Mental IHSG Masih Diuji Tren Jangka Menengah
Senin, 08 Februari 2021 - 12:16 WIB
JAKARTA - Pengamat Pasar Modal Oktavianus Audi mengatakan, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya sudah mulai ada penguatan. Namun saat ini IHSG masih diuji tren jangka menengah.
"Resisten IHSG di level 6.200. Jika minggu ini mampu naik ke 6.200 maka saya pikir investor sudah paham bahwa meski masih di tengah resesi ekonomi namun fokusnya ke depan dan ini sudah sesuai ekspektasi," ujarnya pada Market Opening IDX Channel, Senin (8/2/2021).
Dia melanjutkan, meski sempat ada sedikit koreksi pada pekan lalu karena rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 2,07% pada tahun 2020, namun semuanya sudah sesuai ekspektasi pemerintah dan investor. "Tidak ada yang terlalu surprise dengan data pertumbuhan ekonomi. Ini semua sudah sesuai dengan yang dijalankan dan direncanakan. Tinggal melanjutkan saja dan ini harusnya jadi sentimen positif," ungkapnya.
Menurut dia, dari dalam negeri, data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan kenaikan selama empat bulan berturut-turut. Pada bulan Januari 2021, PMI Manufaktur Indonesia sebesar 52,2 atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.
PMI di atas angka 50 menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan usaha atau ekspansif. Hal ini akan menjadi tumpuan ekonomi Indonesia ke depan.
Sementara dari luar negeri, DPR (House of Representatives) Amerika Serikat memberikan persetujuan akhir atas resolusi anggaran pada Jumat malam sehingga membuka jalan bagi rencana stimulus Presiden Biden yang senilai USD1,9 triliun. "Ini masih memberikan sentimen positif di pasar. Saya kira ini akan berpengaruh juga ke emerging market, salah satunya Indonesia," tandasnya.
"Resisten IHSG di level 6.200. Jika minggu ini mampu naik ke 6.200 maka saya pikir investor sudah paham bahwa meski masih di tengah resesi ekonomi namun fokusnya ke depan dan ini sudah sesuai ekspektasi," ujarnya pada Market Opening IDX Channel, Senin (8/2/2021).
Dia melanjutkan, meski sempat ada sedikit koreksi pada pekan lalu karena rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 2,07% pada tahun 2020, namun semuanya sudah sesuai ekspektasi pemerintah dan investor. "Tidak ada yang terlalu surprise dengan data pertumbuhan ekonomi. Ini semua sudah sesuai dengan yang dijalankan dan direncanakan. Tinggal melanjutkan saja dan ini harusnya jadi sentimen positif," ungkapnya.
Menurut dia, dari dalam negeri, data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan kenaikan selama empat bulan berturut-turut. Pada bulan Januari 2021, PMI Manufaktur Indonesia sebesar 52,2 atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.
PMI di atas angka 50 menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan usaha atau ekspansif. Hal ini akan menjadi tumpuan ekonomi Indonesia ke depan.
Sementara dari luar negeri, DPR (House of Representatives) Amerika Serikat memberikan persetujuan akhir atas resolusi anggaran pada Jumat malam sehingga membuka jalan bagi rencana stimulus Presiden Biden yang senilai USD1,9 triliun. "Ini masih memberikan sentimen positif di pasar. Saya kira ini akan berpengaruh juga ke emerging market, salah satunya Indonesia," tandasnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda