Crazy Rich Indonesia Makin Banyak, Pasar Wealth Management Potensial
Jum'at, 27 November 2020 - 16:03 WIB
JAKARTA - Orang super kaya (ultra high net worth individual) alias crazy rich Indonesia diproyeksikan menjadi yang tertinggi kelima di dunia dan jauh lebih tinggi dari rata-rata global dan Asia. Bank DBS Indonesia pun melihat kebutuhan wealth management akan meningkat seiring dengan kenaikan aset kekayaan di Indonesia.
Berdasarkan outlook IMF, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia diperkirakan mencapai USD5.000 pada tahun 2024, sehingga lanskap wealth management Indonesia juga diprediksikan akan meningkat dalam 4-5 tahun dari sekarang, yang didorong oleh pertumbuhan kekayaan investor muda.
(Baca Juga: Orang Kaya Masih Ogah Belanja dan Terus Simpan Duit, Sri Mulyani Tahu Penyebabnya)
Indikator utama peningkatan pasar wealth management adalah jumlah investor reksa dana yang tumbuh empat kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dari sebanyak 444.945 menjadi 1.774.493 pada akhir tahun 2019.
Peluang ini diambil oleh Bank DBS Indonesia dengan menyediakan berbagai solusi finansial yang disesuaikan dengan setiap tahapan kehidupan nasabah, serta mengembangkan inovasi digital sebagai platform investasi yang handal dan mudah diakses.
Hingga saat ini penduduk Indonesia masih cenderung untuk mendepositokan kekayaannya dibandingkan menginvestasikannya. Adanya pandemi Covid-19 yang memperlambat perekonomian selama beberapa bulan terakhir, menambah kecenderungan nasabah untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk seperti deposito dan tabungan.
"Oleh karena itu, masyarakat masih membutuhkan lebih banyak edukasi mengenai investasi sebagai pilihan dalam mengelola dan mengembangkan kekayaan," ungkap Executive Director, Wealth Management Talent Rotation Bank DBS Indonesia Keng Swee di Jakarta, Jumat (27/11/2020).
Dia menilai Indonesia merupakan pasar yang sangat berkembang dalam hal wealth management. Akan tetapi pertumbuhannya terhambat oleh terbatasnya akses nasabah terhadap investasi dan pengelolaan aset kekayaan. Mengacu pada jurnal yang dirilis Hubbis bulan September lalu, penetrasi Asset Under Management (AUM) Indonesia hanya sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
(Baca Juga: Libur Dikurangi Nggak Ngaruh, Orang Kaya Juga Masih Ogah Jalan-jalan) "Angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan lainnya sebesar 15-25%. Pendapatan per kapita Indonesia saat ini berada di angka USD4.100, sedangkan diperlukan pendapatan per kapita sebesar USD5.000 agar lanskap wealth management Indonesia dapat memaksimalkan potensinya," ujarnya.
Bank DBS Indonesia, kata dia, senantiasa mengukuhkan posisinya sebagai mitra manajemen kekayaan terpercaya melalui komitmen untuk selalu menghadirkan inovasi digital sebagai platform pengembangan kekayaan nasabah. "Kami telah berhasil membawa akses valuta asing dan obligasi ke dalam aplikasi digibank by DBS," ujarnya.
Berdasarkan outlook IMF, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia diperkirakan mencapai USD5.000 pada tahun 2024, sehingga lanskap wealth management Indonesia juga diprediksikan akan meningkat dalam 4-5 tahun dari sekarang, yang didorong oleh pertumbuhan kekayaan investor muda.
(Baca Juga: Orang Kaya Masih Ogah Belanja dan Terus Simpan Duit, Sri Mulyani Tahu Penyebabnya)
Indikator utama peningkatan pasar wealth management adalah jumlah investor reksa dana yang tumbuh empat kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dari sebanyak 444.945 menjadi 1.774.493 pada akhir tahun 2019.
Peluang ini diambil oleh Bank DBS Indonesia dengan menyediakan berbagai solusi finansial yang disesuaikan dengan setiap tahapan kehidupan nasabah, serta mengembangkan inovasi digital sebagai platform investasi yang handal dan mudah diakses.
Hingga saat ini penduduk Indonesia masih cenderung untuk mendepositokan kekayaannya dibandingkan menginvestasikannya. Adanya pandemi Covid-19 yang memperlambat perekonomian selama beberapa bulan terakhir, menambah kecenderungan nasabah untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk seperti deposito dan tabungan.
"Oleh karena itu, masyarakat masih membutuhkan lebih banyak edukasi mengenai investasi sebagai pilihan dalam mengelola dan mengembangkan kekayaan," ungkap Executive Director, Wealth Management Talent Rotation Bank DBS Indonesia Keng Swee di Jakarta, Jumat (27/11/2020).
Dia menilai Indonesia merupakan pasar yang sangat berkembang dalam hal wealth management. Akan tetapi pertumbuhannya terhambat oleh terbatasnya akses nasabah terhadap investasi dan pengelolaan aset kekayaan. Mengacu pada jurnal yang dirilis Hubbis bulan September lalu, penetrasi Asset Under Management (AUM) Indonesia hanya sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
(Baca Juga: Libur Dikurangi Nggak Ngaruh, Orang Kaya Juga Masih Ogah Jalan-jalan) "Angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan lainnya sebesar 15-25%. Pendapatan per kapita Indonesia saat ini berada di angka USD4.100, sedangkan diperlukan pendapatan per kapita sebesar USD5.000 agar lanskap wealth management Indonesia dapat memaksimalkan potensinya," ujarnya.
Bank DBS Indonesia, kata dia, senantiasa mengukuhkan posisinya sebagai mitra manajemen kekayaan terpercaya melalui komitmen untuk selalu menghadirkan inovasi digital sebagai platform pengembangan kekayaan nasabah. "Kami telah berhasil membawa akses valuta asing dan obligasi ke dalam aplikasi digibank by DBS," ujarnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda