Tahun 2021, Produksi CPO Ditargetkan 47,41 Juta Ton
Jum'at, 04 Desember 2020 - 08:58 WIB
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksi produksi minyak sawit mentah (CPO) naik tipis 0,43% dari 47,18 juta ton pada tahun 2019 menjadi 47,41 juta ton hingga akhir tahun 2020. Adapun penyerapan minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan mencapai 7,2 juta ton sampai akhir tahun ini.
Wakil Ketua Umum III Gapki Togar Sitanggang mengatakan, penggunaan minyak sawit untuk industri oleochemical mendominasi konsumsi domestik yaitu sekitar 1,57 juta ton, meningkat 48,96% dari tahun 2019. "Ini didorong permintaan pasar untuk bahan baku sabun serta pembersih lainnya yang meningkat selama pandemi Covid-19," ujarnya.
Sementara itu, permintaan minyak sawit untuk industri makanan mengalami penurunan akibat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga restoran dan hotel banyak yang menutup operasinya pada tahun 2020. Togar juga menyampaikan analisisnya terkait program mandatori biodiesel B30.
Meskipun pemerintah telah menaikkan levy (pungutan ekspor) namun karena pasar ekspor yang masih melemah, dana dari pungutan ekspor belum tentu maksimal. Hingga September 2020, GAPKI mencatat total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 24,08 juta ton dengan nilai ekspor mencapai USD15,49 miliar. China masih menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Indonesia.
Menurut Togar, China yang merupakan negara pertama adanya kasus Covid-19 bisa bertahan dari pandemi Covid-19. Bulan Juli hingga September menunjukkan adanya tanda baik dari China, yaitu tingkat permintaan yang kembali stabil dan normal. Dia berharap tingkat permintaan China akan perlahan kembali normal di tahun 2021 seiring dengan pemulihan ekonomi pasca Covid-19. "Sebelumnya, penurunan permintaan di China terjadi pada bulan Maret 2020 akibat penutupan akses beberapa pelabuhan namun ekspor perlahan meningkat pada Juli 2020," tuturnya.
Wakil Ketua Umum III Gapki Togar Sitanggang mengatakan, penggunaan minyak sawit untuk industri oleochemical mendominasi konsumsi domestik yaitu sekitar 1,57 juta ton, meningkat 48,96% dari tahun 2019. "Ini didorong permintaan pasar untuk bahan baku sabun serta pembersih lainnya yang meningkat selama pandemi Covid-19," ujarnya.
Sementara itu, permintaan minyak sawit untuk industri makanan mengalami penurunan akibat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga restoran dan hotel banyak yang menutup operasinya pada tahun 2020. Togar juga menyampaikan analisisnya terkait program mandatori biodiesel B30.
Meskipun pemerintah telah menaikkan levy (pungutan ekspor) namun karena pasar ekspor yang masih melemah, dana dari pungutan ekspor belum tentu maksimal. Hingga September 2020, GAPKI mencatat total ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 24,08 juta ton dengan nilai ekspor mencapai USD15,49 miliar. China masih menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Indonesia.
Baca Juga
Menurut Togar, China yang merupakan negara pertama adanya kasus Covid-19 bisa bertahan dari pandemi Covid-19. Bulan Juli hingga September menunjukkan adanya tanda baik dari China, yaitu tingkat permintaan yang kembali stabil dan normal. Dia berharap tingkat permintaan China akan perlahan kembali normal di tahun 2021 seiring dengan pemulihan ekonomi pasca Covid-19. "Sebelumnya, penurunan permintaan di China terjadi pada bulan Maret 2020 akibat penutupan akses beberapa pelabuhan namun ekspor perlahan meningkat pada Juli 2020," tuturnya.
(nng)
tulis komentar anda