Pemerintah Masih Hati-hati dalam Pengeluaran Fiskal di Semester I/2021
Minggu, 17 Januari 2021 - 05:25 WIB
JAKARTA - Akselerasi penggunaan anggaran di akhir tahun membuat pengeluaran fiskal naik 12,2% secara tahunan pada 2020, sementara pendapatan turun -16,7% secara tahunan. Defisit anggaran melebar menjadi -6,09% dari PDB tapi sedikit di bawah target -6,3%.
Menurut Ekonom Bank DBS, Radhika Rao sekitar 83% dana pemulihan ekonomi dikucurkan tahun lalu dari Rp695,2 triliun yang dianggarkan. "Alokasi dana pemulihan ditetapkan sebesar Rp403,9 triliun untuk 2021, 40% lebih rendah dari tahun lalu," kata Radhika di Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
( )
Memasuki 2021, sebagian besar asumsi makro dipertahankan, terutama defisit lebih sempit, di angka 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meskipun pengeluaran sebagian besar akan tetap sama dengan tahun 2020, konsolidasi defisit 2021, yang diantisipasi, bertumpu pada pemulihan lebih kuat, peningkatan pendapatan terlepas dari pemotongan tarif pajak perusahaan dan insentif pandemi dan kurva pandemi lebih landai, dibantu oleh vaksin.
( )
Dia pun memperkirakan awal penuh kehati-hatian dalam pengeluaran fiskal pada paruh pertama 2021, sebelum meningkat lebih cepat pada paruh kedua, seperti yang terjadi pada tahun-tahun terakhir.
"Pemerintah memperkuat rencana untuk mempersempit defisit menjadi -3% dari PDB pada 2023. Pemulihan lebih lambat dari yang diantisipasi merupakan risiko bagi rencana konsolidasi, yang sebagian besar bergantung pada bentuk kurva pandemi," paparnya.
Menurut Ekonom Bank DBS, Radhika Rao sekitar 83% dana pemulihan ekonomi dikucurkan tahun lalu dari Rp695,2 triliun yang dianggarkan. "Alokasi dana pemulihan ditetapkan sebesar Rp403,9 triliun untuk 2021, 40% lebih rendah dari tahun lalu," kata Radhika di Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
( )
Memasuki 2021, sebagian besar asumsi makro dipertahankan, terutama defisit lebih sempit, di angka 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meskipun pengeluaran sebagian besar akan tetap sama dengan tahun 2020, konsolidasi defisit 2021, yang diantisipasi, bertumpu pada pemulihan lebih kuat, peningkatan pendapatan terlepas dari pemotongan tarif pajak perusahaan dan insentif pandemi dan kurva pandemi lebih landai, dibantu oleh vaksin.
( )
Dia pun memperkirakan awal penuh kehati-hatian dalam pengeluaran fiskal pada paruh pertama 2021, sebelum meningkat lebih cepat pada paruh kedua, seperti yang terjadi pada tahun-tahun terakhir.
"Pemerintah memperkuat rencana untuk mempersempit defisit menjadi -3% dari PDB pada 2023. Pemulihan lebih lambat dari yang diantisipasi merupakan risiko bagi rencana konsolidasi, yang sebagian besar bergantung pada bentuk kurva pandemi," paparnya.
(ind)
tulis komentar anda