Pemulihan Ekonomi Mulai Terasa, Transaksi di Mal dan Restoran Naik
Rabu, 25 November 2020 - 07:41 WIB
JAKARTA - Mandiri Institute kembali melakukan live-monitoring aktivitas pada dua sektor yang paling terdampak, yaitu ritel atau pusat perbelanjaan (mal) dan restoran. Hasilnya, Mandiri Institute menemukan perbaikan volume transaksi ritel dan restoran dari data transaksi yang didapat.
Riset yang dilakukan dari Juli hingga Oktober 2020 ini menggunakan metode ‘live tracking’ serta mengumpulkan data dari 7.217 lokasi toko dan 9.362 restoran di delapan kota besar. Sejumlah data menunjukkan adanya pemulihan meskipun tidak merata antarwilayah. (Baca: Diam-diam Mendoakan Orang Lain, Salah Satu Sebab Terkabulnya Doa)
Menurut Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, sebagian ritel memang masih belum sepenuhnya kembali seperti periode pra-Covid-19. Pasalnya, konsumen cenderung menaikkan rata-rata nilai transaksi, tetapi mengurangi frekuensi kunjungan ke tempat belanja.
“Berdasarkan analisis data Google Maps, kami menemukan bahwa angka kunjungan ke tempat belanja menurun tipis menjadi 52% di bulan Oktober, dari 57% di bulan September,” kata Teguh, dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.
Dia mengungkapkan, kenaikan kunjungan ke pusat belanja terjadi di Bogor, seiring dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berbasis Mikro dan Komunitas (PSBMK). (Baca juga: Ini Masa Paling Menular Virus Corona Covid-19)
Sementara itu, tingkat kunjungan ke restoran juga mengalami penurunan di bulan Oktober menjadi 47% dari 53% pada bulan sebelumnya. “Data menunjukkan bahwa meski sudah kembali memasuki PSBB transisi, dampak dari PSBB II di DKI masih terasa,” ucapnya.
Analisis spasial juga menunjukkan ketimpangan dalam pemulihan kunjungan ke restoran. Di wilayah Jadetabek, lanjut Teguh, pemulihan terjadi lebih cepat di daerah pemukiman penduduk seperti perbatasan Bekasi dan Tangerang.
Dia mencontohkan kunjungan ke restoran di daerah sekitar Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, dan Depok sudah di atas 50%. Bogor, baik di pusat kota maupun kawasan wisata, menunjukkan tren pemulihan yang lebih cepat.
Di Surabaya, kunjungan berangsur pulih di daerah perumahan dan universitas. Sementara di Denpasar, masih belum menunjukkan pemulihan yang signifikan antara Juli dan Oktober 2020. (Lihat videonya: Gunung Slamet Dilanda Badai dan Hujan Es)
Berdasarkan riset yang telah dilakukan, Mandiri Institute menyimpulkan bahwa ketimpangan tingkat kunjungan restoran akan berdampak pada ketimpangan dalam potensi bisnis UMKM yang bergerak ataupun terkait dengan di sektor restoran. Hal ini akan menjadi tantangan dalam mendorong pemulihan UMKM.
Tantangan lain di sektor restoran adalah upaya meningkatkan kepatuhan penerapan protokol kesehatan yang ketat di restoran, terutama untuk dine-in. “Tanpa adanya kepatuhan masyarakat dan pelaku usaha serta pengawasan dan penegakan aturan protokol kesehatan oleh pemerintah, minat masyarakat untuk dine-in di restoran masih akan rendah untuk ke depannya,” paparnya. (Kunthi Fahmar Sandy)
Riset yang dilakukan dari Juli hingga Oktober 2020 ini menggunakan metode ‘live tracking’ serta mengumpulkan data dari 7.217 lokasi toko dan 9.362 restoran di delapan kota besar. Sejumlah data menunjukkan adanya pemulihan meskipun tidak merata antarwilayah. (Baca: Diam-diam Mendoakan Orang Lain, Salah Satu Sebab Terkabulnya Doa)
Menurut Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, sebagian ritel memang masih belum sepenuhnya kembali seperti periode pra-Covid-19. Pasalnya, konsumen cenderung menaikkan rata-rata nilai transaksi, tetapi mengurangi frekuensi kunjungan ke tempat belanja.
“Berdasarkan analisis data Google Maps, kami menemukan bahwa angka kunjungan ke tempat belanja menurun tipis menjadi 52% di bulan Oktober, dari 57% di bulan September,” kata Teguh, dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.
Dia mengungkapkan, kenaikan kunjungan ke pusat belanja terjadi di Bogor, seiring dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berbasis Mikro dan Komunitas (PSBMK). (Baca juga: Ini Masa Paling Menular Virus Corona Covid-19)
Sementara itu, tingkat kunjungan ke restoran juga mengalami penurunan di bulan Oktober menjadi 47% dari 53% pada bulan sebelumnya. “Data menunjukkan bahwa meski sudah kembali memasuki PSBB transisi, dampak dari PSBB II di DKI masih terasa,” ucapnya.
Analisis spasial juga menunjukkan ketimpangan dalam pemulihan kunjungan ke restoran. Di wilayah Jadetabek, lanjut Teguh, pemulihan terjadi lebih cepat di daerah pemukiman penduduk seperti perbatasan Bekasi dan Tangerang.
Dia mencontohkan kunjungan ke restoran di daerah sekitar Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, dan Depok sudah di atas 50%. Bogor, baik di pusat kota maupun kawasan wisata, menunjukkan tren pemulihan yang lebih cepat.
Di Surabaya, kunjungan berangsur pulih di daerah perumahan dan universitas. Sementara di Denpasar, masih belum menunjukkan pemulihan yang signifikan antara Juli dan Oktober 2020. (Lihat videonya: Gunung Slamet Dilanda Badai dan Hujan Es)
Berdasarkan riset yang telah dilakukan, Mandiri Institute menyimpulkan bahwa ketimpangan tingkat kunjungan restoran akan berdampak pada ketimpangan dalam potensi bisnis UMKM yang bergerak ataupun terkait dengan di sektor restoran. Hal ini akan menjadi tantangan dalam mendorong pemulihan UMKM.
Tantangan lain di sektor restoran adalah upaya meningkatkan kepatuhan penerapan protokol kesehatan yang ketat di restoran, terutama untuk dine-in. “Tanpa adanya kepatuhan masyarakat dan pelaku usaha serta pengawasan dan penegakan aturan protokol kesehatan oleh pemerintah, minat masyarakat untuk dine-in di restoran masih akan rendah untuk ke depannya,” paparnya. (Kunthi Fahmar Sandy)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda