memiliki reputasi yang diakui dunia internasional sebagai lembaga yang melakukan selective breeding untuk menghasilkan induk unggul vaname.
Menteri Edhy menjelaskan, Indonesia punya potensi lahan untuk budidaya air payau atau tambak hingga mencapai 2,8 juta hektare, namun yang dimanfaatkan baru sekitar 21,64 % atau seluas 605.000 hektare. Dari luasan tersebut, tambak yang produktif untuk budidaya udang hanya mencapai 40% atau 242.000 hektare.
Kendala yang dihadapi selama ini adalah induk udang vaname unggul yang sebagian besar masih harus impor. Pada 2018, Indonesia mengeluarkan rekomendasi impor induk udang vaname sebanyak 226 ribu ekor, kemudian meningkat menjadi 596 ribu ekor pada 2019 dan per 6 November 2020 naik lagi menjadi 653 ribu ekor. ( Baca juga:Duh, Tingkat Kecurangan Transaksi e-Commerce Capai 35% )
"Kebutuhan induk udang vaname selama ini dipenuhi dari impor induk yang 80% berasal dari Hawaii dan sisanya dari Florida serta negara lain. Sehingga dengan kerja sama ini harapannya budidaya di Indonesia bisa mandiri karena sudah bisa memproduksi indukan sendiri," jelas dia.
Kerja sama ini membuat Menteri Edhy optimistis bahwa produktivitas tambak udang di Indonesia akan meningkat sehingga target produksi 1,5 juta ton per tahun pada 2024 dapat terwujud. Produksi saat ini sebagian besar dihasilkan oleh udang vaname.
"Untuk memenuhi target tersebut, dibutuhkan benih udang sekitar 114 miliar ekor dan induk sebanyak 7 juta ekor. Mudah-mudahan kebutuhan ini bisa kita penuhi dan target bisa kita capai," pungkas dia.
(uka)
tulis komentar anda