Baru Kali Ini, Libur Akhir Tahun Tak Mampu Kerek Inflasi
Kamis, 10 Desember 2020 - 19:09 WIB
JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) mencatat inflasi di Indonesia tetap berada pada level 2 persen. Perkiraan itu sesuai dengan asumsi yang disampaikan pada September 2020 lalu. Ekonom ADB untuk Indonesia Emma Allen mengatakan, meski momentum tahun baru dan natal pada akhir Desember nanti, hal itu tidak menjadi instrumen untuk mendorong kenaikan inflasi seperti di tahun-tahun sebelumnya.
"Kami melihat untuk inflasi tetap rendah selama sisa bulan (Desember) tahun ini. Meski natal dan menyambut di tahun baru. Inflasi rata-rata masih 2 persen," ujar Emma Allen dalam ADB Indonesia Year-End Media Gathering, Jakarta, Kamis (10/12/2020).
Meski begitu, inflasi diperkirakan mengalami kenaikan tipis pada 2021 yakni berada di level 2,4 persen. Namun demikian, angka ini masih lebih rendah dari target pemerintah sebesar 3 persen. ADB menilai, kondisi ini tidak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Akibatnya, ekonomi nasional masih pada tahap recovery atau pemulihan.
"Pada tahun 2021 kemungkinan akan melihat tekanan inflasi yang lebih rendah, dan kami memperkirakan inflasi yang sedikit lebih tinggi untuk tahun 2021 sebesar 2,4 persen, atau lebih rendah dari tahun lalu (2019 inflasi sebesar 2,72 persen)," kata dia.
ADB juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 2,2 persen atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan pada September lalu yaitu minus 1 persen karena ketidakpastian situasi akibat pandemi Covid-19. “Sekarang diproyeksikan untuk pulih pada tingkat lebih lambat dari yang diantisipasi saat kami publikasikan pada September. Terkontraksi 2,2 persen pada 2020,” ujarnya.
Allen menyebut, pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan lambat terutama pada tiga kontributor pertumbuhan yakti konsumsi, investasi, dan perdagangan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi ADB. Dia menjelaskan, dari rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 3,49 persen pada kuartal III 2020 dengan kecepatan yang lebih lambat dari kontraksi sebelumnya dan 5,3 persen pada kuartal II 2020.
“Karena penurunan sebelumnya untuk seluruh basis seperti investasi, konsumsi dan perdagangan maka ekonomi berkontraksi sebesar 2 persen dari tahun ke tahun dalam tiga kuartal pertama 2020 dibandingkan periode sama pada 2019,” kata dia.
"Kami melihat untuk inflasi tetap rendah selama sisa bulan (Desember) tahun ini. Meski natal dan menyambut di tahun baru. Inflasi rata-rata masih 2 persen," ujar Emma Allen dalam ADB Indonesia Year-End Media Gathering, Jakarta, Kamis (10/12/2020).
Meski begitu, inflasi diperkirakan mengalami kenaikan tipis pada 2021 yakni berada di level 2,4 persen. Namun demikian, angka ini masih lebih rendah dari target pemerintah sebesar 3 persen. ADB menilai, kondisi ini tidak terlepas dari dampak pandemi Covid-19 terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Akibatnya, ekonomi nasional masih pada tahap recovery atau pemulihan.
"Pada tahun 2021 kemungkinan akan melihat tekanan inflasi yang lebih rendah, dan kami memperkirakan inflasi yang sedikit lebih tinggi untuk tahun 2021 sebesar 2,4 persen, atau lebih rendah dari tahun lalu (2019 inflasi sebesar 2,72 persen)," kata dia.
ADB juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 2,2 persen atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan pada September lalu yaitu minus 1 persen karena ketidakpastian situasi akibat pandemi Covid-19. “Sekarang diproyeksikan untuk pulih pada tingkat lebih lambat dari yang diantisipasi saat kami publikasikan pada September. Terkontraksi 2,2 persen pada 2020,” ujarnya.
Allen menyebut, pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan lambat terutama pada tiga kontributor pertumbuhan yakti konsumsi, investasi, dan perdagangan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi ADB. Dia menjelaskan, dari rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 3,49 persen pada kuartal III 2020 dengan kecepatan yang lebih lambat dari kontraksi sebelumnya dan 5,3 persen pada kuartal II 2020.
“Karena penurunan sebelumnya untuk seluruh basis seperti investasi, konsumsi dan perdagangan maka ekonomi berkontraksi sebesar 2 persen dari tahun ke tahun dalam tiga kuartal pertama 2020 dibandingkan periode sama pada 2019,” kata dia.
(nng)
tulis komentar anda