Terangi Desa Bantilang, PLN Andil Tingkatkan Kualitas Lada Sulsel

Kamis, 04 Februari 2021 - 13:43 WIB
“Proses pembangunan jaringan listrik ini cukup fenomenal, karena kami membangun jaringan listrik sepanjang 50 km, mengintari Danau Towuti dengan kondisi jalan yang rusak berat,” terangnya.

Proses pembangunannya kurang lebih tiga bulan, melibatkan sekitar 300 orang tenaga kerja mitra PLN dan dukungan alat berat dari Pemkab Lutim , serta izin melintas yang diberikan oleh PT Vale membuat pekerjaan ini dapat selesai tepat waktu, sehingga masyarakat di Desa Bantilang, Desa Tokalimbo, Desa Rantenagin, Desa Loeha & Desa Massiku dapat menikmati layanan PLN selama 24 Jam.

Dia memaparkan, untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Provinsi Sulawesi Selatan, PLN UIW Sulselrabar , UP2K Sulsel melaksanakan pembangunan jaringan listrik ke pelosok-pelosok desa yang tersebar di 21 Kabupaten di Sulawesi selatan. Jaringan listrik tersebut yang akan menghantarkan tenaga listrik hingga ke rumah masyarakat yang selama ini belum mendapatkan pelayanan dari PLN .

“Berdasarkan hitungan kami, rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Selatan saat ini sebesar 99,99%, yang terdiri dari rumah tangga pengguna listrik PLN & rumah tangga pengguna listrik non PLN ,” terangnya.



Ada beberapa daerah yang sulit dijangkau yakni Kecamatan Pasilambena, Pasimarannu dan Kecamatan Takabonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar. Lalu, Kecamatan Liukang Tangaya, Liukang Kalmas, Liukang Tupabbiring dan Liukang Tupabbiring Utara di Kabupaten Pangkep. Ada juga di Kecamatan Seko & Rampi di Luwu Utara, serta Kecamatan Simbuang di Tana Toraja

Syaifuddin mengatakan, kendala utama yang ditemui adalah akses jalan yang masih sangat terbatas untuk mobilisasi material, karena sebagian material PLN solid, tak bisa dibongkar pasang. Sehingga, pihaknya terus mendukung upaya pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan jalan & falisitas pendukungnya, sehingga pihaknya bisa menghadirkan pelayanan kepada masyarakat di pelosok desa, begitu pula dengan akses pelayaran di pulau-pulau kecil yang masih sangat terbatas.

Diakuinya, program listrik desa ini hanyalah salah satu dari sekian banyak program yang diluncurkan pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, misalnya pelosok-pelosok yang belum menikmati listrik, maka dilakukan pembangunan jaringan listrik PLN .



Ada juga di tempat lain yang masih sulit dijangkau oleh PLN , dilakukan pembangunan pembangkit listrik mini oleh Kementerian ESDM & dioperasikan oleh swasta maupun masyarakat sekitar.

Sedangkan bagi masyarakat yang hidup berpencar/tidak bedomisili di satu titik perkampungan oleh pemerintah dipasangkan listrik tenaga surya hemat energi (LTSHE).



Dijelaskannya, masyarakat ada juga yang sudah terjangkau jaringan listrik, namun belum menikmati pelayanan PLN karena terkendala biaya, sedapat mungkin akan diupayakan oleh pemerintah & PLN untuk segera mendapatkan akses listrik, baik itu berupa program sosial, CSR BUMN , maupun dari program internal PLN .

“Program listrik desa merupakan ikhtiar dari PLN untuk mengahdirkan tenaga listrik di pelosok-pelosok desa, karena kami menyadari bahwa tenaga listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat, di pelosok desa sendiri sebenarnya sudah ada akses listrik. Namun itu sangat terbatas, sehingga masyarakat kita tetap mendambakan pelayanan listrik yang handal layaknya yang dinikmati oleh orang di kota, oleh karena itu dengan niat yang tulus kami mengupayakan menghadirkan pelayanan PLN di pelosok desa,” katanya.

Selama tahun 2020, PLN UIW Sulselrabar telah merampungkan pembangunan kelistrikan di 146 dusun/desa di Sulawesi Selatan, dengan potensi 9.400 masyarakat yang dapat dilayani.



“Mengingat kendala utama kami adalah akses jalan dan izin penggunaan kawasan hutan, kami berharap dukungan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten maupun saudara-saudara kami para kepala desa untuk bahu membahu, bersinergi dalam perbaikan fasilitas, berupa perbaikan jalan, jembatan dan akses pelayaran untuk kepentingan mobilisasi meterial,” harapnya.

Tidak lupa juga pihaknya memohon dukungan instansi vertikal seperti Dinas ESDM, Dinas Kehutanan, agar meningkatkan sinergi yang selama ini sudah terbangun, dan kepada masyarakat pihaknya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan supportnya kepada PLN .

2020, Ekspor Lada Meningkat

Nilai ekspor komoditas lada Sulawesi Selatan (Sulsel) tumbuh signifikan meski di tengah pandemi Covid-19 . Tercatat, sepanjang tahun 2020 lalu, nilai ekspor lada Sulsel mencapai USD 17,6 juta atau setara dengan Rp247 miliar (kurs Rp14.086).

Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 24,93 persen jika dibandingkan dengan ekspor lada Sulsel pada tahun 2019 lalu yang hanya mencapai USD 14 juta atau setara dengan Rp198 miliar. Meski demikian, dari segi volume ekspor lada Sulsel turun 14,84 persen, yaitu dari 5.580 ton pada tahun 2019 menjadi 4.752 ton tahun 2020.

Hal tersebut diuraikan oleh Kabid Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Sulsel, Dewa Nyoman Mahendra, baru-baru ini.



Dia menuturkan, negara tujuan ekspor lada Sulsel terbesar pada tahun 2020 adalah Vietnam (2.415 ton), disusul China (2.303 ton), Malaysia (16,90 ton) dan Thailand (16,90 ton).



"Kualitas merica kita bagus sekali, jadi tidak perlu khawatir dengan pemasaran kita di internasional," kata Nyoman optimis.



Dari total eskpor tersebut, jenis lada yang paling banyak dikirim adalah raw material, baik itu merica putih maupun merica hitam. "Kebanyakan raw material. Ada juga ekspor lada yang sudah dikemas tapi sedikit sekali," katanya.

Adapun daerah penghasil lada terbesar di Sulsel adalah Luwu Timur. Dari total 4.752 ton ekspor lada Sulsel pada tahun 2020, 60 persen lebih didatangkan dari Luwu Timur. "Penghasil lada terbesar memang Luwu Timur. Tapi ada juga dari beberapa kabupaten lain, seperti Sinjai," urai Nyoman.

Dari total eskpor tersebut, jenis lada yang paling banyak dikirim adalah raw material, baik itu lada putih maupun lada hitam. "Kebanyakan raw material. Ada juga ekspor lada yang sudah dikemas tapi sedikit sekali," katanya.

Adapun daerah penghasil lada terbesar di Sulsel adalah Luwu Timur. Dari total 4.752 ton ekspor lada Sulsel pada tahun 2020, 60 persen lebih didatangkan dari Luwu Timur. "Penghasil lada terbesar memang Luwu Timur. Tapi ada juga dari beberapa kabupaten lain, seperti Sinjai," urai Nyoman.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More