Jamin Ketersediaan Listrik, Ini Langkah-Langkah Kementerian ESDM
Rabu, 27 Januari 2021 - 17:07 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan sejumlah langkah guna memastikan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik terpenuhi. Hal ini menyusul adanya bencana banjir di Kalimantan dan faktor cuaca seperti curah hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi pasokan batu bara.
Pasokan batu bara mengalami keterlambatan karena produksi pertambangan, pengangkutan, pengapalan hingga pada saat bongkar muat mengalami hambatan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, upaya pertama yang dilakukan adalah menjaga kemampuan pembangkit listrik. Kemudian, pihaknya juga sudah minta independent power producer (IPP) yang memiliki stok batu bara relatif lebih besar untuk memaksimalkan produksi listrik.
"Stockpile IPP antara 25-30 hari, sedangkan PLN itu sekitar 15 hari. Kalau kapasitas batu bara PLN berkurang maka IPP dengan stok batu bara yang relatif besar diminta memaksimalkan produksinya," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (27/1/2021).
Rida melanjutkan, upaya selanjutnya mengatur produksi listrik berdasarkan ketersediaan stok masing-masing. "Kita mengoptimasi stok. Utamakan pembangkit listrik dengan stok 15 hari," ungkapnya.
Opsi selanjutnya apabila pasokan batu bara tidak kunjung datang dan semua stok batu bara di PLTU berkurang secara serentak maka pihaknya akan meminta PLN untuk memaksimumkan penggunaan gas.
"Kalaupun gas sampai mentok habis masih kurang juga memenuhi kebutuhan kita, maka dengan sangat terpaksa kita bakar BBM. Tapi ini akan meningkatkan biaya pokok pengadaan tenaga listrik sehingga menjadi opsi terakhir," jelasnya.
Pasokan batu bara mengalami keterlambatan karena produksi pertambangan, pengangkutan, pengapalan hingga pada saat bongkar muat mengalami hambatan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, upaya pertama yang dilakukan adalah menjaga kemampuan pembangkit listrik. Kemudian, pihaknya juga sudah minta independent power producer (IPP) yang memiliki stok batu bara relatif lebih besar untuk memaksimalkan produksi listrik.
"Stockpile IPP antara 25-30 hari, sedangkan PLN itu sekitar 15 hari. Kalau kapasitas batu bara PLN berkurang maka IPP dengan stok batu bara yang relatif besar diminta memaksimalkan produksinya," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (27/1/2021).
Rida melanjutkan, upaya selanjutnya mengatur produksi listrik berdasarkan ketersediaan stok masing-masing. "Kita mengoptimasi stok. Utamakan pembangkit listrik dengan stok 15 hari," ungkapnya.
Opsi selanjutnya apabila pasokan batu bara tidak kunjung datang dan semua stok batu bara di PLTU berkurang secara serentak maka pihaknya akan meminta PLN untuk memaksimumkan penggunaan gas.
"Kalaupun gas sampai mentok habis masih kurang juga memenuhi kebutuhan kita, maka dengan sangat terpaksa kita bakar BBM. Tapi ini akan meningkatkan biaya pokok pengadaan tenaga listrik sehingga menjadi opsi terakhir," jelasnya.
(fai)
tulis komentar anda