Menangkap Peluang Ledakan Harga Bitcoin
Rabu, 02 Desember 2020 - 22:59 WIB
JAKARTA - Akhir tahun 2020 ini nampaknya akan ditutup dengan sebuah fenomena luar biasa yang terjadi pada dunia cryptocurrency . Betapa tidak, pada akhir November ini, dunia dikejutkan dengan ledakan harga aset kripto Bitcoin yang menembus level USD19.319 pada Rabu sore 25 November 2020, atau hampir menyentuh kembali titik tertinggi yang pernah dicapainya pada 17 Desember 2017, USD20.089.
Fenomena ini memang tidak pernah disangka-sangka. Pasalnya pada Maret 2020 lalu, harga Bitcoin sempat drop hingga ke level yang di luar dugaan berbagai pengamat, hingga USD3.600 per Bitcoin. Meski sebulan kemudian melonjak dua kali lipat hingga mencapai angka USD7.000 per Bitcoin.
(Baca Juga: Investasi Bitcoin dan Aset Kripto, Mana Lebih Untung? )
Karena itu, jika dibandingkan dengan harga pada April 2020 lalu, maka harga Bitcoin pada 25 November kemarin sudah meningkat hingga 250%.
“Bisa dibayangkan tentunya profit yang dipetik investor jika membeli Bitcoin pada April awal tahun ini, maka investasinya kini telah berlipat 2,5 kali hanya dalam tempo setengah tahun saja,” ujar co-founder & CEO Tokocrypto , platform pedagang aset kripto, Pang Xue Kai di Jakarta, Rabu (2/12/2020).
Kai, sapaan akrabnya, melanjutkan, rally harga Bitcoin ini pun diyakini berbagai pihak di dalam dan luar negeri akan terus berlanjut ke depannya. Sejumlah faktor yang menjadi bahan bakar melesatnya harga Bitcoin pun diungkapkan pria muda tersebut.
Di antaranya peristiwa halving Bitcoin yang memasuki fase ketiga pada 12 Mei 2020 lalu. Sekadar informasi, halving atau halvening Bitcoin adalah proses pengurangan pasokan Bitcoin. Hal ini terkait dengan keterbatasan jumlah Bitcoin yang hanya sebanyak 21 juta Bitcoin.
Karena itu, pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto membuat protokol untuk memangkas imbalan bagi para penambang sebesar 50% setiap 210 ribu blok, atau kurang lebih setiap 4 tahun. Adapun halving pertama terjadi 2012, yang kedua pada 2016, dan terakhir pada Mei 2020 lalu.
(Baca Juga: Ehm, Sekarang Beli Bitcoin Bisa di Bank BUMN )
Fenomena ini memang tidak pernah disangka-sangka. Pasalnya pada Maret 2020 lalu, harga Bitcoin sempat drop hingga ke level yang di luar dugaan berbagai pengamat, hingga USD3.600 per Bitcoin. Meski sebulan kemudian melonjak dua kali lipat hingga mencapai angka USD7.000 per Bitcoin.
(Baca Juga: Investasi Bitcoin dan Aset Kripto, Mana Lebih Untung? )
Karena itu, jika dibandingkan dengan harga pada April 2020 lalu, maka harga Bitcoin pada 25 November kemarin sudah meningkat hingga 250%.
“Bisa dibayangkan tentunya profit yang dipetik investor jika membeli Bitcoin pada April awal tahun ini, maka investasinya kini telah berlipat 2,5 kali hanya dalam tempo setengah tahun saja,” ujar co-founder & CEO Tokocrypto , platform pedagang aset kripto, Pang Xue Kai di Jakarta, Rabu (2/12/2020).
Kai, sapaan akrabnya, melanjutkan, rally harga Bitcoin ini pun diyakini berbagai pihak di dalam dan luar negeri akan terus berlanjut ke depannya. Sejumlah faktor yang menjadi bahan bakar melesatnya harga Bitcoin pun diungkapkan pria muda tersebut.
Di antaranya peristiwa halving Bitcoin yang memasuki fase ketiga pada 12 Mei 2020 lalu. Sekadar informasi, halving atau halvening Bitcoin adalah proses pengurangan pasokan Bitcoin. Hal ini terkait dengan keterbatasan jumlah Bitcoin yang hanya sebanyak 21 juta Bitcoin.
Karena itu, pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto membuat protokol untuk memangkas imbalan bagi para penambang sebesar 50% setiap 210 ribu blok, atau kurang lebih setiap 4 tahun. Adapun halving pertama terjadi 2012, yang kedua pada 2016, dan terakhir pada Mei 2020 lalu.
(Baca Juga: Ehm, Sekarang Beli Bitcoin Bisa di Bank BUMN )
tulis komentar anda