The Fed Tahan Suku Bunga Mendekati 0%, Ini Dampaknya ke RI
Kamis, 17 Desember 2020 - 12:34 WIB
JAKARTA - Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat pada Rabu (waktu setempat) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah mendekati nol setelah menyelesaikan pertemuan kebijakan akhir tahun 2020.
“The Fed terlihat berkomitmen untuk menjaga suku bunga acuan di level yang rendah di kisaran nol untuk setidaknya beberapa tahun kedepan. Namun, pada akhirnya akan tetap ditentukan oleh pasar,” kata Senior Investment Strategist, OCBC Bank Vasu Menon di Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Dia melanjutkan negara berkembang seperti Indonesia seharusnya akan diuntungkan dengan kepresidenan Joe Biden yang akan dapat memberikan keuntungan bagi kredit negara berkembang.
Apalagi kebijakan luar negeri seharusnya akan lebih diplomatis, terukur dan tenang. Kerja sama dengan negara-negara kawasan Eropa juga akan menjadi salah satu objektif utama.
Terlebih lagi, bahkan dengan kongres yang terbagi, dirinya melihat potensi stimulus fiskal yang tetap besar dan dapat menjadi penopang risiko pasar.
Indikator-indikator ekonomi global yang terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak seimbang. Walaupun virus Covid-19 masih menjadi musuh ekonomi global dan dengan gelombang kedua penyebaran yang terjadi terutama di Eropa dan AS, tingkat penyebaran secara keseluruhan telah menurun.
Ditambah lagi, dengan kepresidenan Joe Biden, AS akan dapat lebih mengimplementasikan cara penanganan Covid-19 yang disiplin dan jelas. “Dan yang mungkin lebih penting lagi adalah rendahnya probabilitas penutupan para ekonomi di awal tahun depan,” ujar dia.
Namun, sambung dia, peran terpenting masih dipegang oleh bank sentral AS terkait obligasi korporasi dalam jangka menengah ke depan, di tengah lingkungan kebijakan suku bunga yang rendah.
“Proyeksi kami untuk suku bunga acuan The Fed masih akan tetap di kisaran nol persen hingga akhir 2025. Proyeksi The Fed sendiri untuk inflasi kembali ke level 2% adalah di tahun 2023,” sebut dia.
“The Fed terlihat berkomitmen untuk menjaga suku bunga acuan di level yang rendah di kisaran nol untuk setidaknya beberapa tahun kedepan. Namun, pada akhirnya akan tetap ditentukan oleh pasar,” kata Senior Investment Strategist, OCBC Bank Vasu Menon di Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Dia melanjutkan negara berkembang seperti Indonesia seharusnya akan diuntungkan dengan kepresidenan Joe Biden yang akan dapat memberikan keuntungan bagi kredit negara berkembang.
Apalagi kebijakan luar negeri seharusnya akan lebih diplomatis, terukur dan tenang. Kerja sama dengan negara-negara kawasan Eropa juga akan menjadi salah satu objektif utama.
Terlebih lagi, bahkan dengan kongres yang terbagi, dirinya melihat potensi stimulus fiskal yang tetap besar dan dapat menjadi penopang risiko pasar.
Indikator-indikator ekonomi global yang terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi yang tidak seimbang. Walaupun virus Covid-19 masih menjadi musuh ekonomi global dan dengan gelombang kedua penyebaran yang terjadi terutama di Eropa dan AS, tingkat penyebaran secara keseluruhan telah menurun.
Ditambah lagi, dengan kepresidenan Joe Biden, AS akan dapat lebih mengimplementasikan cara penanganan Covid-19 yang disiplin dan jelas. “Dan yang mungkin lebih penting lagi adalah rendahnya probabilitas penutupan para ekonomi di awal tahun depan,” ujar dia.
Namun, sambung dia, peran terpenting masih dipegang oleh bank sentral AS terkait obligasi korporasi dalam jangka menengah ke depan, di tengah lingkungan kebijakan suku bunga yang rendah.
“Proyeksi kami untuk suku bunga acuan The Fed masih akan tetap di kisaran nol persen hingga akhir 2025. Proyeksi The Fed sendiri untuk inflasi kembali ke level 2% adalah di tahun 2023,” sebut dia.
(her)
Lihat Juga :
tulis komentar anda