Agen46 BNI Buktikan UMKM Mampu Bertransformasi Digital
Kamis, 11 Februari 2021 - 22:02 WIB
JAKARTA - Dukungan pendampingan dan kemauan kuat menggunakan teknologi digital menjadi kunci pelaku UMKM untuk sukses. Hal ini yang dibuktikan Slamet sebagai salah satu Agen46 yang membuktikan dengan mental positif dan dukungan pendampingan dari BNI membuat usahanya mampu bertahan dan semakin berkembang.
Usaha warung milik Slamet mulai dijalankan bersama istrinya sejak tahun 2005 silam. Waktu itu modal awalnya adalah Rp1,5 juta. Pada hari pertama berjualan, omzet jualannya mencapai Rp200 ribu.
“Itu besar sekali, bandingkan dengan modalnya. Saya sangat bersyukur, baru buka sudah dapat Rp 200.000. Waktu itu, warga di sekitar warung menyebutkan dengan Warung Merah karena dicat merah. Setahun kemudian dari laba yang ada, kami tambah stok barang,” ujarnya dalam acara Webinar Media Virtual Tour 2021, yang digelar Jakarta Editor Media Forum (JEMF) di Jakarta, Kamis (11/2/2021).
( )
Warung kecil milik Slamet tersembunyi di sudut dan tidak terlihat di Perumahan Pondok Surya Mandala, Bekasi, Jawa Barat. Kondisi warung berukuran 2 x 3 meter itu hampir sama dengan warung – warung pada umumnya saat itu.
Kini, Toko Merah menjelma menjadi sebuah toko modern yang membuat bangga pria kelahiran Karanganyar, Solo, Jawa Tengah ini. Butuh setidaknya 4 tahun bagi Slamet untuk merubah warung kecilnya menjadi sebuah toko.
Transformasi warung menjadi toko merupakan buah dari kombinasi sikap positif seorang Slamet dimasa awal usahanya, mulai dari sikap berani keluar dari zona nyaman, terbuka pada perubahan, rajin menggali ilmu baru, dan keinginan kuat untuk maju.
Saat itu, toko – toko modern tumbuh menjamur sebagai waralaba dimana – mana, termasuk di kawasan sekitar Warung Merah. Namun, Slamet tidak gentar. Bekal berbagai kursus dan bimbingan berbagai pihak yang telah dia dapatkan sebelumnya benar – benar dia terapkan bersama istri tercinta.
(Baca Juga: Update 11 Februari, Positif Covid-19 Tambah 8.435 Jadi 1.191.990 Orang)
Usaha warung milik Slamet mulai dijalankan bersama istrinya sejak tahun 2005 silam. Waktu itu modal awalnya adalah Rp1,5 juta. Pada hari pertama berjualan, omzet jualannya mencapai Rp200 ribu.
“Itu besar sekali, bandingkan dengan modalnya. Saya sangat bersyukur, baru buka sudah dapat Rp 200.000. Waktu itu, warga di sekitar warung menyebutkan dengan Warung Merah karena dicat merah. Setahun kemudian dari laba yang ada, kami tambah stok barang,” ujarnya dalam acara Webinar Media Virtual Tour 2021, yang digelar Jakarta Editor Media Forum (JEMF) di Jakarta, Kamis (11/2/2021).
( )
Warung kecil milik Slamet tersembunyi di sudut dan tidak terlihat di Perumahan Pondok Surya Mandala, Bekasi, Jawa Barat. Kondisi warung berukuran 2 x 3 meter itu hampir sama dengan warung – warung pada umumnya saat itu.
Kini, Toko Merah menjelma menjadi sebuah toko modern yang membuat bangga pria kelahiran Karanganyar, Solo, Jawa Tengah ini. Butuh setidaknya 4 tahun bagi Slamet untuk merubah warung kecilnya menjadi sebuah toko.
Transformasi warung menjadi toko merupakan buah dari kombinasi sikap positif seorang Slamet dimasa awal usahanya, mulai dari sikap berani keluar dari zona nyaman, terbuka pada perubahan, rajin menggali ilmu baru, dan keinginan kuat untuk maju.
Saat itu, toko – toko modern tumbuh menjamur sebagai waralaba dimana – mana, termasuk di kawasan sekitar Warung Merah. Namun, Slamet tidak gentar. Bekal berbagai kursus dan bimbingan berbagai pihak yang telah dia dapatkan sebelumnya benar – benar dia terapkan bersama istri tercinta.
(Baca Juga: Update 11 Februari, Positif Covid-19 Tambah 8.435 Jadi 1.191.990 Orang)
Lihat Juga :
tulis komentar anda