Mana yang Enak Aja deh, Pilih DP 0% atau Cicilan Murah

Selasa, 23 Februari 2021 - 07:12 WIB
Konsumen bisa pilih mau uang muka murah atau cicilan terjangkau. Foto/Dok SINDO
JAKARTA-Aturan uang muka yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) sejatinya ingin mempermudah masyarakat untuk memilih ingin DP 0% atau cicilan yang lebih murah. Namun aturan tersebut masih menimbulkan pro dan kontra.

Menurut pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira kebijakan DP 0% untuk saat ini kurang tepat. Pasalnya, masalah utama adalah masih tingginya resiko penyaluran kredit.

Dia menjelaskan perbankan tidak mungkin memberikan DP 0%. Alasannya karena debitur dikhawatirkan tidak mampu melakukan cicilan rutin. Hal ini tentunya akan berdampak pada kerugian di pihak bank. “Karena pihak bank tidak mungkin langsung berikan DP 0%, khawatir debitur tidak mampu mencicil akan merugikan pihak bank dan jadi non performing loan (NPL),” paparnya.

Jika dilihat dari debitur maka dia akan memiliki beban cicilan semakin berat. Seperti diketahui bahwa cicilan akan semakin ringan jika DP yang diberikan semakin besar. “Dari sisi debitur, dengan masih tingginya bunga kredit kendaraan bermotor membuat DP 0% tetap menjadi beban sebab cicilan dan bunga akan semakin berat. Memang kalau DP nya 0% di awal ringan, tapi kan cicilan per bulan sebenarnya jadi berat,” tegas Bhima.



Sementara, pengamat automotif Yannes Martinus menilai kebijakan DP 0% ini akan berdampak positif untuk masyarakat. Karena masyarakat kelompok menengah ke bawah masih menahan konsumsinya. (Baca juga:Yihaaa! Sekarang Ngredit Mobil Bisa Bebas Uang Muka)

Menurut Martinus dampak positif lainnya adalah stimulus pembebasan PPNBM diberikan pada mobil yang di produksi dalam negeri dibawah 1.500 cc, yang merupakan mobil dengan target pasar kelas menengah kebawah. "Tanpa adanya kebijakan tersebut, penjualan akan landai. Terbukti pada 2020 saja penjualan hanya berada di angka 5% sampai 10% saja," tambahnya.

Dia menuturkan, meski pengaruhnya tidak signifikan, namun tetap ada pengaruhnya terhadap pembelian dan penyaluran kredit kendaraan bermotor. "Kelompok menengah yang masih memiliki daya beli besar kemungkinan yang memanfaatkan kesempatan untuk membeli kendaraan walaupun sekali lagi, tidak akan cukup besar dampaknya," tuturnya.

Dia memberikan tips untuk masyarakat yang ingin memanfaatkan kebijakan ini, yaitu sesuaikan budget yang dimiliki dan kemampuan membayar cicilan. Karena, hanya segmentasi konsumen yang relatif aman keuangan pribadinya saja yang bisa membeli di era ekonomi yang belum membaik. "Perlu diingat bahwa mobil adalah kebutuhan tersier, sehingga mereka lebih cendeung akan menahan diri hingga keuangannya membaik kembali," jelasnya.

Hal serupa juga diungkapkan pengamat automotif Bebin Djuana, kebijakan ini akan efektif bagi konsumen kelas menengah atas atau perusahaan yang tidak terlalu terdampak pandemi. Untuk kelas menengah bawah akan terlalu riskan jika terlalu memaksakan diri tanpa memperhitungkan segala kemungkinan jangka menengah dan jangka panjang.

"Dibalik kemudahan ini tentu ada beban cicilan yang dipikul konsumen, pertimbangan yang matang menjadi keharusan karena suasana pandemi ini tidak pendek," tegasnya.

Kebijakan ini bisa saja menimbulkan risiko, Bebin menyarankan bank pemberi keditpun harus ekstra hati-hati dalam memilih nasabah. Karena, DP 0% ini tidak sama dengan yang terjadi di masa lalu. (aprilia s andyna/sabir saluhu/fw bahtiar/r ratna purnama)
(bai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More