PPKM dan PSBB Menghancurkan Industri Ban, Pemilik Bengkel Ngeluh
Selasa, 02 Februari 2021 - 15:44 WIB
JAKARTA - Industri ban tidak terkecuali terkena dampak dari pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus bersambung. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia, Aziz Pane mengatakan bahwa kondisi ini sangat berat bagi bisnis industri ban.
"Ban itu saat ini adalah alat pembantu kendaraan untuk mobilitas masyarakat. Dengan adanya pandemi, PSBB, dan PPKM, otomatis mobilitas masyarakat berkurang, yang berarti penggunaan ban berkurang," ujar Aziz dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Dari segi konsumen, pihak asosiasinya telah melakukan survei ke bengkel-bengkel. Sebelum pandemi, para pemilik bengkel mengaku bahwa servis ganti ban sehari biasanya menguntungkan mereka dengan adanya tip Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per harinya.
"Tapi sekarang, kata mereka, seminggu dapat Rp10 ribu tip sudah bagus. Artinya ada perubahan perilaku konsumen yang mengurangi penggunaan ban dalam negeri," terang Aziz.
Di luar negeri, pada bulan Maret-April 2020 lalu juga sangat tertekan dan kalang kabut. Pada waktu bahan baku tidak masuk dan ekspor menjadi terhambat. "Ini benar-benar menghancurkan industri, khususnya industri ban. Kami sendiri berharap pemerintah bisa mengatasi pandemi ini secepatnya," tambahnya.
Namun Aziz mengatakan, bahwa angka kasus positif Covid-19 yang kian menanjak setiap harinya pun menjadi momok tersendiri. "Ini kita sebelumnya sudah takut, sekarang makin takut lagi. Akan ada pembatasan lagi, kita bandingkan dengan India saja sudah recover, tapi kita belum. Semoga bisa cepat. Selama ada pembatasan, masyarakat tidak berkendara, " ucapnya.
Kendati demikian, dia mencatat bahwa ekspor ban ke Amerika Serikat mulai membaik. Sementara itu, untuk produksi ban didominasi persentasenya untuk kebutuhan ekspor sebesar 60-70%. "Pembatasan ini akan sama di semua negara nantinya, contoh demand Eropa kosong, karena mereka tidak ada mobilitas, tidak jalan, tidak perlu ganti ban," tukasnya.
"Ban itu saat ini adalah alat pembantu kendaraan untuk mobilitas masyarakat. Dengan adanya pandemi, PSBB, dan PPKM, otomatis mobilitas masyarakat berkurang, yang berarti penggunaan ban berkurang," ujar Aziz dalam IDX Channel Market Review di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Dari segi konsumen, pihak asosiasinya telah melakukan survei ke bengkel-bengkel. Sebelum pandemi, para pemilik bengkel mengaku bahwa servis ganti ban sehari biasanya menguntungkan mereka dengan adanya tip Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per harinya.
"Tapi sekarang, kata mereka, seminggu dapat Rp10 ribu tip sudah bagus. Artinya ada perubahan perilaku konsumen yang mengurangi penggunaan ban dalam negeri," terang Aziz.
Di luar negeri, pada bulan Maret-April 2020 lalu juga sangat tertekan dan kalang kabut. Pada waktu bahan baku tidak masuk dan ekspor menjadi terhambat. "Ini benar-benar menghancurkan industri, khususnya industri ban. Kami sendiri berharap pemerintah bisa mengatasi pandemi ini secepatnya," tambahnya.
Namun Aziz mengatakan, bahwa angka kasus positif Covid-19 yang kian menanjak setiap harinya pun menjadi momok tersendiri. "Ini kita sebelumnya sudah takut, sekarang makin takut lagi. Akan ada pembatasan lagi, kita bandingkan dengan India saja sudah recover, tapi kita belum. Semoga bisa cepat. Selama ada pembatasan, masyarakat tidak berkendara, " ucapnya.
Kendati demikian, dia mencatat bahwa ekspor ban ke Amerika Serikat mulai membaik. Sementara itu, untuk produksi ban didominasi persentasenya untuk kebutuhan ekspor sebesar 60-70%. "Pembatasan ini akan sama di semua negara nantinya, contoh demand Eropa kosong, karena mereka tidak ada mobilitas, tidak jalan, tidak perlu ganti ban," tukasnya.
(akr)
tulis komentar anda