Keberhasilan SWF Akan Tergantung Cara Penawarannya
Rabu, 06 Januari 2021 - 23:16 WIB
JAKARTA - Pemerintah akan segera memiliki dana abadi RI atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) alias Sovereign Wealth Fund (SWF). Rencananya SWF akan diluncurkan di awal 2021 dengan nama Indonesia Investment Authority (INA) yang akan mengelola dana investasi untuk kebutuhan seperti proyek infrastruktur . ( Baca juga:Pulihkan Ekonomi di 2021, Pemerintah Disarankan Geber Proyek Infrastruktur )
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai, kinerja INA ini sangat bergantung pada strategi pemerintah dalam penawarannya nanti kepada negara-negara yang potensial. Meski perekenomian dunia lesu, namun menurut dia itu tidak akan jadi masalah.
"Karena yang penting likuiditas global masih tinggi. Untuk suku bunga pun masih sangat rendah untuk waktu yang sangat lama. Terutama di negara-negara maju yang setelah pandemi ini akan mengalami secular stagnation, seperti Jepang dari tahun 1992 sampai hari ini," ujar Ferry hari ini (6/1) di Jakarta.
Poin kedua yang perlu dicermati tentunya ekspektasi return yang ditawarkan oleh SWF nanti kepada investor. Investor potensial kategori institusi pengelolaan dana seperti endowment funds, pension funds, dan pengelola dana besar mesti ditawarkan dengan horizon investasi jangka panjang. "Tentu akan lebih menarik kalau ada secondary marketnya bagi penyertaan investor di SWF sehingga investasi mereka tidak terkunci," katanya.
Sementara pengamat ekonomi dari CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan LPI ini merupakan ide bagus yang sudah diwacanakan sejak bertahun-tahun lalu tapi belum berani dieksekusi hingga sekarang.
Selama ini investasi di Indonesia hanya sebatas menawarkan saja. Namun sekarang beda karena investor taruh modal dan pemerintah juga ikut berinvestasi. "Sehingga investor akan lebih yakin karena pemerintah juga ikut. Tentu akan berbeda bila Investor ditawarkan model seperti itu," kata Piter. ( Baca juga:Ingin Didoakan Para Malaikat? Inilah Jenis Manusia yang Mendapatkannya )
Menurutnya di saat sekarang ini justru ada dana-dana di luar negeri yang menganggur atau disebut sebagai likuiditas global yang berlimpah. "Pengelola dana ini akan membutuhkan tempat untuk menempatkan investasi dengan imbalan yang menarik. Dana-dana tersebut tidak terpengaruh pandemi karena itulah sudah tepat pemerintah mengambil kesempatan ini," ujarnya.
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai, kinerja INA ini sangat bergantung pada strategi pemerintah dalam penawarannya nanti kepada negara-negara yang potensial. Meski perekenomian dunia lesu, namun menurut dia itu tidak akan jadi masalah.
"Karena yang penting likuiditas global masih tinggi. Untuk suku bunga pun masih sangat rendah untuk waktu yang sangat lama. Terutama di negara-negara maju yang setelah pandemi ini akan mengalami secular stagnation, seperti Jepang dari tahun 1992 sampai hari ini," ujar Ferry hari ini (6/1) di Jakarta.
Poin kedua yang perlu dicermati tentunya ekspektasi return yang ditawarkan oleh SWF nanti kepada investor. Investor potensial kategori institusi pengelolaan dana seperti endowment funds, pension funds, dan pengelola dana besar mesti ditawarkan dengan horizon investasi jangka panjang. "Tentu akan lebih menarik kalau ada secondary marketnya bagi penyertaan investor di SWF sehingga investasi mereka tidak terkunci," katanya.
Sementara pengamat ekonomi dari CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan LPI ini merupakan ide bagus yang sudah diwacanakan sejak bertahun-tahun lalu tapi belum berani dieksekusi hingga sekarang.
Selama ini investasi di Indonesia hanya sebatas menawarkan saja. Namun sekarang beda karena investor taruh modal dan pemerintah juga ikut berinvestasi. "Sehingga investor akan lebih yakin karena pemerintah juga ikut. Tentu akan berbeda bila Investor ditawarkan model seperti itu," kata Piter. ( Baca juga:Ingin Didoakan Para Malaikat? Inilah Jenis Manusia yang Mendapatkannya )
Menurutnya di saat sekarang ini justru ada dana-dana di luar negeri yang menganggur atau disebut sebagai likuiditas global yang berlimpah. "Pengelola dana ini akan membutuhkan tempat untuk menempatkan investasi dengan imbalan yang menarik. Dana-dana tersebut tidak terpengaruh pandemi karena itulah sudah tepat pemerintah mengambil kesempatan ini," ujarnya.
(uka)
tulis komentar anda