Harga Batu Bara Cenderung Turun, Pasar Domestik Lebih Menarik
Selasa, 09 Maret 2021 - 14:34 WIB
JAKARTA - Di tengah masih merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, volatalitas harga batu bara dunia cukup tinggi kendati belakangan cenderung menurun. Pada pekan kedua Januari 2021, harga kontrak futures (berjangka) batu bara termal ICE Newcastle sempat tembus USD89,95 per ton.
Namun, pada perdagangan akhir Januari 2021 terkoreksi minus 0,48% menjadi USD 84,59 per ton, lalu kembali terkoreksi minus 0,42% menjadi USD82,55 per ton pada awal Februari 2021.
International Energy Agency (IEA) memprediksi permintaan batu bara global pada 2021 akan meningkat sekitar 2,6% dibanding permintaan global 2020. Namun, permintaan batu bara global pada 2021 diperkirakan di bawah harga pada 2019, bahkan bisa lebih rendah jika asumsi pemulihan ekonomi meleset dan permintaan tidak terpenuhi.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, penyumbang utama perbaikan permintaan batu bara masih didominasi oleh China, India, dan Asia Tenggara, yang mencapai sekitar 65% dari total permintaan batu bara dunia.
“Selain sebagai produsen batu bara, China merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia” katanya.
Dia menambahkan, dalam kondisi volume konsumsi batu bara di China lebih besar dari pada volume produksi batu bara, China berperan penting dalam mengendalikan harga batu bara dunia pada harga relatif rendah. Berakhirnya musim dingin dan perayaan Imlek menyebabkan penggunaan listrik di China melandai sehingga permintaan batu bara di China juga akan semakin menurun, yang menyebabkan harga batu bara dunia akan kembali terkoreksi pada bulan-bulan berikutnya.
“Selain itu, indeks manufaktur pun tidak menunjukkan kenaikan, sehingga kebutuhan akan listrik juga tidak melonjak,” ucapnya.
Dengan tren penurunan harga batu bara dunia yang terjadi belakangan, Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) turun menjadi USD84,49 per ton pada Maret 2021, turun USD3,3 per ton dibanding HBA Januari 2021 sebesar USD87,49 per ton. Sedangkan harga Domestic Market Obligation (DMO), ditetapkan untuk penjualan batu bara kepada PLN, sebesar USD70 per ton.
Menurut Fahmy, di tengah tren penurunan harga batu bara global yang terus menurun, harga ekspor batu bara setelah dikurangi ongkos kirim diproyeksikan bisa mendekati USD80 atau bahkan di bawah USD80 per ton jika tren penurunan ini terus terjadi.
Apabila proyeksi itu benar, kata dia, prioritas penjualan batu bara kepada PLN barangkali lebih menarik ketimbang mendahulukan penjualan batu bara ke pasar global. Alasannya, penjualan tersebut bersifat jangka panjang, sedangkan harga batu bara di luar negeri bersifat spot atau jangka pendek.
Namun, pada perdagangan akhir Januari 2021 terkoreksi minus 0,48% menjadi USD 84,59 per ton, lalu kembali terkoreksi minus 0,42% menjadi USD82,55 per ton pada awal Februari 2021.
International Energy Agency (IEA) memprediksi permintaan batu bara global pada 2021 akan meningkat sekitar 2,6% dibanding permintaan global 2020. Namun, permintaan batu bara global pada 2021 diperkirakan di bawah harga pada 2019, bahkan bisa lebih rendah jika asumsi pemulihan ekonomi meleset dan permintaan tidak terpenuhi.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, penyumbang utama perbaikan permintaan batu bara masih didominasi oleh China, India, dan Asia Tenggara, yang mencapai sekitar 65% dari total permintaan batu bara dunia.
“Selain sebagai produsen batu bara, China merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia” katanya.
Dia menambahkan, dalam kondisi volume konsumsi batu bara di China lebih besar dari pada volume produksi batu bara, China berperan penting dalam mengendalikan harga batu bara dunia pada harga relatif rendah. Berakhirnya musim dingin dan perayaan Imlek menyebabkan penggunaan listrik di China melandai sehingga permintaan batu bara di China juga akan semakin menurun, yang menyebabkan harga batu bara dunia akan kembali terkoreksi pada bulan-bulan berikutnya.
“Selain itu, indeks manufaktur pun tidak menunjukkan kenaikan, sehingga kebutuhan akan listrik juga tidak melonjak,” ucapnya.
Dengan tren penurunan harga batu bara dunia yang terjadi belakangan, Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) turun menjadi USD84,49 per ton pada Maret 2021, turun USD3,3 per ton dibanding HBA Januari 2021 sebesar USD87,49 per ton. Sedangkan harga Domestic Market Obligation (DMO), ditetapkan untuk penjualan batu bara kepada PLN, sebesar USD70 per ton.
Menurut Fahmy, di tengah tren penurunan harga batu bara global yang terus menurun, harga ekspor batu bara setelah dikurangi ongkos kirim diproyeksikan bisa mendekati USD80 atau bahkan di bawah USD80 per ton jika tren penurunan ini terus terjadi.
Apabila proyeksi itu benar, kata dia, prioritas penjualan batu bara kepada PLN barangkali lebih menarik ketimbang mendahulukan penjualan batu bara ke pasar global. Alasannya, penjualan tersebut bersifat jangka panjang, sedangkan harga batu bara di luar negeri bersifat spot atau jangka pendek.
(ynt)
tulis komentar anda